AS Menahan 5.071 Warga Ukraina di Perbatasan, Ini Alasannya
Rabu, 20 April 2022 - 08:47 WIB
WASHINGTON - Sekitar 5.071 warga Ukraina ditahan di perbatasan Amerika Serikat (AS) pada Maret. Data itu dirilis Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS pada Senin (19/4/2022).
Lonjakan itu terjadi di tengah konflik militer yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, dengan upaya masuk ilegal yang gagal tumbuh lima kali lipat dibandingkan dengan angka Februari, ketika lebih dari 1.100 orang Ukraina ditahan di perbatasan AS.
Sebagian besar dari mereka ditangkap penjaga perbatasan AS di perbatasan barat daya.
Selama beberapa tahun terakhir, aliran warga Ukraina yang ditahan ketika mencoba menyeberang ke AS setiap bulan tetap cukup konstan, di bawah rata-rata 1.000 orang, menurut data resmi.
Warga Ukraina yang baru datang itu seiring lonjakan keseluruhan dalam penahanan di perbatasan laut dan udara AS.
Pada Maret, hampir 250.000 orang ditahan, dibandingkan dengan sekitar 190.000 pada Februari.
Sebagian besar orang yang ingin masuk ke AS, sekitar 220.000 orang ditangkap di perbatasan Meksiko.
“Banyak orang Ukraina yang ditahan akhirnya dibebaskan ke wilayah AS setelah diberikan pembebasan bersyarat karena kemanusiaan,” ungkap laporan Washington Post.
Pada Senin, pemerintah AS memperpanjang status perlindungan sementara untuk warga Ukraina selama 18 bulan.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden berjanji menerima 100.000 pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari pertempuran di tanah air mereka.
Sekitar lima juta orang meninggalkan negara itu setelah Rusia melancarkan operasi militer skala besar terhadap Ukraina pada akhir Februari, menurut angka dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
Lonjakan itu terjadi di tengah konflik militer yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina, dengan upaya masuk ilegal yang gagal tumbuh lima kali lipat dibandingkan dengan angka Februari, ketika lebih dari 1.100 orang Ukraina ditahan di perbatasan AS.
Sebagian besar dari mereka ditangkap penjaga perbatasan AS di perbatasan barat daya.
Selama beberapa tahun terakhir, aliran warga Ukraina yang ditahan ketika mencoba menyeberang ke AS setiap bulan tetap cukup konstan, di bawah rata-rata 1.000 orang, menurut data resmi.
Warga Ukraina yang baru datang itu seiring lonjakan keseluruhan dalam penahanan di perbatasan laut dan udara AS.
Pada Maret, hampir 250.000 orang ditahan, dibandingkan dengan sekitar 190.000 pada Februari.
Sebagian besar orang yang ingin masuk ke AS, sekitar 220.000 orang ditangkap di perbatasan Meksiko.
“Banyak orang Ukraina yang ditahan akhirnya dibebaskan ke wilayah AS setelah diberikan pembebasan bersyarat karena kemanusiaan,” ungkap laporan Washington Post.
Pada Senin, pemerintah AS memperpanjang status perlindungan sementara untuk warga Ukraina selama 18 bulan.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden berjanji menerima 100.000 pengungsi Ukraina yang melarikan diri dari pertempuran di tanah air mereka.
Sekitar lima juta orang meninggalkan negara itu setelah Rusia melancarkan operasi militer skala besar terhadap Ukraina pada akhir Februari, menurut angka dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.
Rusia menyerang negara tetangga itu pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina mengimplementasikan persyaratan perjanjian Minsk, yang ditandatangani pada 2014, dan pengakuan Moskow atas republik Donbass di Donetsk dan Lugansk.
Protokol Minsk yang ditengahi Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.
Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.
Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim pihaknya berencana merebut kembali kedua republik dengan paksa.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda