Diam-diam, China Rajai Pasar Taksi Canggih Tanpa Pengemudi
Senin, 19 Desember 2022 - 22:01 WIB
Namun, bagi operator China, ada potensi rintangan di depan. Pada Oktober, Amerika Serikat (AS) memberlakukan kontrol yang lebih ketat pada ekspor beberapa chip dan peralatan pembuat chip ke China untuk menghentikannya mengembangkan kemampuan yang dapat menjadi ancaman militer, seperti superkomputer dan kecerdasan buatan.
“Itu dapat berdampak pada industri penggerak otonom, yang melatih kecerdasan buatannya pada platform cloud yang mengandalkan chip canggih yang dipengaruhi oleh kontrol,” ungkap Bao Linghao, analis Trivium China Ltd.
Jika perusahaan China memiliki daya komputasi yang terbatas, hal itu pada akhirnya dapat menghambat upaya Baidu dan saingan lokal untuk mengimbangi Waymo dari Alphabet Inc, yang telah memimpin dalam hal jarak tempuh kendaraan yang diuji.
“Dalam jangka panjang, ini akan menjadi masalah besar,” papar Bao.
Dia menjelaskan, “Jika daya komputasi AI China dibatasi, itu akan menempatkan perusahaan AI China pada posisi yang kurang menguntungkan di awal.”
Baidu yang memiliki hampir tiga kali lipat jarak tempuh uji jalan dari para pesaing utamanya di dalam negeri, melihat efek langsung yang terbatas.
Pada akhirnya, perusahaan mengharapkan sektor otomotif China menjadi kurang bergantung pada impor.
“Untuk bagian dari bisnis kami yang membutuhkan chip canggih, kami sebenarnya memiliki cukup stok untuk mendukung bisnis kami dalam waktu dekat,” ujar Presiden Baidu Robin Li pada bulan lalu.
Untuk saat ini, Baidu, yang semakin mengalihkan fokusnya ke kecerdasan buatan dan kendaraan otonom setelah pendapatan iklan intinya menyusut, melihat robotaxi sebagai peluang jangka pendek terbaik.
Baidu bersiap meningkatkan produksi jajaran Apollo, dan telah memenangkan kontrak dengan kota-kota seperti Guangzhou untuk membangun infrastruktur digital untuk jalan-jalan kota.
“Itu dapat berdampak pada industri penggerak otonom, yang melatih kecerdasan buatannya pada platform cloud yang mengandalkan chip canggih yang dipengaruhi oleh kontrol,” ungkap Bao Linghao, analis Trivium China Ltd.
Jika perusahaan China memiliki daya komputasi yang terbatas, hal itu pada akhirnya dapat menghambat upaya Baidu dan saingan lokal untuk mengimbangi Waymo dari Alphabet Inc, yang telah memimpin dalam hal jarak tempuh kendaraan yang diuji.
“Dalam jangka panjang, ini akan menjadi masalah besar,” papar Bao.
Dia menjelaskan, “Jika daya komputasi AI China dibatasi, itu akan menempatkan perusahaan AI China pada posisi yang kurang menguntungkan di awal.”
Baidu yang memiliki hampir tiga kali lipat jarak tempuh uji jalan dari para pesaing utamanya di dalam negeri, melihat efek langsung yang terbatas.
Pada akhirnya, perusahaan mengharapkan sektor otomotif China menjadi kurang bergantung pada impor.
“Untuk bagian dari bisnis kami yang membutuhkan chip canggih, kami sebenarnya memiliki cukup stok untuk mendukung bisnis kami dalam waktu dekat,” ujar Presiden Baidu Robin Li pada bulan lalu.
Untuk saat ini, Baidu, yang semakin mengalihkan fokusnya ke kecerdasan buatan dan kendaraan otonom setelah pendapatan iklan intinya menyusut, melihat robotaxi sebagai peluang jangka pendek terbaik.
Baidu bersiap meningkatkan produksi jajaran Apollo, dan telah memenangkan kontrak dengan kota-kota seperti Guangzhou untuk membangun infrastruktur digital untuk jalan-jalan kota.
tulis komentar anda