Sepuluh Orang Tewas dalam Demonstrasi Anti PBB di Kongo

Rabu, 27 Juli 2022 - 01:56 WIB
Setidaknya 10 orang tewas dalam demonstrasi anti PBB di Kongo. Foto/Al Jazeera
KINSHASA - Sedikitnya 10 orang tewas selama aksi protes terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB di Goma, Republik Demokratik Kongo . Tujuh dari korban tewas adalah warga sipil sementara yang lainnya adalah personel PBB.

Media lokal melaporkan bahwa para pengunjuk rasa ditembak oleh pasukan penjaga perdamaian. Namun misi PBB, Monusco, belum menanggapi laporan tersebut.

Baru-baru ini terjadi peningkatan kekerasan di daerah tersebut dan penduduk setempat menuduh PBB tidak efektif.

Untuk diketahui, bagian timur Kongo tetap bergejolak dengan lebih dari 100 kelompok pemberontak aktif.



Ini adalah hari kedua aksi protes dengan orang-orang yang menyerukan PBB untuk menarik pasukan penjaga perdamaiannya dari daerah tersebut.

Pada hari Senin, demonstrasi, yang dilakukan oleh sayap pemuda pemerintah, berubah menjadi kekerasan ketika pengunjuk rasa menyerbu dan menjarah markas lokal misi PBB dan pangkalan logistik.



Kemudian pada hari Selasa aksi protes meningkat.

"Mereka menembaki kami dengan gas air mata karena kami datang untuk mengatakan bahwa Monusco tidak membantu kami. Mereka telah berada di Kongo selama 22 tahun dan tidak ada yang berhasil," kata pengunjuk rasa Anselme Musimbwa seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/7/2022).

Demonstran lain, Jack Sinzahera mengatakan: "Kami memiliki polisi kami sendiri yang akan menjaga keamanan dan properti kami, kami tidak ingin ada hubungannya dengan Monusco."

Salah satu gambar grafis yang dibagikan di media sosial menunjukkan seseorang terbaring diam di tanah, sementara yang lain berteriak bahwa dia telah ditembak mati oleh pasukan PBB.

Juru bicara pemerintah Republik Demokratik Kongo Patrick Muyaya sebelumnya mengatakan di Twitter bahwa setidaknya lima orang tewas dan sekitar 50 lainnya terluka. Tapi dia tidak mengatakan siapa yang dia pikir bertanggung jawab.

Pada hari Senin, kepala Monusco Khassim Diagne mengatakan bahwa "bukan dalam kekacauan dan kebingungan atau perpecahan bahwa kami akan membuat kemajuan menuju stabilisasi dan perdamaian.



"(Monusco) berdiri di samping rakyat dan mendukung pasukan pertahanan dan keamanan nasional dalam perjuangan mereka melawan kelompok-kelompok bersenjata."

Ada protes terhadap PBB selama bertahun-tahun di Goma dan kota-kota lain di timur negara itu, tetapi tidak pada skala atau tingkat kekerasan ini.

Pasukan penjaga perdamaian PBB telah berada di Republik Demokratik Kongo selama lebih dari dua dekade. Monasco mengambil alih dari misi PBB sebelumnya pada tahun 2010.

Tetapi para kritikus menunjukkan bahwa pada saat itu aktivitas pemberontak belum berakhir dan orang-orang di wilayah tersebut terus hidup dalam keadaan tidak aman.

Monusco saat ini memiliki hampir 18.000 personel di negara itu, termasuk lebih dari 12.000 tentara dengan Pakistan, India dan Bangladesh sebagai negara dengan jumlah pasukan terbesar. Pasukan itu sedang bersiap untuk ditarik meskipun tidak ada tanggal yang ditetapkan.

Ada peningkatan dalam konflik di sana yang melibatkan beberapa kelompok bersenjata termasuk gerakan M23 dan Pasukan Demokrat Sekutu.



Republik Demokratik Kongo menuduh negara tetangga Rwanda mendukung M23, yang dibantah Rwanda. Tiga minggu lalu, kedua pemimpin negara menyepakati "proses de-eskalasi" di Republik Demokratik Kongo timur.

Pemerintah Republik Demokratik Kongo mengatakan telah meminta tentara dan polisi untuk memulihkan ketenangan di Goma.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More