Protes Besar Pecah di Xinjiang, Massa Tuntut Lockdown Covid-19 Diakhiri
Sabtu, 26 November 2022 - 16:06 WIB
BEIJING - Protes besar pecah di wilayah Xinjiang, China , di mana kerumunan massa meneriaki penjaga yang memakai baju hazmat. Protes yang jarang terjadi ini muncul setelah targedi kebakaran menewaskan 10 orang.
Massa marah atas lockdown Covid-19 yang berkepanjangan, yang dianggap sebagai penghalang orang-orang untuk melarikan diri dari kebakaran.
Dalam video yang bereda di media sosial China pada Jumat malam, kerumunan massa berteriak "Akhiri lockdown!"
Massa juga mengangkat kepalan tangan mereka ke udara saat mereka berjalan di jalan. Reuters pada Sabtu (26/11/2022) memverifikasi rekaman video itu diunggah dari Ibu Kota Xinjiang, Urumqi.
Video memperlihatkan orang-orang di alun-alun menyanyikan lagu kebangsaan China dengan liriknya, “Bangkitlah, mereka yang menolak menjadi budak!” sementara yang lain berteriak ingin dibebaskan dari lockdown.
China telah menempatkan wilayah Xinjiang yang luas di bawah lockdown terlama di negara itu, dengan banyak dari 4 juta penduduk Urumqi dilarang meninggalkan rumah mereka selama 100 hari.
Kota itu melaporkan sekitar 100 kasus baru Covid-19 dalam dua hari terakhir.
Xinjiang adalah rumah bagi 10 juta orang Uighur. Kelompok hak asasi manusia (HAM) dan pemerintah Barat telah lama menuduh Beijing melakukan pelanggaran terhadap etnis minoritas yang sebagian besar Muslim, termasuk kerja paksa di kamp-kamp interniran.
Massa marah atas lockdown Covid-19 yang berkepanjangan, yang dianggap sebagai penghalang orang-orang untuk melarikan diri dari kebakaran.
Dalam video yang bereda di media sosial China pada Jumat malam, kerumunan massa berteriak "Akhiri lockdown!"
Massa juga mengangkat kepalan tangan mereka ke udara saat mereka berjalan di jalan. Reuters pada Sabtu (26/11/2022) memverifikasi rekaman video itu diunggah dari Ibu Kota Xinjiang, Urumqi.
Video memperlihatkan orang-orang di alun-alun menyanyikan lagu kebangsaan China dengan liriknya, “Bangkitlah, mereka yang menolak menjadi budak!” sementara yang lain berteriak ingin dibebaskan dari lockdown.
China telah menempatkan wilayah Xinjiang yang luas di bawah lockdown terlama di negara itu, dengan banyak dari 4 juta penduduk Urumqi dilarang meninggalkan rumah mereka selama 100 hari.
Kota itu melaporkan sekitar 100 kasus baru Covid-19 dalam dua hari terakhir.
Xinjiang adalah rumah bagi 10 juta orang Uighur. Kelompok hak asasi manusia (HAM) dan pemerintah Barat telah lama menuduh Beijing melakukan pelanggaran terhadap etnis minoritas yang sebagian besar Muslim, termasuk kerja paksa di kamp-kamp interniran.
tulis komentar anda