Profil Aina Gamzatova, Muslimah Rusia yang Pernah Menantang Putin di Pemilu
Senin, 30 Mei 2022 - 18:21 WIB
MOSKOW - Aina Gamzatova merupakan muslimah kelahiran 1 Oktober 1971. Sosoknya mencuri perhatian masyarakat pada saat pemilu Rusia tahun 2018 lalu.
Gamzatova adalah pemimpin perusahaan media Muslim terbesar di Rusia bernama Islam.ru, yang terdiri dari televisi, radio, dan media cetak.
Berasal dari Dagestan yang merupakan daerah konflik antara pemberontak muslim, suku-suku, dan pasukan federal, membuat Gamzatova aktif melawan ekstremisme di sana.
Wanita lulusan jurusan fisiologi dan hukum ini dikenal sebagai seorang yang pemberani, cerdas, dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik.
Ia menikah dua kali. Suaminya yang pertama bernama Said Muhammad Abubakarov tewas ketika mobil yang ditumpanginya meledak pada tahun 1998. Suami keduanya bernama Akhmad Abdulaev, seorang mufti Dagestan.
Saat pemilu presiden Rusia tahun 2018, Gamzatova mencalonkan diri menjadi presiden Rusia melawan Vladimir Putin.
Ia tercatat sebagai wanita muslimah pertama yang berani mencalonkan diri sebagai calon presiden Rusia.
Dia mendeklarasikan pencalonannya di Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan pada Sabtu (30/12/2017).
Pernyataannya ini mendapat dukungan dari 542 orang, sekaligus menuai pro dan kontra dari komunitas Muslim di Rusia.
Para pendukungnya berpendapat, Gamzatova berusaha menggunakan hak konstitusionalnya sebagai warga negara Rusia.
Seorang blogger populer di Dagestan, Zakir Magomedov, menjelaskan bahwa untuk mengalahkan Putin adalah hal yang sulit dilakukan.
Namun, Gamzatova bertekad menjadi lawan paling sulit yang pernah dihadapi Putin. Gamzatova bakal meraup banyak suara di Dagestan dan Kaukasus Utara.
Aina Gamzatova menjelaskan dalam artikel yang diterbitkan di majalah Islam.ru, bahwa pencalonannya bukan untuk melawan Putin.
Ia ingin memberikan penegasan bahwa semua golongan dan kelompok di Rusia bersama-sama memberantas kelompok Wahabi yang telah membunuh suami pertamanya, Said Muhammad Abubakarov dalam insiden bom mobil pada tahun 1998.
Keputusan Gamzatova ini mengubah pandangan dunia terhadap perempuan Muslim yang dianggap memiliki ruang gerak yang terbatas nyatanya mempunyai keberanian melawan dunia.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
Gamzatova adalah pemimpin perusahaan media Muslim terbesar di Rusia bernama Islam.ru, yang terdiri dari televisi, radio, dan media cetak.
Berasal dari Dagestan yang merupakan daerah konflik antara pemberontak muslim, suku-suku, dan pasukan federal, membuat Gamzatova aktif melawan ekstremisme di sana.
Wanita lulusan jurusan fisiologi dan hukum ini dikenal sebagai seorang yang pemberani, cerdas, dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik.
Ia menikah dua kali. Suaminya yang pertama bernama Said Muhammad Abubakarov tewas ketika mobil yang ditumpanginya meledak pada tahun 1998. Suami keduanya bernama Akhmad Abdulaev, seorang mufti Dagestan.
Saat pemilu presiden Rusia tahun 2018, Gamzatova mencalonkan diri menjadi presiden Rusia melawan Vladimir Putin.
Ia tercatat sebagai wanita muslimah pertama yang berani mencalonkan diri sebagai calon presiden Rusia.
Dia mendeklarasikan pencalonannya di Makhachkala, ibu kota Republik Dagestan pada Sabtu (30/12/2017).
Pernyataannya ini mendapat dukungan dari 542 orang, sekaligus menuai pro dan kontra dari komunitas Muslim di Rusia.
Para pendukungnya berpendapat, Gamzatova berusaha menggunakan hak konstitusionalnya sebagai warga negara Rusia.
Seorang blogger populer di Dagestan, Zakir Magomedov, menjelaskan bahwa untuk mengalahkan Putin adalah hal yang sulit dilakukan.
Namun, Gamzatova bertekad menjadi lawan paling sulit yang pernah dihadapi Putin. Gamzatova bakal meraup banyak suara di Dagestan dan Kaukasus Utara.
Aina Gamzatova menjelaskan dalam artikel yang diterbitkan di majalah Islam.ru, bahwa pencalonannya bukan untuk melawan Putin.
Ia ingin memberikan penegasan bahwa semua golongan dan kelompok di Rusia bersama-sama memberantas kelompok Wahabi yang telah membunuh suami pertamanya, Said Muhammad Abubakarov dalam insiden bom mobil pada tahun 1998.
Keputusan Gamzatova ini mengubah pandangan dunia terhadap perempuan Muslim yang dianggap memiliki ruang gerak yang terbatas nyatanya mempunyai keberanian melawan dunia.
Lihat Juga: Laksamana Amerika Ketir-ketir Rusia Bakal Bantu China Pangkas Dominasi Militer AS, Begini Caranya
(sya)
tulis komentar anda