Oposisi Venezuela Lengserkan Juan Guaido dari Presiden Interim
Sabtu, 31 Desember 2022 - 13:39 WIB
“Kami belum dapat mengambil keputusan dengan suara bulat, tetapi kami perlu mencari strategi baru,” sambungnya.
Daniel Varnagy, seorang profesor ilmu politik di Universitas Simon Bolivar di Caracas, mengatakan oposisi telah membangkitkan harapan tinggi di bawah kepemimpinan Guaido, tetapi kemudian gagal menepati janjinya kepada orang-orang yang mendambakan perubahan dalam pemerintahan Venezuela.
"Dia berjanji untuk menghentikan perampasan (Maduro), memimpin transisi dan menyelenggarakan pemilu yang adil, dan semua itu tidak terjadi," kata Varnagy.
Guaido naik ke kepemimpinan oposisi pada 2019 ketika dia menjadi presiden legislatif yang saat itu dikendalikan oposisi, yang telah memulai masa jabatan lima tahunnya pada 2015 setelah apa yang dianggap banyak pengamat sebagai pemilu adil terakhir Venezuela. Itu adalah institusi terakhir yang tidak dikendalikan oleh kaum sosialis Maduro.
Majelis Nasional berpendapat Maduro memenangkan masa jabatan presiden keduanya secara ilegal pada 2018 karena saingan utamanya dilarang mencalonkan diri. Jadi legislator oposisi menciptakan "pemerintahan sementara", yang dipimpin oleh Guaido, yang dimaksudkan untuk bertahan sampai Maduro mengundurkan diri dan pemilihan umum yang bebas dapat diadakan.
Guaido mengorganisir protes di Venezuela, menyelinap ke luar negeri untuk tur internasional dan diakui sebagai pemimpin sah negara itu oleh Amerika Serikat dan lusinan pemerintah Eropa serta Amerika Latin yang menolak pemerintahan Maduro.
Pemerintahan sementaranya juga diberikan kendali atas aset pemerintah Venezuela di luar negeri yang telah dibekukan, termasuk Citgo, kilang minyak yang berbasis di Houston.
Tetapi oposisi yang dipimpin Guaido gagal memenangkan militer Venezuela atau pengadilan negara di pihaknya, sementara pemerintahan Maduro menghadapi demonstrasi jalanan dan semakin memperketat cengkeramannya di negara Amerika Selatan itu.
Kegagalan melengserkan Maduro membuat rakyat Venezuela frustrasi, yang berjuang dengan inflasi tinggi, kekurangan pangan, dan upah terendah di Amerika Selatan — kesulitan yang mendorong jutaan orang untuk bermigrasi dalam beberapa tahun terakhir.
Daniel Varnagy, seorang profesor ilmu politik di Universitas Simon Bolivar di Caracas, mengatakan oposisi telah membangkitkan harapan tinggi di bawah kepemimpinan Guaido, tetapi kemudian gagal menepati janjinya kepada orang-orang yang mendambakan perubahan dalam pemerintahan Venezuela.
"Dia berjanji untuk menghentikan perampasan (Maduro), memimpin transisi dan menyelenggarakan pemilu yang adil, dan semua itu tidak terjadi," kata Varnagy.
Guaido naik ke kepemimpinan oposisi pada 2019 ketika dia menjadi presiden legislatif yang saat itu dikendalikan oposisi, yang telah memulai masa jabatan lima tahunnya pada 2015 setelah apa yang dianggap banyak pengamat sebagai pemilu adil terakhir Venezuela. Itu adalah institusi terakhir yang tidak dikendalikan oleh kaum sosialis Maduro.
Majelis Nasional berpendapat Maduro memenangkan masa jabatan presiden keduanya secara ilegal pada 2018 karena saingan utamanya dilarang mencalonkan diri. Jadi legislator oposisi menciptakan "pemerintahan sementara", yang dipimpin oleh Guaido, yang dimaksudkan untuk bertahan sampai Maduro mengundurkan diri dan pemilihan umum yang bebas dapat diadakan.
Guaido mengorganisir protes di Venezuela, menyelinap ke luar negeri untuk tur internasional dan diakui sebagai pemimpin sah negara itu oleh Amerika Serikat dan lusinan pemerintah Eropa serta Amerika Latin yang menolak pemerintahan Maduro.
Pemerintahan sementaranya juga diberikan kendali atas aset pemerintah Venezuela di luar negeri yang telah dibekukan, termasuk Citgo, kilang minyak yang berbasis di Houston.
Tetapi oposisi yang dipimpin Guaido gagal memenangkan militer Venezuela atau pengadilan negara di pihaknya, sementara pemerintahan Maduro menghadapi demonstrasi jalanan dan semakin memperketat cengkeramannya di negara Amerika Selatan itu.
Kegagalan melengserkan Maduro membuat rakyat Venezuela frustrasi, yang berjuang dengan inflasi tinggi, kekurangan pangan, dan upah terendah di Amerika Selatan — kesulitan yang mendorong jutaan orang untuk bermigrasi dalam beberapa tahun terakhir.
Lihat Juga :
tulis komentar anda