Penyakit Binatang Diprediksi Meningkat, PBB: Hentikan Konsumsi Hewan Liar
Rabu, 08 Juli 2020 - 12:11 WIB
LONDON - Para pakar kesehatan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan penyakit binatang akan terus meningkat pada manusia jika tidak dihentikan kebiasaan mengonsumsi hewan liar dan perlunya menyelamatkan lingkungan. Munculnya pandemi virus corona karena permintaan binatang liar, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan, dan perubahan iklim.
Pengabaian penyakit hewan telah mengakibatkan dua juta orang meninggal setiap tahunnya. Pandemi corona saja telah menyebabkan kerugian ekonomi global hingga USD9 triliun selama dua tahun. Selain corona, virus Ebola, West Nile, dan Sars juga merupakan penyakit yang berasal dari binatang dan menular ke manusia.
Program Lingkungan PBB dan International Livestock Research Institute menyatakan penularan penyakit hewan kepada manusia karena degradasi tanah, eksploitasi binatang liar, dan perubahan iklim. Itu menyebabkan interaksi antara manusia dengan binatang liar semakin intensif. (Baca: Pentingnya Tetap Bergerak Aktif di Masa Pandemi)
"Pada abad lalu, kita melihat sedikitanya enam pandemi virus corona,” kata Direktur Eksekutif Program Lingungan PBB, Inger Andersen, dilansir BBC. “Selama dua dekade lalu sebelum Covid-19, penyakit dari binatang telah menyebabkan kerugian ekonomi mencapai USD100 miliar,” ujarnya.
Andersen mengungkapkan, dua juta orang di negara berpendapatan rendah meninggal setiap tahun karena penyakit yang ditularkan dari binatang, seperti antraks dan rabies. “Banyak komunitas dengan perbagai masalah yang kompleks dan ketergantungan dengan binatang liar,” katanya.
Dalam lima tahun terakhir, produksi daging telah meningkat 260%. Pertanian yang semakin intensif, infrastruktur yang meluas, dan ruang binatang liar pun semakin sempit. “Waduk, irigasi, dan pabrik berkaitan dengan 25% penyakit infeksi pada manusia. Perjalanan, transportasi, dan suplai makanan menghapus jarak dan perbatasan. Perubahan iklim berkontribusi pada penyebaran patogen,” kata Andersen.
Apa solusinya? Pemerintah harus mencegah terjadinya wabah dengan tidak merusak ekosistem. Itu bisa menghentikan penularan penyakit hewan kepada manusia ke depannya. “Untuk mencegah wabah, kita harus melindungi lingkungan alam,” ujar Andersen. (Baca juga: Gabung 2 Kapal Induk, Bomber B-52 AS Manuver di Laut China Selatan)
Sementara itu, WHO menyebutkan, mereka sedang mengkaji laporan yang mengeklaim bahwa WHO mengecilkan risiko penyebaran virus corona melalui udara. WHO mengatakan penyakit Covid-19 menyebar utamanya melalui cipratan atau droplet yang keluar dari hidung dan mulut ketika orang yang terinfeksi virus batuk, bersin, ataupun berbicara.
Namun, ratusan ilmuwan mengatakan ada bukti yang mengindikasikan bahwa partikel-partikel lebih kecil, yang bisa bergerak lebih jauh, juga dapat menginfeksi manusia. Dalam surat terbuka kepada WHO, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti yang menunjukkan partikel yang lebih kecil dapat menginfeksi manusia lewat udara. Mereka mendesak WHO memperbarui informasi tentang virus corona. "Kami mengetahui artikel itu dan sedang meninjau isinya dengan pakar teknis kami," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic dilansir Reuters. (Lihat videonya: Ular Piton 2,5 Meter Tutupi Saluran Air di Cilegon)
Para ilmuwan mengatakan, baik dipaparkan melalui droplet dari hidung dan mulut atau partikel yang lebih kecil, virus korona menular melalui udara dan bisa menginfeksi orang ketika dihirup. Namun, WHO mengatakan bukti virus menular lewat udara tidak meyakinkan. (Andika H Mustaqim)
Pengabaian penyakit hewan telah mengakibatkan dua juta orang meninggal setiap tahunnya. Pandemi corona saja telah menyebabkan kerugian ekonomi global hingga USD9 triliun selama dua tahun. Selain corona, virus Ebola, West Nile, dan Sars juga merupakan penyakit yang berasal dari binatang dan menular ke manusia.
Program Lingkungan PBB dan International Livestock Research Institute menyatakan penularan penyakit hewan kepada manusia karena degradasi tanah, eksploitasi binatang liar, dan perubahan iklim. Itu menyebabkan interaksi antara manusia dengan binatang liar semakin intensif. (Baca: Pentingnya Tetap Bergerak Aktif di Masa Pandemi)
"Pada abad lalu, kita melihat sedikitanya enam pandemi virus corona,” kata Direktur Eksekutif Program Lingungan PBB, Inger Andersen, dilansir BBC. “Selama dua dekade lalu sebelum Covid-19, penyakit dari binatang telah menyebabkan kerugian ekonomi mencapai USD100 miliar,” ujarnya.
Andersen mengungkapkan, dua juta orang di negara berpendapatan rendah meninggal setiap tahun karena penyakit yang ditularkan dari binatang, seperti antraks dan rabies. “Banyak komunitas dengan perbagai masalah yang kompleks dan ketergantungan dengan binatang liar,” katanya.
Dalam lima tahun terakhir, produksi daging telah meningkat 260%. Pertanian yang semakin intensif, infrastruktur yang meluas, dan ruang binatang liar pun semakin sempit. “Waduk, irigasi, dan pabrik berkaitan dengan 25% penyakit infeksi pada manusia. Perjalanan, transportasi, dan suplai makanan menghapus jarak dan perbatasan. Perubahan iklim berkontribusi pada penyebaran patogen,” kata Andersen.
Apa solusinya? Pemerintah harus mencegah terjadinya wabah dengan tidak merusak ekosistem. Itu bisa menghentikan penularan penyakit hewan kepada manusia ke depannya. “Untuk mencegah wabah, kita harus melindungi lingkungan alam,” ujar Andersen. (Baca juga: Gabung 2 Kapal Induk, Bomber B-52 AS Manuver di Laut China Selatan)
Sementara itu, WHO menyebutkan, mereka sedang mengkaji laporan yang mengeklaim bahwa WHO mengecilkan risiko penyebaran virus corona melalui udara. WHO mengatakan penyakit Covid-19 menyebar utamanya melalui cipratan atau droplet yang keluar dari hidung dan mulut ketika orang yang terinfeksi virus batuk, bersin, ataupun berbicara.
Namun, ratusan ilmuwan mengatakan ada bukti yang mengindikasikan bahwa partikel-partikel lebih kecil, yang bisa bergerak lebih jauh, juga dapat menginfeksi manusia. Dalam surat terbuka kepada WHO, 239 ilmuwan di 32 negara menguraikan bukti yang menunjukkan partikel yang lebih kecil dapat menginfeksi manusia lewat udara. Mereka mendesak WHO memperbarui informasi tentang virus corona. "Kami mengetahui artikel itu dan sedang meninjau isinya dengan pakar teknis kami," kata juru bicara WHO Tarik Jasarevic dilansir Reuters. (Lihat videonya: Ular Piton 2,5 Meter Tutupi Saluran Air di Cilegon)
Para ilmuwan mengatakan, baik dipaparkan melalui droplet dari hidung dan mulut atau partikel yang lebih kecil, virus korona menular melalui udara dan bisa menginfeksi orang ketika dihirup. Namun, WHO mengatakan bukti virus menular lewat udara tidak meyakinkan. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
tulis komentar anda