17 Tewas dalam Aksi Protes Kematian Mahsa Amini di Iran

Jum'at, 23 September 2022 - 03:45 WIB
17 Tewas dalam Aksi Protes Kematian Mahsa Amini di Iran. FOTO/Reuters
TEHERAN - Korban tewas dalam aksi protes kematian seorang wanita muda Iran , Mahsa Amini, terus bertambah. Hingga Kamis (22/9/2022), tercatat 17 orang tewas dalam demonstrasi 6 malam berturut-turut itu.

"Tujuh belas orang, termasuk demonstran dan polisi, telah kehilangan nyawa mereka dalam peristiwa beberapa hari terakhir," televisi pemerintah melaporkan tanpa memberikan rincian, seperti dikutip dari Reuters. Korban resmi sebelumnya adalah 7 pengunjuk rasa dan 4 anggota pasukan keamanan tewas.



“Tiga paramiliter "dikerahkan untuk menghadapi para perusuh" ditembak mati atau ditikam di kota Tabriz, di provinsi Azerbaijan Timur, Qazvin, di provinsi dengan nama yang sama, dan Mashhad, di provinsi Razavi Khorasan,” kantor berita Iran melaporkan.

Seorang anggota pasukan keamanan juga tewas pada Selasa selama protes di Shiraz, provinsi Fars, kata badan-badan itu. Para pejabat membantah pasukan keamanan terlibat dalam kematian para pengunjuk rasa.



Sementara itu, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa "tindakan kekacauan" tidak dapat diterima. Pesan itu adalah sebuah peringatan kepada para pengunjuk rasa yang turun ke jalan-jalan di seluruh negeri untuk melampiaskan kemarahan mereka atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan.

Berbicara pada konferensi pers di sela-sela Sidang Umum PBB, Raisi menambahkan bahwa dia telah memerintahkan penyelidikan atas kasus Mahsa Amini yang meninggal pekan lalu setelah ditangkap karena mengenakan "pakaian tidak pantas".



"Ada kebebasan berekspresi di Iran, tetapi tindakan kekacauan tidak dapat diterima," kata Raisi, yang menghadapi protes terbesar di Republik Islam itu sejak 2019.

Perempuan telah memainkan peran penting dalam aksi demonstrasi kali ini. Mereka melambaikan dan membakar cadar mereka. Beberapa wanita bahkan memotong rambut mereka di depan umum sebagai tantangan langsung kepada para pemimpin ulama.

Para pengunjuk rasa di Teheran dan kota-kota lain membakar kantor polisi dan kendaraan karena kemarahan publik atas kematian itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, dengan laporan pasukan keamanan diserang.

Dalam sebuah pernyataan, Pengawal Revolusi Iran menyatakan simpati kepada keluarga dan kerabat Amini. "Kami telah meminta pengadilan untuk mengidentifikasi mereka yang menyebarkan berita palsu dan desas-desus di media sosial serta di jalan dan yang membahayakan keselamatan psikologis masyarakat dan untuk menangani mereka dengan tegas," kata Garda Revolusi Iran, yang telah menindak protes di masa lalu.



Kementerian Intelijen Iran juga mencoba untuk memecah momentum demonstrasi, dengan mengatakan bahwa menghadiri protes adalah ilegal dan siapa pun yang ambil bagian akan menghadapi tuntutan, situs berita Iran melaporkan.

Protes pro-pemerintah direncanakan pada hari Jumat dan beberapa pengunjuk rasa telah turun ke jalan, kata media Iran. Kepala Kehakiman Gholamhossein Mohseni Ejei telah memerintahkan tindakan cepat dalam kasus perusuh untuk "menjaga keamanan dan kedamaian warga", lapor berita Tasnim.

Amerika Serikat pada hari Kamis menjatuhkan sanksi pada polisi moral Iran, menuduh mereka melakukan pelecehan dan kekerasan terhadap wanita Iran dan melanggar hak-hak pengunjuk rasa Iran yang damai, kata Departemen Keuangan AS.

Sebagian besar aksi protes terkonsentrasi di barat laut Iran yang berpenduduk Kurdi, tetapi telah menyebar ke ibu kota dan setidaknya 50 kota besar dan kecil, dengan polisi menggunakan kekuatan untuk membubarkan pengunjuk rasa. Amini sendiri berasal dari provinsi Kurdistan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
(esn)
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More