AS Pertahankan Kepemimpinan Sains

Kamis, 16 Juli 2020 - 10:07 WIB
loading...
A A A
Gugatan diajukan kepada Imigrasi dan Bea Cukai AS (ICE) yang sebelumnya menyatakan pelajar asing yang kegiatan belajar mengajarnya pindah menuju kelas online akibat wabah virus corona Covid-19 harus pulang ke negara asalnya. Baik Harvard dan MIT menilai kebijakan ICE berjalan tanpa indikasi telah mempertimbangkan kesehatan siswa, staf pengajar, staf universitas, atau komunitas dan meninggalkan ratusan ribu mahasiswa internasional tanpa pilihan pendidikan di AS.

Biaya kuliah dari mahasiswa internasional menjadi sumber pendapatan utama bagi universitas. Departemen Pendidikan AS menyebutkan, lebih dari 20% pendapatan kampus berasal dari biaya kuliah mahasiswa. Apalagi, mahasiswa internasional harus membayar kuliah lebih mahal dibandingkan mahasiswa asal AS. Mahasiswa internasional bisa membayar kuliah dua kali lipat dibandingkan mahasiswa AS.

Otto Saymeh (26) mahasiswa Universitas Columbia, asal Suriah, belajar arsitektur di AS sejak 2013 karena dia ingin melarikan diri dari perang sipil. Dia pun tidak pernah kembali ke Damaskus sejak datang di AS. “Saya senang bisa mendapatkan kesempatan belajar di AS. Dikarenakan pandemi, saya pun tidak berpikir bisa kembali ke Damaskus dalam waktu cepat,” katanya, dilansir Financial Times.

Saymeh memanfaatkan kesempatan kuliah di AS sekaligus untuk mendapatkan suaka. Dia mendapatkan status itu pada 2019 dan dia pun sedang dalam proses menjadi warga negara AS. Namun, di saat krisis pandemi ini, pertanyaan identitasnya pun semakin menjadi perhatiannya. “Saya memiliki identitas ganda. Saya lahir dan besar di Suriah selama 19 tahun, tetapi saya tinggal di sini (AS),” tuturnya. (Lihat videonya: Viral, Janda di Bangka Belitung Jual Rumah Beserta Pemilik)

Sebenarnya pembatalan keputusan Pemerintahan Trump juga berkaitan karena khawatir AS akan kehilangan pasar sebagai tujuan studi bagi mahasiswa internasional. Apalagi, banyak negara lain seperti Inggris, Belanda, hingga Kanada justru ingin memanfaatkan kesempatan untuk merebut pasar mahasiswa internasional yang hendak lari dari AS.

“Rencana Pemerintahan Trump bisa mengubah banyak calon mahasiswa batal mengajukan studi di AS. Mereka bisa berpikir opsi lain,” sebut David Lewis, konsultan pendidikan AS. Lewis biasanya mempromosikan kampus AS bagi mahasiswa asing asal China untuk belajar ilmu komputer dan hukum.

Lewis mengungkapkan, 95% mahasiswa mengajukan aplikasi kampus, baik AS dan Inggris. Itu dikarenakan Inggris ingin mengambil kesempatan besar jika AS mengusir mahasiswa asing. Kanada juga bersiap mengambil keuntungan. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2325 seconds (0.1#10.140)