Nyamar Jadi Kuli Bangunan, Aktivis China Beraksi Menghina Xi Jinping

Selasa, 18 Oktober 2022 - 10:11 WIB
Aktivis China, Peng Lifa, menyamar jadi kuli bangunan dan beraksi menghina Presiden Xi Jinping menjelang kongres Partai Komunis China. Foto/Twitter @changchengwai There are growing concerns for the protester after his arrest. Picture: Twitter/@jenniferzen
BEIJING - Aktivis China, Peng Lifa, melakukan aksi epik menjelang kongres Partai Komunis China . Dia menyamar sebagai kuli bangunan dan kemudian membentangkan spanduk berisi penghinaan terhadap Presiden Xi Jinping .

Peng telah ditangkap pihak berwenang China setelah aksi tersebut. Sekarang muncul kekhawatiran yang berkembang di tengah masyarakat bahwa dia menghadapi "penyiksaan rahasia" atau bahkan eksekusi.

Partai Komunis China sudah mulai menggelar Kongres Nasional ke-20 sejak 16 Oktober. Kongres itu kemungkinan akan memberikan Xi Jinping untuk berkuasan kembali sebagai presiden untuk periode ketiga.



Aksi Peng yang dilakukan menjelang kongres dirancang untuk mempermalukan Xi Jinping dan menarik perhatian global terhadap masalah-masalah di China.



Dalam aksinya, Peng naik ke Jembatan Sitong yang terkenal dengan menyamar sebagai kuli bangunan lengkap dengan helm dan seragam khas.

Dia kemudian menyalakan api untuk menarik perhatian orang-orang, menggantung dua spanduk dan memainkan nyanyian protes yang telah direkam sebelumnya melalui pengeras suara.

Spanduk-spanduk itu menampilkan pesan berani dalam huruf merah tebal—mencap Xi sebagai diktator dan mengkritik serangkaian kebijakan Xi yang diklaim Peng membuat warga menjadi “orang yang diperbudak”.

“Mogok mahasiswa, mogok pekerja, singkirkan diktator danmaling negara Xi Jinping,” bunyi salah satu spanduk.

"Kami ingin makan, tidak melakukan tes virus corona; reformasi, bukan Revolusi Kebudayaan. Kami menginginkan kebebasan, bukan penguncian; pemilu, bukan penguasa. Kami menginginkan martabat, bukan kebohongan. Jadilah warga negara, bukan orang yang diperbudak," bunyi spanduk lainnya.

Peng—digambarkan media lokal sebagai seorang fisikawan dan ayah berusia akhir 40-an tahun—segera ditangkap, dengan pihak berwenang dengan cepat mencopot spanduk-spanduk tersebut.

Tetapi tindakan itu dilihat oleh banyak warga Beijing yang merekam dan memotret protesnya sebelum membagikannya secara online, meskipun banyak yang segera dihapus dari internet oleh sensor Partai Komunis China (PKC).

Ratusan ribu pengguna WeChat yang bahkan menggunakan referensi yang tidak jelas tentang aksi tersebut juga telah menutup akun mereka, tetapi visi tentang insiden tersebut masih berlanjut ke dunia yang lebih luas, di mana posting-an yang tak terhitung jumlahnya beredar di Twitter.

Peng tidak terlihat lagi sejak itu, dengan petisi Change.org diluncurkan untuk menekan China agar membebaskan apa yang disebut "pahlawan spanduk".

“Dia hanya menggunakan hak atas kebebasan berbicara. Namun, dia langsung ditangkap. Meskipun insiden tersebut telah diliput secara internasional, PKC dengan keras menyensor setiap komentar yang mungkin menyebutkan insiden ini. Bahkan mem-posting Jembatan Sitong, tempat kejadian ini terjadi, dapat menyebabkan akun media sosial seseorang diblokir secara permanen,” tulis pembuat petisi, seperti dikutip news.com.au, Selasa (18/10/2022).

“PKC memiliki sejarah panjang dan terkenal dalam menganiaya dan menyiksa tahanan hati nurani. Tidak perlu dikatakan bahwa Peng Lifa tidak terkecuali, terutama pada saat ini ketika Xi Jinping, diktator PKC dan pemerintah China, berkampanye untuk masa jabatan lima tahun lagi," lanjut pembuat petisi tersebut.

“Oleh karena itu, saya meminta Anda untuk berbicara mewakili Peng saat dia berdiri dan berbicara untuk jutaan orang China biasa. Jika Anda tinggal di China, beri tahu orang-orang apa yang terjadi di Jembatan Sitong (tetapi hanya jika aman untuk melakukannya). Jika Anda tinggal di luar China, silakan menulis kepada anggota kongres/senator Anda tentang tindakan heroik Peng."

“Tolong minta pemerintah Anda [untuk] menekan PKC sehingga Peng bisa diselamatkan dari penyiksaan rahasia yang sangat mungkin dan, dalam kasus terburuk, eksekusi," imbuh dia.
(min)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More