Intel Rusia: AS Terus Rekrut Teroris ISIS untuk Berperang di Ukraina
Rabu, 18 Mei 2022 - 09:39 WIB
MOSKOW - AS telah "secara aktif merekrut" para teroris untuk berperang di Ukraina, menurut Badan Intelijen Asing Rusia (SVR) pada Selasa (17/5/2022).
SVR mengatakan langkah itu menggambarkan kesiapan Washington "untuk menggunakan segala cara demi mencapai tujuan geopolitiknya."
Menurut intelijen yang diterimanya, “Amerika Serikat secara aktif merekrut bahkan anggota organisasi teroris internasional, termasuk kelompok Negara Islam (ISIS) yang dilarang di Federasi Rusia, sebagai tentara bayaran untuk berpartisipasi dalam permusuhan di Ukraina."
Badan intelijen Rusia menunjuk ke pangkalan militer Amerika di Suriah yang disebut al-Tanf, yang terletak dekat dengan perbatasan dengan Yordania dan Irak.
Menurut sumbernya, pangkalan ini dan daerah sekitarnya telah berubah menjadi semacam "pusat" teroris, di mana hingga 500 militan ISIS dan jihadis lainnya dapat "dilatih kembali" secara bersamaan.
SVR mengklaim bulan lalu 60 militan ISIS, yang telah dibebaskan dari penjara yang dikendalikan Kurdi Suriah, dipindahkan ke al-Tanf “dengan maksud untuk selanjutnya dipindahkan ke wilayah Ukraina.”
SVR menjelaskan, “Selama kursus pelatihan di al-Tanf para militan diinstruksikan tentang cara menggunakan sistem rudal anti-tank, drone pengintai dan serangan, komunikasi canggih dan peralatan pengawasan.”
Menurut pendapat SVR, “Data ini menegaskan Amerika Serikat siap menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan geopolitiknya, tidak terkecuali mensponsori kelompok teroris internasional.”
Dinas intelijen Rusia menyimpulkan pemerintah Amerika tidak mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan semacam itu. “Bahkan ketika menyangkut ancaman terhadap keamanan sekutu Eropa dan bahkan terhadap kehidupan rakyat Amerika,” papar intelijen Rusia.
Washington bersikeras bahwa “tidak ada tentara AS di Ukraina.”
Sementara itu, kehadiran pasukan Amerika di wilayah Suriah di pangkalan al-Tanf, yang disebutkan SVR dalam pernyataannya, telah lama dianggap Moskow dan Damaskus sebagai ilegal.
Pemerintah AS sebelumnya berjanji pasukan Amerika akan meninggalkan timur laut Suriah tetapi hanya setelah militan ISIS dikalahkan dan Kurdi dilindungi.
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menjelaskan tugas lain pasukan AS di al-Tanf adalah untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Pada Oktober 2021, ada laporan, menurut sumber pertahanan Israel, sekitar 350 anggota militer dan warga sipil masih menggunakan al-Tanf, termasuk beberapa pasukan Inggris dan Prancis yang digambarkan sebagai “ahli intelijen.”
SVR mengatakan langkah itu menggambarkan kesiapan Washington "untuk menggunakan segala cara demi mencapai tujuan geopolitiknya."
Menurut intelijen yang diterimanya, “Amerika Serikat secara aktif merekrut bahkan anggota organisasi teroris internasional, termasuk kelompok Negara Islam (ISIS) yang dilarang di Federasi Rusia, sebagai tentara bayaran untuk berpartisipasi dalam permusuhan di Ukraina."
Badan intelijen Rusia menunjuk ke pangkalan militer Amerika di Suriah yang disebut al-Tanf, yang terletak dekat dengan perbatasan dengan Yordania dan Irak.
Menurut sumbernya, pangkalan ini dan daerah sekitarnya telah berubah menjadi semacam "pusat" teroris, di mana hingga 500 militan ISIS dan jihadis lainnya dapat "dilatih kembali" secara bersamaan.
SVR mengklaim bulan lalu 60 militan ISIS, yang telah dibebaskan dari penjara yang dikendalikan Kurdi Suriah, dipindahkan ke al-Tanf “dengan maksud untuk selanjutnya dipindahkan ke wilayah Ukraina.”
SVR menjelaskan, “Selama kursus pelatihan di al-Tanf para militan diinstruksikan tentang cara menggunakan sistem rudal anti-tank, drone pengintai dan serangan, komunikasi canggih dan peralatan pengawasan.”
Menurut pendapat SVR, “Data ini menegaskan Amerika Serikat siap menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan geopolitiknya, tidak terkecuali mensponsori kelompok teroris internasional.”
Dinas intelijen Rusia menyimpulkan pemerintah Amerika tidak mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan semacam itu. “Bahkan ketika menyangkut ancaman terhadap keamanan sekutu Eropa dan bahkan terhadap kehidupan rakyat Amerika,” papar intelijen Rusia.
Washington bersikeras bahwa “tidak ada tentara AS di Ukraina.”
Sementara itu, kehadiran pasukan Amerika di wilayah Suriah di pangkalan al-Tanf, yang disebutkan SVR dalam pernyataannya, telah lama dianggap Moskow dan Damaskus sebagai ilegal.
Pemerintah AS sebelumnya berjanji pasukan Amerika akan meninggalkan timur laut Suriah tetapi hanya setelah militan ISIS dikalahkan dan Kurdi dilindungi.
Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton menjelaskan tugas lain pasukan AS di al-Tanf adalah untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut.
Pada Oktober 2021, ada laporan, menurut sumber pertahanan Israel, sekitar 350 anggota militer dan warga sipil masih menggunakan al-Tanf, termasuk beberapa pasukan Inggris dan Prancis yang digambarkan sebagai “ahli intelijen.”
(sya)
tulis komentar anda