Ilmuwan Klaim Bisa Prediksi Kematian Lewat Cara Berjalan
Sabtu, 22 Oktober 2022 - 09:36 WIB
LONDON - Manusia pada akhirnya akan mati. Tetapi bagaimana jika Anda tahu kapan Anda berisiko mati, hanya berdasarkan cara Anda berjalan?
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan sensor gerak di pergelangan tangan dapat digunakan untuk memprediksi risiko kematian seseorang hingga lima tahun kemudian.
Sebagai salah satu validasi terbesar dari teknologi wearable hingga saat ini, penelitian tersebut meningkatkan kemungkinan suatu hari nanti menggunakan sistem deteksi gerakan di smartphone untuk mensurvei kesehatan pasien tanpa perlu kunjungan langsung ke kantor dokter.
Studi yang diterbitkan pada Kamis lalu di jurnal PLOS Digital Health, dijalankan dengan menggunakan data dari lebih dari 100.000 warga Inggris dari proyek besar Biobank Inggris, yang mulai mengumpulkan informasi kesehatan dan biometrik dari para peserta pada 2006 dan akan mengikuti mereka selama 14 tahun lagi.
Dari data sensor pergelangan tangan selama seminggu, para peneliti di University of Illinois di Urbana-Champaign merancang model yang mengurangi akselerasi seseorang dan jarak yang mereka tempuh menjadi potongan enam menit.
Menurut penulis studi Bruce Schatz, seorang peneliti ilmu komputer Universitas Illinois, para ilmuwan memilih durasi ini untuk meniru tes berjalan enam menit: pengukuran fungsi jantung dan paru-paru yang biasa dilakukan selama janji medis yang menugaskan peserta berjalan dengan kecepatan normal selama enam menit dan membandingkan total jarak tempuh mereka dengan tolok ukur sesuai dengan usia mereka.
Schatz mengatakan tes ini adalah ukuran eksternal yang sangat baik dari apa yang terjadi secara internal, dan dapat dengan mudah direplikasi menggunakan akselerometer yang ada di sensor pergelangan tangan atau telepon murah.
"Saya tahu pasti bahwa model semacam ini akan bekerja dengan ponsel murah," katanya seperti dikutip dari The Daily Beast, Sabtu (22/10/2022).
Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan sensor gerak di pergelangan tangan dapat digunakan untuk memprediksi risiko kematian seseorang hingga lima tahun kemudian.
Sebagai salah satu validasi terbesar dari teknologi wearable hingga saat ini, penelitian tersebut meningkatkan kemungkinan suatu hari nanti menggunakan sistem deteksi gerakan di smartphone untuk mensurvei kesehatan pasien tanpa perlu kunjungan langsung ke kantor dokter.
Studi yang diterbitkan pada Kamis lalu di jurnal PLOS Digital Health, dijalankan dengan menggunakan data dari lebih dari 100.000 warga Inggris dari proyek besar Biobank Inggris, yang mulai mengumpulkan informasi kesehatan dan biometrik dari para peserta pada 2006 dan akan mengikuti mereka selama 14 tahun lagi.
Dari data sensor pergelangan tangan selama seminggu, para peneliti di University of Illinois di Urbana-Champaign merancang model yang mengurangi akselerasi seseorang dan jarak yang mereka tempuh menjadi potongan enam menit.
Menurut penulis studi Bruce Schatz, seorang peneliti ilmu komputer Universitas Illinois, para ilmuwan memilih durasi ini untuk meniru tes berjalan enam menit: pengukuran fungsi jantung dan paru-paru yang biasa dilakukan selama janji medis yang menugaskan peserta berjalan dengan kecepatan normal selama enam menit dan membandingkan total jarak tempuh mereka dengan tolok ukur sesuai dengan usia mereka.
Schatz mengatakan tes ini adalah ukuran eksternal yang sangat baik dari apa yang terjadi secara internal, dan dapat dengan mudah direplikasi menggunakan akselerometer yang ada di sensor pergelangan tangan atau telepon murah.
"Saya tahu pasti bahwa model semacam ini akan bekerja dengan ponsel murah," katanya seperti dikutip dari The Daily Beast, Sabtu (22/10/2022).
tulis komentar anda