Macron Kembali Serukan Jaminan Keamanan untuk Rusia
Kamis, 22 Desember 2022 - 02:07 WIB
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron menegaskan kembali keyakinannya bahwa konflik di Ukraina pasti akan diselesaikan di meja perundingan. Ia juga mengatakan Barat serta NATO khususnya harus memberikan jaminan keamanan tidak hanya untuk Kiev, tetapi juga Moskow, untuk mengamankan perdamaian abadi.
“Hari perdamaian akan melibatkan diskusi. Pertama dan terpenting untuk jaminan ke Ukraina, untuk integritas teritorialnya, keamanan jangka panjangnya. Tetapi juga untuk Rusia, sebagai pihak yang akan melakukan gencatan senjata dan perjanjian damai,” kata Macron dalam wawancara dengan saluran televisi TF1 dan LCI yang disiarkan pada hari Selasa lalu seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (22/12/2022).
Dalam wawancara terbarunya itu, Macron mendesak para kritikus untuk menjelaskan alternatif seperti apa untuk pembicaraan akhir dengan Moskow yang mereka usulkan.
“Apa yang diusulkan oleh orang-orang yang menolak untuk mempersiapkan ini dan mengerjakannya adalah perang penuh. Ini akan melibatkan seluruh benua,” ujarnya.
Pemimpin Prancis itu pertama kali menyuarakan gagasan "jaminan keamanan" untuk Rusia awal bulan ini. Ia berlasan bahwa salah satu "poin penting" yang harus ditangani NATO adalah kekhawatiran Rusia bahwa blok militer itu datang tepat ke pintunya, dan penyebaran senjata yang dapat mengancam Rusia.
Komentarnya memicu rentetan kritik tidak hanya dari Kiev tetapi juga sesama pemimpin Uni Eropa dari Polandia, Slovakia, dan negara-negara Baltik. Diplomat Prancis mencoba untuk mengecilkan komentar tersebut, bersikeras bahwa itu diambil di luar konteks, sementara Macron sendiri mendesak sekutu Eropa untuk tidak menciptakan kontroversi yang sebenarnya tidak ada.
Desember lalu, Rusia mengajukan daftar tuntutan keamanan kepada Amerika Serikat (AS) dan NATO. Rusia meminta Barat untuk memberlakukan larangan Ukraina masuk menjadi anggota blok militer itu, sambil bersikeras bahwa NATO harus mundur ke perbatasannya tahun 1997, sebelum mulai berkembang.
Pada bulan Januari, AS dan NATO menolak, dengan mengatakan mereka hanya akan tertarik pada pembicaraan pengendalian senjata strategis. Sejak konflik di Ukraina meningkat pada bulan Februari, blok tersebut juga bergerak untuk menyambut Swedia dan Finlandia ke dalam aliansi militer, meskipun perluasan tersebut belum diselesaikan.
“Hari perdamaian akan melibatkan diskusi. Pertama dan terpenting untuk jaminan ke Ukraina, untuk integritas teritorialnya, keamanan jangka panjangnya. Tetapi juga untuk Rusia, sebagai pihak yang akan melakukan gencatan senjata dan perjanjian damai,” kata Macron dalam wawancara dengan saluran televisi TF1 dan LCI yang disiarkan pada hari Selasa lalu seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (22/12/2022).
Dalam wawancara terbarunya itu, Macron mendesak para kritikus untuk menjelaskan alternatif seperti apa untuk pembicaraan akhir dengan Moskow yang mereka usulkan.
“Apa yang diusulkan oleh orang-orang yang menolak untuk mempersiapkan ini dan mengerjakannya adalah perang penuh. Ini akan melibatkan seluruh benua,” ujarnya.
Pemimpin Prancis itu pertama kali menyuarakan gagasan "jaminan keamanan" untuk Rusia awal bulan ini. Ia berlasan bahwa salah satu "poin penting" yang harus ditangani NATO adalah kekhawatiran Rusia bahwa blok militer itu datang tepat ke pintunya, dan penyebaran senjata yang dapat mengancam Rusia.
Komentarnya memicu rentetan kritik tidak hanya dari Kiev tetapi juga sesama pemimpin Uni Eropa dari Polandia, Slovakia, dan negara-negara Baltik. Diplomat Prancis mencoba untuk mengecilkan komentar tersebut, bersikeras bahwa itu diambil di luar konteks, sementara Macron sendiri mendesak sekutu Eropa untuk tidak menciptakan kontroversi yang sebenarnya tidak ada.
Desember lalu, Rusia mengajukan daftar tuntutan keamanan kepada Amerika Serikat (AS) dan NATO. Rusia meminta Barat untuk memberlakukan larangan Ukraina masuk menjadi anggota blok militer itu, sambil bersikeras bahwa NATO harus mundur ke perbatasannya tahun 1997, sebelum mulai berkembang.
Pada bulan Januari, AS dan NATO menolak, dengan mengatakan mereka hanya akan tertarik pada pembicaraan pengendalian senjata strategis. Sejak konflik di Ukraina meningkat pada bulan Februari, blok tersebut juga bergerak untuk menyambut Swedia dan Finlandia ke dalam aliansi militer, meskipun perluasan tersebut belum diselesaikan.
(ian)
tulis komentar anda