PBB Mendesak Diakhirinya Eskalasi Tak Masuk Akal Israel-Palestina
loading...
A
A
A
JENEWA - Kepala Hak Asasi Manusia PBB , Volker Turk pada Jumat (3/2/2023), menyerukan diakhirinya "eskalasi tidak masuk akal" antara Israel dan Palestina . Seruan ini muncul di tengah lonjakan kekerasan mematikan antara keduanya.
Sejak awal tahun ini, konflik tersebut telah menewaskan 36 warga Palestina—termasuk penyerang, militan dan warga sipil—serta enam warga sipil Israel, termasuk seorang anak, dan satu warga Ukraina.
"Daripada menggandakan pendekatan kekerasan dan pemaksaan yang gagal, saya mendesak semua orang yang terlibat untuk keluar dari eskalasi yang tidak masuk akal yang hanya berakhir dengan mayat, kehidupan yang hancur, dan keputusasaan total," kata Turk, seperti dikutip dari AFP.
“Langkah-langkah baru-baru ini yang diambil oleh Pemerintah Israel hanya memicu pelanggaran lebih lanjut dan pelanggaran hukum hak asasi manusia,” lanjutnya.
“Kami tahu dari pengalaman bahwa proliferasi senjata api akan meningkatkan risiko pembunuhan dan cedera baik bagi warga Israel maupun Palestina,” tambah Turk.
Kepala hak asasi PBB merujuk pada langkah-langkah untuk memudahkan akses ke senjata api yang diumumkan oleh pemerintah Israel pekan lalu menyusul penembakan oleh seorang Palestina di Yerusalem timur yang menewaskan enam orang Israel dan satu orang Ukraina.
Keesokan harinya, seorang anak laki-laki Palestina berusia 13 tahun menembak dan melukai dua orang Israel di lingkungan Silwan tepat di luar Kota Tua di Yerusalem timur yang dicaplok Israel.
Serangan Yerusalem mengikuti serangan tentara Israel yang paling mematikan di Tepi Barat dalam hampir 20 tahun yang pada 26 Januari menyebabkan 10 orang Palestina tewas di Jenin, termasuk militan bersenjata.
Duta Besar Israel untuk PBB di Jenewa, Meirav Eilon Shahar, mengeluh bahwa pernyataan Turk itu tidak memiliki kesopanan untuk menggambarkan serangan minggu lalu sebagaimana adanya, tindakan terorisme Palestina yang menargetkan orang-orang Yahudi. “Bahkan tidak memiliki keberanian untuk mengutuk kematian jamaah yang tidak bersalah,” tambahnya.
Sejak awal tahun ini, konflik tersebut telah menewaskan 36 warga Palestina—termasuk penyerang, militan dan warga sipil—serta enam warga sipil Israel, termasuk seorang anak, dan satu warga Ukraina.
"Daripada menggandakan pendekatan kekerasan dan pemaksaan yang gagal, saya mendesak semua orang yang terlibat untuk keluar dari eskalasi yang tidak masuk akal yang hanya berakhir dengan mayat, kehidupan yang hancur, dan keputusasaan total," kata Turk, seperti dikutip dari AFP.
“Langkah-langkah baru-baru ini yang diambil oleh Pemerintah Israel hanya memicu pelanggaran lebih lanjut dan pelanggaran hukum hak asasi manusia,” lanjutnya.
“Kami tahu dari pengalaman bahwa proliferasi senjata api akan meningkatkan risiko pembunuhan dan cedera baik bagi warga Israel maupun Palestina,” tambah Turk.
Kepala hak asasi PBB merujuk pada langkah-langkah untuk memudahkan akses ke senjata api yang diumumkan oleh pemerintah Israel pekan lalu menyusul penembakan oleh seorang Palestina di Yerusalem timur yang menewaskan enam orang Israel dan satu orang Ukraina.
Keesokan harinya, seorang anak laki-laki Palestina berusia 13 tahun menembak dan melukai dua orang Israel di lingkungan Silwan tepat di luar Kota Tua di Yerusalem timur yang dicaplok Israel.
Serangan Yerusalem mengikuti serangan tentara Israel yang paling mematikan di Tepi Barat dalam hampir 20 tahun yang pada 26 Januari menyebabkan 10 orang Palestina tewas di Jenin, termasuk militan bersenjata.
Duta Besar Israel untuk PBB di Jenewa, Meirav Eilon Shahar, mengeluh bahwa pernyataan Turk itu tidak memiliki kesopanan untuk menggambarkan serangan minggu lalu sebagaimana adanya, tindakan terorisme Palestina yang menargetkan orang-orang Yahudi. “Bahkan tidak memiliki keberanian untuk mengutuk kematian jamaah yang tidak bersalah,” tambahnya.
(esn)