Mengejutkan, Macron Kalah Telak dalam Pemilu Parlemen Prancis
Senin, 20 Juni 2022 - 08:51 WIB
PARIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan kubu politiknya mengalami kekalahan telak dalam pemilu parlemen pada hari Minggu. Ini mengejutkan karena Macron menang dalam pemilihan presiden April lalu.
Parlemen Prancis kini dikuasai aliansi sayap kiri yang baru dibentuk dan kubu sayap kanan. Kekalahan kubu Macron ini menjadi pukulan keras terhadap rencana sang presiden untuk reformasi besar periode kedua.
Kekalahan ini akan memaksa Macron untuk merangkul sekutu baru untuk memperkuat pemerintahannya.
Macron (44) sekarang juga berisiko terganggu oleh masalah domestik saat dia berusaha memainkan peran penting dalam mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina dan sebagai negarawan kunci di Uni Eropa.
Koalisi "Together" Macron masih akan menjadi partai terbesar di Majelis Nasional berikutnya. Tetapi dengan 245 kursi, menurut hasil penuh Kementerian Dalam Negeri yang diumumkan pada Senin (20/6/2022) dini hari, jauh dari 289 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas di Parlemen yang beranggotakan 577 orang.
"Situasi ini merupakan risiko bagi negara kita, mengingat tantangan yang harus kita hadapi," kata Perdana Menteri Elisabeth Borne dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.
Dia bersumpah: "Kami akan bekerja mulai besok untuk membangun mayoritas yang bekerja."
Hasil pemilu Parlemen ini sangat menodai kemenangan Macron dalam pemilihan presiden April lalu ketika dia mengalahkan kandidat presiden sayap kanan untuk menjadi presiden Prancis pertama yang memenangkan masa jabatan kedua dalam lebih dari dua dekade.
"Ini adalah titik balik untuk citranya yang tak terkalahkan," kata Bruno Cautres, seorang peneliti di Centre for Political Research of Sciences Po.
Harian Le Monde menjadikan kekalahan kubu Macron ini dalam berita utamanya; "Macron menghadapi risiko kelumpuhan politik," tulis surat kabar tersebut.
Sementara itu, harian Le Figaro mengatakan hasil itu meningkatkan momok "mandat baru yang lahir mati".
Koalisi sayap kiri baru NUPES di bawah pimpinan tokoh sayap kiri berusia 70 tahun; Jean-Luc Melenchon, memenangkan 135 kursi. Itu menurut hitungan AFP berdasarkan hasil yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Koalisi itu, yang dibentuk pada Mei setelah kubu sayap kiri terpecah untuk pemilihan presiden April lalu, menyatukan kubu sosialis, saya kiri keras, komunis dan partai hijau.
Melenchon menyebut hasil pemilu parlemen hari Minggu "di atas semua kegagalan pemilu" untuk Macron.
"Kekalahan partai presiden adalah total dan tidak akan ada mayoritas di Parlemen," katanya kepada para pendukung yang bersorak di Paris.
Parlemen Prancis kini dikuasai aliansi sayap kiri yang baru dibentuk dan kubu sayap kanan. Kekalahan kubu Macron ini menjadi pukulan keras terhadap rencana sang presiden untuk reformasi besar periode kedua.
Kekalahan ini akan memaksa Macron untuk merangkul sekutu baru untuk memperkuat pemerintahannya.
Macron (44) sekarang juga berisiko terganggu oleh masalah domestik saat dia berusaha memainkan peran penting dalam mengakhiri invasi Rusia ke Ukraina dan sebagai negarawan kunci di Uni Eropa.
Koalisi "Together" Macron masih akan menjadi partai terbesar di Majelis Nasional berikutnya. Tetapi dengan 245 kursi, menurut hasil penuh Kementerian Dalam Negeri yang diumumkan pada Senin (20/6/2022) dini hari, jauh dari 289 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas di Parlemen yang beranggotakan 577 orang.
"Situasi ini merupakan risiko bagi negara kita, mengingat tantangan yang harus kita hadapi," kata Perdana Menteri Elisabeth Borne dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.
Dia bersumpah: "Kami akan bekerja mulai besok untuk membangun mayoritas yang bekerja."
Hasil pemilu Parlemen ini sangat menodai kemenangan Macron dalam pemilihan presiden April lalu ketika dia mengalahkan kandidat presiden sayap kanan untuk menjadi presiden Prancis pertama yang memenangkan masa jabatan kedua dalam lebih dari dua dekade.
"Ini adalah titik balik untuk citranya yang tak terkalahkan," kata Bruno Cautres, seorang peneliti di Centre for Political Research of Sciences Po.
Harian Le Monde menjadikan kekalahan kubu Macron ini dalam berita utamanya; "Macron menghadapi risiko kelumpuhan politik," tulis surat kabar tersebut.
Sementara itu, harian Le Figaro mengatakan hasil itu meningkatkan momok "mandat baru yang lahir mati".
Koalisi sayap kiri baru NUPES di bawah pimpinan tokoh sayap kiri berusia 70 tahun; Jean-Luc Melenchon, memenangkan 135 kursi. Itu menurut hitungan AFP berdasarkan hasil yang diterbitkan oleh Kementerian Dalam Negeri.
Koalisi itu, yang dibentuk pada Mei setelah kubu sayap kiri terpecah untuk pemilihan presiden April lalu, menyatukan kubu sosialis, saya kiri keras, komunis dan partai hijau.
Melenchon menyebut hasil pemilu parlemen hari Minggu "di atas semua kegagalan pemilu" untuk Macron.
"Kekalahan partai presiden adalah total dan tidak akan ada mayoritas di Parlemen," katanya kepada para pendukung yang bersorak di Paris.
(min)
tulis komentar anda