Ukraina Akan Jadi Seperti Israel, Tak Mau Liberal Mirip Eropa
Kamis, 07 April 2022 - 07:54 WIB
KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memicu perhatian publik pada Selasa (5/4/2022) ketika dia mengatakan kepada media Ukraina bahwa dia memperkirakan negaranya akan menjadi seperti Israel.
Dia menyarankan warga sipil tunduk pada jenis darurat militer di masa mendatang.
Komentar dari Zelensky memperjelas bahwa, setidaknya untuk dekade berikutnya, Ukraina yang benar-benar demokratis adalah impian belaka.
“Kami tidak akan terkejut jika kami memiliki perwakilan angkatan bersenjata atau garda nasional di bioskop, supermarket, dan orang-orang dengan senjata,” ungkap Zelensky kepada wartawan.
Dia menambahkan, “Saya yakin masalah keamanan akan menjadi isu nomor satu selama sepuluh tahun ke depan. Ukraina tidak akan menjadi liberal (dan) Eropa.”
"Ukraina pasti tidak akan menjadi seperti yang kita inginkan sejak awal," ujar dia, dilansir Sputnik pada Kamis (7/4/2022).
Dia berjanji, "Ukraina akan menjadi Israel besar dengan wajahnya sendiri."
Tetapi tidak jelas apakah kekaguman Zelensky menguntungkan. Otoritas Israel terus menolak permintaan Kiev untuk pengiriman senjata, dan upaya delegasi Ukraina yang dilaporkan saat ini berada di Israel untuk membeli senjata dari vendor swasta ditolak otoritas Israel, menurut Haaretz.
Tapi sekarang ada indikasi hubungan Rusia-Israel mungkin telah mencapai titik balik.
Selain memicu ejekan yang meluas, klaim Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid bahwa “pasukan Rusia melakukan kejahatan perang terhadap penduduk yang tidak berdaya” tampaknya menandakan kesediaan yang sebelumnya tidak terlihat untuk diseret ke dalam konflik ekonomi oleh kekuatan Barat.
Bulan lalu, ketegangan yang membara antara Israel dan rezim Ukraina merebak ke publik.
Axios melaporkan seorang pejabat senior Ukraina mengeluhkan dorongan Perdana Menteri Israel Naftali Bennet untuk diplomasi antara Ukraina dan Rusia “tampak seperti alasan mengapa dia tidak berbicara menentang Rusia, tidak memberikan senjata ke Ukraina dan tidak memberikan sanksi kepada Rusia.”
Tetapi di dalam Israel, tampaknya ada sedikit keinginan untuk konfrontasi publik dengan Rusia atas operasi militer khusus yang sedang berlangsung di Ukraina.
Mayoritas warga Israel mendukung kebijakan netralitas resmi, menurut survei Direct Polls LTD yang diterbitkan bulan lalu.
Dan orang-orang Palestina merasakan hal yang sama, dengan 71% responden survei yang mencengangkan menyatakan preferensi mereka bahwa Otoritas Palestina juga mempertahankan netralitasnya.
Jika rezim Ukraina pada akhirnya berhasil mengubah negara itu menjadi “Israel Besar”, itu akan menjadi berita yang disambut baik bagi sebagian orang.
Elena Bunina, mantan CEO mesin pencari Rusia Yandex, dilaporkan telah pindah dari Rusia ke Israel.
Dia memberi tahu rekan-rekannya bahwa dia “tidak dapat bekerja di negara yang sedang berperang dengan tetangganya.”
Dia menyarankan warga sipil tunduk pada jenis darurat militer di masa mendatang.
Komentar dari Zelensky memperjelas bahwa, setidaknya untuk dekade berikutnya, Ukraina yang benar-benar demokratis adalah impian belaka.
“Kami tidak akan terkejut jika kami memiliki perwakilan angkatan bersenjata atau garda nasional di bioskop, supermarket, dan orang-orang dengan senjata,” ungkap Zelensky kepada wartawan.
Dia menambahkan, “Saya yakin masalah keamanan akan menjadi isu nomor satu selama sepuluh tahun ke depan. Ukraina tidak akan menjadi liberal (dan) Eropa.”
"Ukraina pasti tidak akan menjadi seperti yang kita inginkan sejak awal," ujar dia, dilansir Sputnik pada Kamis (7/4/2022).
Dia berjanji, "Ukraina akan menjadi Israel besar dengan wajahnya sendiri."
Tetapi tidak jelas apakah kekaguman Zelensky menguntungkan. Otoritas Israel terus menolak permintaan Kiev untuk pengiriman senjata, dan upaya delegasi Ukraina yang dilaporkan saat ini berada di Israel untuk membeli senjata dari vendor swasta ditolak otoritas Israel, menurut Haaretz.
Tapi sekarang ada indikasi hubungan Rusia-Israel mungkin telah mencapai titik balik.
Selain memicu ejekan yang meluas, klaim Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid bahwa “pasukan Rusia melakukan kejahatan perang terhadap penduduk yang tidak berdaya” tampaknya menandakan kesediaan yang sebelumnya tidak terlihat untuk diseret ke dalam konflik ekonomi oleh kekuatan Barat.
Bulan lalu, ketegangan yang membara antara Israel dan rezim Ukraina merebak ke publik.
Axios melaporkan seorang pejabat senior Ukraina mengeluhkan dorongan Perdana Menteri Israel Naftali Bennet untuk diplomasi antara Ukraina dan Rusia “tampak seperti alasan mengapa dia tidak berbicara menentang Rusia, tidak memberikan senjata ke Ukraina dan tidak memberikan sanksi kepada Rusia.”
Tetapi di dalam Israel, tampaknya ada sedikit keinginan untuk konfrontasi publik dengan Rusia atas operasi militer khusus yang sedang berlangsung di Ukraina.
Mayoritas warga Israel mendukung kebijakan netralitas resmi, menurut survei Direct Polls LTD yang diterbitkan bulan lalu.
Dan orang-orang Palestina merasakan hal yang sama, dengan 71% responden survei yang mencengangkan menyatakan preferensi mereka bahwa Otoritas Palestina juga mempertahankan netralitasnya.
Jika rezim Ukraina pada akhirnya berhasil mengubah negara itu menjadi “Israel Besar”, itu akan menjadi berita yang disambut baik bagi sebagian orang.
Elena Bunina, mantan CEO mesin pencari Rusia Yandex, dilaporkan telah pindah dari Rusia ke Israel.
Dia memberi tahu rekan-rekannya bahwa dia “tidak dapat bekerja di negara yang sedang berperang dengan tetangganya.”
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda