Listrik Padam 13 Jam Per Hari, Rakyat Marah dan Coba Serbu Rumah Presiden Sri Lanka
Jum'at, 01 April 2022 - 09:18 WIB
COLOMBO - Padamnya listrik 13 jam setiap hari akibat memburuknya krisis ekonomi di Sri Lanka membuat rakyat marah. Mereka mencoba menyerbu kediaman Presiden Gotabaya Rajapaksa.
Upaya massa yang marah itu dicegah pasukan polisi dan memicu bentrokan. Polisi akhirnya memberlakukan jam malam di ibu kota.
Dalam sebuah pernyataan kepada media pada Kamis malam, Inspektur Jenderal Polisi CD Wickramaratne mengatakan jam malam di sebagian besar distrik Colombo akan berlangsung sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Langkah itu dilakukan setelah ratusan pengunjuk rasa di distrik Mirihana di ibu kota melemparkan batu dan bentrok dengan polisi pada petang hari ketika mereka menerobos barikade baris pertama yang menghalangi jalan menuju kediaman pribadi Presiden Rajapaksa.
Kerumunan massa meneriakkan "Pulang Gota!" dan “Gota adalah seorang diktator”.
Video dari lokasi protes, diposting oleh outlet News Wire di Facebook, menunjukkan sebuah bus polisi terbakar dan pengunjuk rasa merawat seorang pria dengan wajah berlumuran darah.
Tidak jelas apakah presiden berada di kediamannya pada saat itu.
Seorang juru bicara polisi menolak berkomentar.
Upaya massa yang marah itu dicegah pasukan polisi dan memicu bentrokan. Polisi akhirnya memberlakukan jam malam di ibu kota.
Dalam sebuah pernyataan kepada media pada Kamis malam, Inspektur Jenderal Polisi CD Wickramaratne mengatakan jam malam di sebagian besar distrik Colombo akan berlangsung sampai pemberitahuan lebih lanjut.
Langkah itu dilakukan setelah ratusan pengunjuk rasa di distrik Mirihana di ibu kota melemparkan batu dan bentrok dengan polisi pada petang hari ketika mereka menerobos barikade baris pertama yang menghalangi jalan menuju kediaman pribadi Presiden Rajapaksa.
Baca Juga
Kerumunan massa meneriakkan "Pulang Gota!" dan “Gota adalah seorang diktator”.
Video dari lokasi protes, diposting oleh outlet News Wire di Facebook, menunjukkan sebuah bus polisi terbakar dan pengunjuk rasa merawat seorang pria dengan wajah berlumuran darah.
Tidak jelas apakah presiden berada di kediamannya pada saat itu.
Seorang juru bicara polisi menolak berkomentar.
tulis komentar anda