100 Bom Nuklir AS Disebar di Eropa, Sedangkan Milik Rusia Tetap di Tempat
Sabtu, 21 Mei 2022 - 13:49 WIB
LONDON - Rusia memiliki stok senjata atau bom nuklir terbesar di dunia, yakni hampir 6.000 unit. Namun, tak ada satupun yang mendekati wilayah Amerika Serikat (AS) .
Beda halnya dengan Amerika yang diketahui menyimpan banyak senjata nuklirnya di berbagai negara Eropa. Media Inggris, Express, secara provokatif menyebut bom-bom nuklir AS di Eropa mengepung Rusia.
Mengutip data dari Center For Arms Control and Non-Ploriferation di situsnya, Amerika Serikat menyebarkan sekitar 100 senjata nuklir di berbagai pangkalan militer NATO.
Senjata-senjata berbahaya milik AS itu telah dikerahkan di Eropa sejak pertengahan 1950-an, ketika Presiden Dwight D. Eisenhower mengizinkan penyimpanannya di pangkalan-pangkalan NATO di benua itu untuk digunakan melawan Uni Soviet.
Secara historis, AS telah mengerahkan bom nuklir dan rudal berhulu ledak nuklir ke negara-negara sekutu Eropa, termasuk Yunani dan Inggris, tetapi sejak akhir Perang Dingin. Namun, persenjataan itu telah dikurangi menjadi taktis yang diluncurkan dari udara, atau bom nuklir nonstrategis.
Saat ini, di bawah program berbagi nuklir NATO, bom yang tersisa melengkapi pencegah keamanan kolektif aliansi terhadap ancaman, terutama Rusia.
Selain AS, Inggris juga ikut andil dalam penyebaran senjata nuklir untuk mendukung Pasal V dari Perjanjian Pakta Atlantik Utara.
Prancis, yang bergabung kembali dengan aliansi itu pada tahun 2009, tidak menggunakan persenjataan nuklirnya sendiri sebagai untuk pencegah kolektif atas nama NATO.
Beda halnya dengan Amerika yang diketahui menyimpan banyak senjata nuklirnya di berbagai negara Eropa. Media Inggris, Express, secara provokatif menyebut bom-bom nuklir AS di Eropa mengepung Rusia.
Mengutip data dari Center For Arms Control and Non-Ploriferation di situsnya, Amerika Serikat menyebarkan sekitar 100 senjata nuklir di berbagai pangkalan militer NATO.
Senjata-senjata berbahaya milik AS itu telah dikerahkan di Eropa sejak pertengahan 1950-an, ketika Presiden Dwight D. Eisenhower mengizinkan penyimpanannya di pangkalan-pangkalan NATO di benua itu untuk digunakan melawan Uni Soviet.
Secara historis, AS telah mengerahkan bom nuklir dan rudal berhulu ledak nuklir ke negara-negara sekutu Eropa, termasuk Yunani dan Inggris, tetapi sejak akhir Perang Dingin. Namun, persenjataan itu telah dikurangi menjadi taktis yang diluncurkan dari udara, atau bom nuklir nonstrategis.
Saat ini, di bawah program berbagi nuklir NATO, bom yang tersisa melengkapi pencegah keamanan kolektif aliansi terhadap ancaman, terutama Rusia.
Selain AS, Inggris juga ikut andil dalam penyebaran senjata nuklir untuk mendukung Pasal V dari Perjanjian Pakta Atlantik Utara.
Prancis, yang bergabung kembali dengan aliansi itu pada tahun 2009, tidak menggunakan persenjataan nuklirnya sendiri sebagai untuk pencegah kolektif atas nama NATO.
tulis komentar anda