Korea Selatan Desak China Bantu 'Jinakkan' Korea Utara
Selasa, 29 November 2022 - 23:56 WIB
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk-yeol mendesak China untuk membantu mencegah Korea Utara (Korut) mengejar pengembangan senjata nuklir dan rudal yang dilarang.
Ia meminta China sebagai sekutu dekat Korut untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Ia mengatakan tidak melakukan hal itu akan menyebabkan masuknya aset militer ke wilayah tersebut.
"Yang pasti China memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Korea Utara, dan China memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam proses tersebut," kata Yoon dalam wawancara dengan Reuters di kantornya, Selasa (29/11/2022).
"Terserah Beijing untuk memutuskan apakah akan menggunakan pengaruh itu untuk perdamaian dan stabilitas," tambahnya.
Dikatakan oleh Yoon tindakan Korut mengarah pada peningkatan pertahanan di negara-negara di sekitar kawasan, termasuk Jepang, dan lebih banyak penempatan pesawat tempur dan kapal AS.
"Adalah kepentingan China untuk melakukan upaya terbaik untuk membujuk Korea Utara melakukan denuklirisasi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Yoon memperingatkan Korut bahwa ia dan sekutunya akan memberikan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya jika nekat melakukan uji coba nuklir.
Ia mengatakan respons yang diberikan oleh Korsel dan sekutunya Amerika Serikat (AS) dan Jepang akan menjadi sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya. Namun ia menolak memberikan penjelasan terkait respons itu.
"Akan sangat tidak bijaksana bagi Korea Utara untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh," katanya.
Korsel dan AS sendiri telah setuju untuk mengerahkan lebih banyak "aset strategis" AS seperti kapal induk dan pembom jarak jauh ke daerah itu, tetapi Yoon mengatakan dia tidak mengharapkan perubahan pada 28.500 pasukan darat Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan.
"Kita harus menanggapi secara konsisten, dan sejalan satu sama lain," kata Yoon, menyalahkan kurangnya konsistensi dalam tanggapan internasional atas kegagalan kebijakan terkait Korut selama tiga dekade.
Di tengah uji coba rudal Korut tahun ini yang mencatat rekor, pemimpin Korut Kim Jong-un minggu ini mengatakan negaranya berniat untuk memiliki kekuatan nuklir paling kuat di dunia. Pejabat Korsel dan AS mengatakan Pyongyang mungkin bersiap untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Sejumlah uji coba yang dilakukan oleh Korut membayangi beberapa pertemuan para pemimpin internasional bulan ini, termasuk konferensi Kelompok 20 di Bali, di mana Yoon menekan Presiden China Xi Jinping untuk berbuat lebih banyak untuk mengendalikan provokasi nuklir dan rudal Korea Utara. Sementara Xi mendesak Seoul untuk meningkatkan hubungan dengan Pyongyang.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Ia meminta China sebagai sekutu dekat Korut untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Ia mengatakan tidak melakukan hal itu akan menyebabkan masuknya aset militer ke wilayah tersebut.
"Yang pasti China memiliki kemampuan untuk mempengaruhi Korea Utara, dan China memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam proses tersebut," kata Yoon dalam wawancara dengan Reuters di kantornya, Selasa (29/11/2022).
"Terserah Beijing untuk memutuskan apakah akan menggunakan pengaruh itu untuk perdamaian dan stabilitas," tambahnya.
Dikatakan oleh Yoon tindakan Korut mengarah pada peningkatan pertahanan di negara-negara di sekitar kawasan, termasuk Jepang, dan lebih banyak penempatan pesawat tempur dan kapal AS.
"Adalah kepentingan China untuk melakukan upaya terbaik untuk membujuk Korea Utara melakukan denuklirisasi," ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Yoon memperingatkan Korut bahwa ia dan sekutunya akan memberikan respons yang belum pernah terjadi sebelumnya jika nekat melakukan uji coba nuklir.
Ia mengatakan respons yang diberikan oleh Korsel dan sekutunya Amerika Serikat (AS) dan Jepang akan menjadi sesuatu yang belum pernah terlihat sebelumnya. Namun ia menolak memberikan penjelasan terkait respons itu.
"Akan sangat tidak bijaksana bagi Korea Utara untuk melakukan uji coba nuklir ketujuh," katanya.
Korsel dan AS sendiri telah setuju untuk mengerahkan lebih banyak "aset strategis" AS seperti kapal induk dan pembom jarak jauh ke daerah itu, tetapi Yoon mengatakan dia tidak mengharapkan perubahan pada 28.500 pasukan darat Amerika yang ditempatkan di Korea Selatan.
"Kita harus menanggapi secara konsisten, dan sejalan satu sama lain," kata Yoon, menyalahkan kurangnya konsistensi dalam tanggapan internasional atas kegagalan kebijakan terkait Korut selama tiga dekade.
Di tengah uji coba rudal Korut tahun ini yang mencatat rekor, pemimpin Korut Kim Jong-un minggu ini mengatakan negaranya berniat untuk memiliki kekuatan nuklir paling kuat di dunia. Pejabat Korsel dan AS mengatakan Pyongyang mungkin bersiap untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Sejumlah uji coba yang dilakukan oleh Korut membayangi beberapa pertemuan para pemimpin internasional bulan ini, termasuk konferensi Kelompok 20 di Bali, di mana Yoon menekan Presiden China Xi Jinping untuk berbuat lebih banyak untuk mengendalikan provokasi nuklir dan rudal Korea Utara. Sementara Xi mendesak Seoul untuk meningkatkan hubungan dengan Pyongyang.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ian)
tulis komentar anda