Sekjen PBB Soal Perubahan Iklim: Tindakan Kolektif atau Bunuh Diri Kolektif

Senin, 18 Juli 2022 - 18:39 WIB
“Pertama, kita perlu mengurangi emisi, sekarang. Setiap negara perlu meninjau kembali dokumen Nationally Determined Contributions. Kita perlu menunjukkan di COP 27 bahwa revolusi energi terbarukan sedang berlangsung,” ujar dia.

Menurut dia, ada potensi besar untuk transisi energi yang adil yang mempercepat penghentian penggunaan batu bara dengan penerapan energi terbarukan yang sesuai.

Misalnya, kesepakatan dengan Afrika Selatan pada November lalu menjadi preseden yang baik.

“Kemitraan yang sedang dibahas dengan Indonesia dan Vietnam juga penting. Mereka mewujudkan potensi kerja sama dalam semangat multilateral dan kolaboratif,” papar dia.

Dia mengungkapkan, “Namun, izinkan saya menjelaskan: upaya ini harus menjadi tambahan, bukan pengganti, untuk dukungan yang dibutuhkan negara-negara berkembang untuk memastikan transisi mereka ke masa depan yang bersih dan tahan iklim.”

Dia berharap G7 dan G20 menunjukkan kepemimpinan pada energi terbarukan, dan pada kerja sama dengan itikad baik.

“Kedua, kita harus memperlakukan adaptasi dengan urgensi yang dibutuhkan. Satu dari tiga orang tidak memiliki cakupan sistem peringatan dini,” ujar dia.

Orang-orang di Afrika, Asia Selatan, serta Amerika Tengah dan Selatan 15 kali lebih mungkin meninggal karena peristiwa cuaca ekstrem. Ketidakadilan yang besar ini tidak dapat bertahan.

Dia mendorong cakupan sistem peringatan dini universal dalam lima tahun ke depan, sebagai permulaan.

“Dan mari tunjukkan bagaimana kita dapat menggandakan pendanaan adaptasi menjadi USD40 miliar per tahun dan bagaimana Anda akan meningkatkannya menjadi pendanaan mitigasi yang setara,” papar dia.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More