Erdogan: Jadi Masjid, Salat Pertama di Hagia Sophia 24 Juli
Sabtu, 11 Juli 2020 - 07:29 WIB
Departemen Luar Negeri AS yang mendesak Turki untuk mempertahankan bangunan itu sebagai museum, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya kecewa dengan keputusan tersebut. Namun, departemen itu berharap akan mendengar rencana untuk memastikannya tetap dapat diakses tanpa hambatan untuk semua pihak. (Baca: Uni Eropa Sesalkan Keputusan Turki Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid )
Asosiasi yang membawa kasus pengadilan—yang terbaru dalam pertempuran hukum 16 tahun—mengatakan Hagia Sophia adalah milik Sultan Mehmet II yang merebut kota pada tahun 1453 dan mengubah katedral Ortodoks Yunani yang sudah berusia 900 tahun menjadi masjid.
Ottoman membangun menara di samping struktur kubah yang luas, sementara di dalamnya mereka menambahkan panel bertuliskan nama-nama dalam bahasa Arab; Allah, Nabi Muhammad, dan khalifah Muslim. Mosaik emas dan ikon Kristen, dikaburkan oleh Ottoman, ditemukan kembali ketika Hagia Sophia menjadi museum.
Dalam putusannya Dewan Negara—pengadilan administratif utama Turki— mengatakan; "Disimpulkan bahwa akta penyelesaian menetapkannya sebagai masjid dan penggunaannya di luar karakter ini tidak dimungkinkan secara hukum."
"Keputusan kabinet tahun 1934 yang...mendefinisikannya sebagai museum tidak mematuhi hukum," lanjut putusan tersebut, merujuk pada dekrit yang ditandatangani oleh Ataturk. (Baca juga: Gereja Orthodoks Rusia Tak Terima Jika Hagia Sophia Jadi Masjid )
Erdogan, yang mencitrakan diri sebagai seorang Muslim yang saleh, mendukung kampanye pengubahan status Hagia Sophia sebagai masjid sebelum pemilu lokal tahun lalu yang merupakan pukulan menyakitkan bagi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berakar pada Islam dan merupakan partai berkuasa saat ini. Para anggota AKP berdiri dan bertepuk tangan di parlemen pada hari Jumat ketika putusan pengadilan dibacakan.
Di Istanbul, ratusan orang berkumpul di dekat Hagia Sophia untuk merayakan putusan itu. "Mereka yang membangun ini melakukannya untuk menyembah Tuhan juga," kata Osman Sarihan, seorang guru.
“Terima kasih Tuhan hari ini kembali ke tujuan utamanya. Hari ini Tuhan akan disembah di masjid ini."
Asosiasi yang membawa kasus pengadilan—yang terbaru dalam pertempuran hukum 16 tahun—mengatakan Hagia Sophia adalah milik Sultan Mehmet II yang merebut kota pada tahun 1453 dan mengubah katedral Ortodoks Yunani yang sudah berusia 900 tahun menjadi masjid.
Ottoman membangun menara di samping struktur kubah yang luas, sementara di dalamnya mereka menambahkan panel bertuliskan nama-nama dalam bahasa Arab; Allah, Nabi Muhammad, dan khalifah Muslim. Mosaik emas dan ikon Kristen, dikaburkan oleh Ottoman, ditemukan kembali ketika Hagia Sophia menjadi museum.
Dalam putusannya Dewan Negara—pengadilan administratif utama Turki— mengatakan; "Disimpulkan bahwa akta penyelesaian menetapkannya sebagai masjid dan penggunaannya di luar karakter ini tidak dimungkinkan secara hukum."
"Keputusan kabinet tahun 1934 yang...mendefinisikannya sebagai museum tidak mematuhi hukum," lanjut putusan tersebut, merujuk pada dekrit yang ditandatangani oleh Ataturk. (Baca juga: Gereja Orthodoks Rusia Tak Terima Jika Hagia Sophia Jadi Masjid )
Erdogan, yang mencitrakan diri sebagai seorang Muslim yang saleh, mendukung kampanye pengubahan status Hagia Sophia sebagai masjid sebelum pemilu lokal tahun lalu yang merupakan pukulan menyakitkan bagi Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berakar pada Islam dan merupakan partai berkuasa saat ini. Para anggota AKP berdiri dan bertepuk tangan di parlemen pada hari Jumat ketika putusan pengadilan dibacakan.
Di Istanbul, ratusan orang berkumpul di dekat Hagia Sophia untuk merayakan putusan itu. "Mereka yang membangun ini melakukannya untuk menyembah Tuhan juga," kata Osman Sarihan, seorang guru.
“Terima kasih Tuhan hari ini kembali ke tujuan utamanya. Hari ini Tuhan akan disembah di masjid ini."
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda