Ilmuwan Jerman: Jika Lockdown Dicabut, Covid-19 akan Kembali Menggila
Minggu, 26 April 2020 - 02:05 WIB
BERLIN - Sekelompok ilmuwan di Universitas Erlangen-Nurnberg di Jerman mengatakan, jika penguncian wilayah diangkat pada akhir April, Covid-19 akan kembali menggila. Mereka mengatakan, gelombang kedua akan segera menghantam jika hal itu dilakukan.
Dalam sebuah makalah, yang didasarkan pada data-data Covid-19 di Jerman, para peneliti itu mengatakan mereka berharap bahwa penguncian jangka pendek berulang dan langkah-langkah higienis, seperti mengenakan masker dan sarung tangan, perlu diterapkan untuk dua atau tiga tahun ke depan jika vaksin belum ditemukan.
Model penelitian mereka mengasumsikan "angka reproduksi" tiga, yang berarti bahwa rata-rata, satu orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ke tiga orang lainnya. Namun, jika orang yang terinfeksi menjadi simtomatik dan tetap di rumah, tingkat kontak mereka dibagi dua sehingga mereka hanya dapat menginfeksi setengah dari model satu.
Jika mereka diisolasi di rumah sakit, para ilmuwan berasumsi bahwa mereka menginfeksi rata-rata satu orang tambahan, misalnya dalam keluarga mereka, sebelum mereka diisolasi.
Mereka menyelidiki efek potensial dari kombinasi langkah-langkah, seperti kelanjutan kendala higienis setelah meninggalkan penguncian, isolasi orang menular, pengurangan kontak jangka pendek yang adaptif dan berulang, dan juga penggunaan tes antibodi skala besar untuk mengetahui siapa yang dapat diasumsikan kebal, dan berpartisipasi dalam kehidupan publik tanpa kendala.
"Tanpa memberlakukan intervensi seperti penguncian pada bulan Maret 2020, penyakit ini akan menyebabkan beban yang signifikan dari sistem kesehatan dengan banyak kematian yang diperkirakan. Ini sesuai dengan temuan model Covid-19 lainnya," kata para peneliti itu dalam makalah mereka.
“Jika penguncian hanya akan diangkat setelah empat minggu pada bulan April dan situasi kembali seperti sebelum penguncian, penyakit ini akan dapat kenbali hanya dengan sedikit keterlambatan yang sesuai dengan waktu penguncian, yang berarti bahwa sedikit waktu telah telah diperoleh untuk mempersiapkan sistem kesehatan yang lebih baik tetapi dengan jumlah kematian yang sama besarnya,” sambungnya.
Para peneliti itu kemudia menuturkan bahwa tetap menerapkan langkah-langkah higienis setelah penguncian akan menciptakan sedikit mitigasi, tetapi tidak akan cukup untuk mengalahkan Covid-19.
Mereka lalu mengatakan, penguncian jangka pendek berulang dan langkah-langkah higienis perlu dilakukan untuk dua atau tiga tahun ke depan sampai kekebalan kelompok dapat diperoleh.
Kekebalan kelompok mengacu pada situasi di mana cukup banyak orang dalam suatu populasi memiliki kekebalan terhadap infeksi untuk dapat secara efektif menghentikan penyebaran virus tersebut. Tidak masalah apakah kekebalan berasal, yang penting adalah mereka kebal terhadap virus itu.
"Ketika sekitar 70 persen populasi telah terinfeksi dan pulih, kemungkinan wabah penyakit menjadi jauh lebih sedikit karena kebanyakan orang resisten terhadap infeksi. Ini disebut kekebalan kelompok," kata Martin Hibberd, seorang profesor Penyakit Menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Dalam sebuah makalah, yang didasarkan pada data-data Covid-19 di Jerman, para peneliti itu mengatakan mereka berharap bahwa penguncian jangka pendek berulang dan langkah-langkah higienis, seperti mengenakan masker dan sarung tangan, perlu diterapkan untuk dua atau tiga tahun ke depan jika vaksin belum ditemukan.
Model penelitian mereka mengasumsikan "angka reproduksi" tiga, yang berarti bahwa rata-rata, satu orang yang terinfeksi dapat menyebarkan virus ke tiga orang lainnya. Namun, jika orang yang terinfeksi menjadi simtomatik dan tetap di rumah, tingkat kontak mereka dibagi dua sehingga mereka hanya dapat menginfeksi setengah dari model satu.
Jika mereka diisolasi di rumah sakit, para ilmuwan berasumsi bahwa mereka menginfeksi rata-rata satu orang tambahan, misalnya dalam keluarga mereka, sebelum mereka diisolasi.
Mereka menyelidiki efek potensial dari kombinasi langkah-langkah, seperti kelanjutan kendala higienis setelah meninggalkan penguncian, isolasi orang menular, pengurangan kontak jangka pendek yang adaptif dan berulang, dan juga penggunaan tes antibodi skala besar untuk mengetahui siapa yang dapat diasumsikan kebal, dan berpartisipasi dalam kehidupan publik tanpa kendala.
"Tanpa memberlakukan intervensi seperti penguncian pada bulan Maret 2020, penyakit ini akan menyebabkan beban yang signifikan dari sistem kesehatan dengan banyak kematian yang diperkirakan. Ini sesuai dengan temuan model Covid-19 lainnya," kata para peneliti itu dalam makalah mereka.
“Jika penguncian hanya akan diangkat setelah empat minggu pada bulan April dan situasi kembali seperti sebelum penguncian, penyakit ini akan dapat kenbali hanya dengan sedikit keterlambatan yang sesuai dengan waktu penguncian, yang berarti bahwa sedikit waktu telah telah diperoleh untuk mempersiapkan sistem kesehatan yang lebih baik tetapi dengan jumlah kematian yang sama besarnya,” sambungnya.
Para peneliti itu kemudia menuturkan bahwa tetap menerapkan langkah-langkah higienis setelah penguncian akan menciptakan sedikit mitigasi, tetapi tidak akan cukup untuk mengalahkan Covid-19.
Mereka lalu mengatakan, penguncian jangka pendek berulang dan langkah-langkah higienis perlu dilakukan untuk dua atau tiga tahun ke depan sampai kekebalan kelompok dapat diperoleh.
Kekebalan kelompok mengacu pada situasi di mana cukup banyak orang dalam suatu populasi memiliki kekebalan terhadap infeksi untuk dapat secara efektif menghentikan penyebaran virus tersebut. Tidak masalah apakah kekebalan berasal, yang penting adalah mereka kebal terhadap virus itu.
"Ketika sekitar 70 persen populasi telah terinfeksi dan pulih, kemungkinan wabah penyakit menjadi jauh lebih sedikit karena kebanyakan orang resisten terhadap infeksi. Ini disebut kekebalan kelompok," kata Martin Hibberd, seorang profesor Penyakit Menular di London School of Hygiene and Tropical Medicine.
(esn)
tulis komentar anda