Parlemen Terpecah, Lebanon Kembali Gagal Memilih Presiden
Kamis, 08 Desember 2022 - 23:15 WIB
Berdasarkan konvensi, kepresidenan Lebanon jatuh ke tangan seorang Kristen Maronit, jabatan perdana menteri dicadangkan untuk seorang Muslim Sunni dan jabatan ketua parlemen diberikan kepada seorang Muslim Syiah.
Rapat kabinet pada hari Senin memperparah perpecahan antara Hizbullah dan sekutu Kristen utamanya, FPM, yang mengatakan pemerintah sementara tidak boleh bertemu sampai presiden baru ditunjuk.
Lebanon tidak mampu menanggung kekosongan kekuasaan yang berkepanjangan karena bergulat dengan krisis keuangan yang dijuluki oleh Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah modern, dengan mata uang jatuh bebas, kekurangan listrik yang parah, dan tingkat kemiskinan yang melonjak.
Pemerintah sementara negara itu memiliki kekuasaan yang terbatas dan tidak dapat memberlakukan reformasi besar-besaran yang diminta oleh pemberi pinjaman internasional untuk mencairkan miliaran dolar pinjaman dana talangan. Parlemen akan mengadakan upaya ke-10 untuk memilih presiden pada 15 Desember.
Rapat kabinet pada hari Senin memperparah perpecahan antara Hizbullah dan sekutu Kristen utamanya, FPM, yang mengatakan pemerintah sementara tidak boleh bertemu sampai presiden baru ditunjuk.
Lebanon tidak mampu menanggung kekosongan kekuasaan yang berkepanjangan karena bergulat dengan krisis keuangan yang dijuluki oleh Bank Dunia sebagai salah satu yang terburuk dalam sejarah modern, dengan mata uang jatuh bebas, kekurangan listrik yang parah, dan tingkat kemiskinan yang melonjak.
Pemerintah sementara negara itu memiliki kekuasaan yang terbatas dan tidak dapat memberlakukan reformasi besar-besaran yang diminta oleh pemberi pinjaman internasional untuk mencairkan miliaran dolar pinjaman dana talangan. Parlemen akan mengadakan upaya ke-10 untuk memilih presiden pada 15 Desember.
(esn)
tulis komentar anda