Tentara Ukraina Mengaku Disiksa Saat Ditahan di Penjara Rusia

Selasa, 23 Agustus 2022 - 07:03 WIB
Tentara Ukraina Mengaku Disiksa Saat Ditahan di Penjara Rusia. FOTO/News Trace
KIEV - Tiga tentara Ukraina yang terluka dan ditawan oleh Rusia setelah salah satu pertempuran terbesar, mengaku mengalami penyiksaan dan tekanan psikologis. Pengakuan itu mereka sampaikan setelah dibebaskan.

Tiga serdadu itu adalah bagian dari pasukan yang menghabiskan waktu berminggu-minggu bertempur dari pabrik baja besar di pelabuhan selatan Mariupol, setelah invasi Rusia 24 Februari. Ketiganya mengatakan pada konferensi pers di Kiev, bahwa Rusia memaksa mereka untuk mengakui kejahatan terhadap warga sipil.





Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen akun ketiganya, yang mengatakan mereka ditangkap oleh pasukan Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera menanggapi permintaan komentar.

“Saya diinterogasi bahkan sebelum saya mulai menerima antibiotik setelah anggota tubuh saya diamputasi,” kata Vladyslav Zhaivoronok, yang kehilangan satu kaki.

“Orang-orang yang ada di sana disiksa. Ada yang lukanya ditusuk jarum, ada yang disiksa dengan air, ada yang tidak mendapat perawatan yang memadai,” katanya.

Ketiganya ditukar dengan tawanan perang Rusia. Tidak segera jelas kapan pertukaran itu terjadi tetapi pada bulan Juni Ukraina mengumumkan bahwa Rusia telah menyerahkan 144 tawanan.



Zhaivoronok bertugas dengan Resimen Azov, unit penjaga nasional. Beberapa anggota Azov memiliki asal-usul sayap kanan dan ultranasionalis.

Setelah berjuang selama berminggu-minggu dari bunker dan terowongan pabrik baja, ratusan pejuang Azov menyerah pada bulan Mei. Meskipun para tahanan Azov belum didakwa secara resmi, pada 2 Agustus Mahkamah Agung Rusia memutuskan bahwa resimen tersebut adalah organisasi teroris.

Salah satu orang yang dibebaskan, Denys Chepurko, juga anggota Azov, mengatakan dia telah ditahan di sebuah penjara di Republik Rakyat Donetsk yang diproklamirkan sendiri oleh Rusia di Ukraina timur. Dia mengatakan beberapa tahanan telah dipaksa untuk telanjang dan kemudian jongkok.



“Mereka ingin kami bersaksi melawan komandan kami, (untuk mengatakan) kami telah mengebom kota, mereka ingin mengalihkan kesalahan pada kami. Saya bilang saya tidak akan melakukannya,” kata Chepurko. “Mereka mulai memukuli saya dengan tongkat. Saya tidak menandatangani apa-apa,” lanjutnya.

Sementara tahanan ketiga, Dmytro Usychenko, mengatakan: "Mereka mengancam kami dengan pembalasan fisik, menembak. Mereka ingin kami mengaku bahwa kami membunuh warga sipil, meskipun kami tidak melakukan hal seperti itu".
(esn)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More