MBS: Negara-negara Arab Menanti Fase Baru Kemitraan dengan China

Sabtu, 10 Desember 2022 - 05:30 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman berfoto dengan para pemimpin selama KTT China-Arab di Riyadh, Arab Saudi, pada 9 Desember 2022. Foto/REUTERS
RIYADH - Negara-negara Arab berusaha meningkatkan kerja sama dengan China dan menantikan fase baru kemitraan. Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) mengungkapkan hal itu pada Jumat (9/12/2022) di konferensi tingkat tinggi (KTT) China-Arab Saudi.

“Kerajaan sedang berupaya meningkatkan kerja sama (dengan China) untuk melayani stabilitas internasional,” ujar Putra Mahkota MBS pada pertemuan puncak yang mempertemukan para pemimpin Arab dan Presiden China Xi Jinping yang sedang dalam kunjungan resmi tiga hari ke Kerajaan Saudi.

Sementara itu, Xi mengatakan KTT tersebut “akan mengarah ke masa depan yang lebih cerah.”

Dia menambahkan China mencari “kerja sama komprehensif” dengan negara-negara Arab untuk melayani kepentingan bersama China-Arab.





Presiden Xi juga menyuarakan pentingnya menjaga stabilitas kawasan. Dia menambahkan, China mendukung upaya Arab mencapai “solusi politik” untuk masalah mendesak di kawasan tersebut.

Xi juga mengatakan Islamofobia dan ekstremisme harus dihadapi. Dia menambahkan “terorisme” tidak boleh dikaitkan dengan agama atau ras tertentu.

Mengenai konflik Israel-Palestina, Xi mengatakan “ketidakadilan historis” yang dialami rakyat Palestina “tidak boleh berlanjut.”



Xo menambahkan China mendukung pembentukan negara Palestina di sepanjang perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi juga menyoroti pentingnya hubungan Arab-China.

Dia mengatakan koordinasi dengan China harus ditingkatkan untuk menyelesaikan krisis regional dan internasional.

Mengomentari tantangan saat ini, al-Sisi mengatakan keamanan air merupakan “ancaman eksistensial”, oleh karena itu masalah tersebut harus menjadi prioritas dalam hal kerja sama.

Dia juga meminta Ethiopia terlibat “dalam mencapai solusi akhir untuk masalah Bendungan Renaisans.”

Bendungan besar senilai USD4,2 miliar telah menjadi pusat sengketa regional sejak Ethiopia memulai proyek tersebut pada tahun 2011.

Mesir dan Sudan melihatnya sebagai ancaman karena ketergantungan mereka pada perairan Nil, sementara Ethiopia menganggapnya penting untuk elektrifikasi dan pembangunannya.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan dia mendukung China melawan "kampanye jahat" yang dihadapinya.

Mengenai konflik Israel-Palestina, Abbas mengutuk upaya Israel mengubah identitas Arab di Yerusalem dan mengatakan Israel harus bertanggung jawab atas pelanggarannya.

“Masyarakat internasional harus memboikot setiap pemerintah Israel yang tidak mengakui perdamaian,” tegas dia.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More