Aktivis LGBT Kesal Peru Bela Indonesia soal Kematian Mahasiswa Transgender di Bali
Minggu, 28 Agustus 2022 - 00:19 WIB
LIMA - Para aktivis lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Peru menggelar protes setelah pemerintah setempat mendukung kesimpulan polisi Indonesia atas kematian seorang mahasiswa transgender asal Peru di Bali.
Rodrigo Ventocilla, mahasiswa pascasarjana lulusan Harvard Kennedy School, dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit baru-baru ini setelah sebelumnya ditangkap pasukan polisi Bali atas dugaan kepemilikan ganja. Korban tiba di Bali untuk berbulan madu dengan pasangan pria-nya.
Kementerian Luar Negeri Peru telah mengeluarkan pernyataan yang menyebut dugaan kepemilikan narkoba Ventocilla sebagai kejahatan serius di Indonesia dan bahwa transfobia tidak menjadi faktor dalam penangkapannya.
Kementerian itu juga menolak laporan bahwa korban meninggal saat berada dalam tahanan.
“Kami menolak dan mengutuk pernyataan Kementerian Luar Negeri,” kata aktivis LGBT Luz Manriquez dalam protes kecil di Lima, seperti dikutip Reuters, Sabtu (27/8/2022).
Manriquez mengatakan pernyataan pemerintah Peru itu bias karena mengadopsi posisi Indonesia dan tidak menuntut penyelidikan.
“Itu tidak memiliki empati karena tidak mengakui bahwa seorang warga Peru telah tewas di tangan polisi dari negara lain,” imbuh Manriquez.
Brenda Alvarez, seorang pengacara untuk keluarga Ventocilla, mengatakan kepada wartawan kemarin bahwa Kementerian Luar Negeri telah setuju untuk meminta maaf atas pernyataan itu dan meluncurkan penyelidikan.
Kementerian Luar Negeri Peru tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Lihat Juga: Ditempatkan di Sel Wanita, Transgender Ini Ketahuan Berhubungan Seks dengan Napi Perempuan
Rodrigo Ventocilla, mahasiswa pascasarjana lulusan Harvard Kennedy School, dinyatakan meninggal di sebuah rumah sakit baru-baru ini setelah sebelumnya ditangkap pasukan polisi Bali atas dugaan kepemilikan ganja. Korban tiba di Bali untuk berbulan madu dengan pasangan pria-nya.
Kementerian Luar Negeri Peru telah mengeluarkan pernyataan yang menyebut dugaan kepemilikan narkoba Ventocilla sebagai kejahatan serius di Indonesia dan bahwa transfobia tidak menjadi faktor dalam penangkapannya.
Kementerian itu juga menolak laporan bahwa korban meninggal saat berada dalam tahanan.
“Kami menolak dan mengutuk pernyataan Kementerian Luar Negeri,” kata aktivis LGBT Luz Manriquez dalam protes kecil di Lima, seperti dikutip Reuters, Sabtu (27/8/2022).
Manriquez mengatakan pernyataan pemerintah Peru itu bias karena mengadopsi posisi Indonesia dan tidak menuntut penyelidikan.
“Itu tidak memiliki empati karena tidak mengakui bahwa seorang warga Peru telah tewas di tangan polisi dari negara lain,” imbuh Manriquez.
Brenda Alvarez, seorang pengacara untuk keluarga Ventocilla, mengatakan kepada wartawan kemarin bahwa Kementerian Luar Negeri telah setuju untuk meminta maaf atas pernyataan itu dan meluncurkan penyelidikan.
Kementerian Luar Negeri Peru tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.
Lihat Juga: Ditempatkan di Sel Wanita, Transgender Ini Ketahuan Berhubungan Seks dengan Napi Perempuan
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
tulis komentar anda