Pasok Senjata Berat, Rusia Peringatkan Risiko Konflik Langsung dengan AS
Rabu, 01 Juni 2022 - 19:43 WIB
Dia menjelaskan, “Kami tidak akan menjadi (satu) pihak dalam perang.”
Ryabkov tidak setuju dengan alasannya, mengatakan AS membuat konflik lebih berbahaya.
“Setiap pasokan senjata, yang berlanjut dan meningkat, meningkatkan risiko perkembangan semacam itu,” ujar Ryabkov kepada wartawan, merujuk pada kemungkinan konfrontasi langsung antara Rusia dan AS.
Diplomat itu menambahkan AS selama bertahun-tahun tidak melakukan apa pun untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Rusia terkait Ukraina.
“Itu menghalangi upaya terakhir Moskow menegosiasikan kesepakatan yang mengikat secara hukum yang akan mengatasi kekhawatiran Rusia atas ekspansi NATO di Eropa,” tutur dia.
Dia menambahkan, “Setelah permusuhan terbuka pecah pada bulan Februari, sisa-sisa sikap yang sehat terhadap situasi itu hancur.”
“Washington mempertahankan jalannya dari apa yang kami tandai berkali-kali sebagai niat untuk memicu perang hingga warga Ukraina terakhir, yang mencerminkan tujuan menimbulkan seperti yang mereka katakan sendiri, kekalahan strategis Rusia. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini berbahaya,” tutur Ryabkov.
“Peningkatan pasokan senjata terbaru ke Ukraina tidak secara mendasar mengubah situasi, hanya meningkatkan risiko,” ungkap dia.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Ryabkov tidak setuju dengan alasannya, mengatakan AS membuat konflik lebih berbahaya.
“Setiap pasokan senjata, yang berlanjut dan meningkat, meningkatkan risiko perkembangan semacam itu,” ujar Ryabkov kepada wartawan, merujuk pada kemungkinan konfrontasi langsung antara Rusia dan AS.
Diplomat itu menambahkan AS selama bertahun-tahun tidak melakukan apa pun untuk mencegah eskalasi ketegangan dengan Rusia terkait Ukraina.
“Itu menghalangi upaya terakhir Moskow menegosiasikan kesepakatan yang mengikat secara hukum yang akan mengatasi kekhawatiran Rusia atas ekspansi NATO di Eropa,” tutur dia.
Dia menambahkan, “Setelah permusuhan terbuka pecah pada bulan Februari, sisa-sisa sikap yang sehat terhadap situasi itu hancur.”
“Washington mempertahankan jalannya dari apa yang kami tandai berkali-kali sebagai niat untuk memicu perang hingga warga Ukraina terakhir, yang mencerminkan tujuan menimbulkan seperti yang mereka katakan sendiri, kekalahan strategis Rusia. Ini belum pernah terjadi sebelumnya. Ini berbahaya,” tutur Ryabkov.
“Peningkatan pasokan senjata terbaru ke Ukraina tidak secara mendasar mengubah situasi, hanya meningkatkan risiko,” ungkap dia.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
tulis komentar anda