AS Ragukan Klaim Negosiator Ukraina dan Abramovich Keracunan

Selasa, 29 Maret 2022 - 16:24 WIB
AS ragukan klaim Roman Abramovich dan negositor Ukraina diracun. Foto/Ilustrasi/Sindonews
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) dilaporkan meragukan klaim bahwa taipan Rusia Roman Abramovich dan dua negosiator Ukraina mungkin telah diracuni oleh Moskow untuk menghentikan pembicaraan damai. Laporan itu muncul dalam beberapa jam setelah klaim tersebut diungkapkan oleh Bellingcat.

Reuters melaporkan intelijen menunjukkan bahwa gejala yang diduga diderita oleh Abramovich dan dua pejabat Ukraina yang terlibat dalam pembicaraan damai dengan Rusia mungkin disebabkan oleh faktor lingkungan. Reuters mengutip seorang pejabat pemerintah AS yang berbicara dengan syarat anonim.

"Intelijen sangat menduga ini adalah (faktor) lingkungan, bukan keracunan," kata pejabat itu tanpa menjelaskan lebih lanjut seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (29/3/2022).

Sejumlah pihak lain juga skeptis terhadap klaim tersebut. Penasihat presiden Ukraina Mikhail Podolyak, yang terlibat dalam pembicaraan tersebut, mengatakan kepada Reuters ada banyak spekulasi, berbagai teori konspirasi.



Sementara Rustem Umerov, yang diduga salah satu orang yang terkena serangan, mengatakan orang tidak boleh mempercayai informasi yang belum diverifikasi dan bahwa dia baik-baik saja. Abramovich sendiri belum secara resmi menanggapi laporan tersebut.

Raja minyak Rusia yang membeli klub sepak bola Chelsea dikabarkan terlibat dalam "back channel" antara Kremlin dan Kiev untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, tetapi tetap dimasukkan dalam daftar sanksi Barat.

Sebelumnya, Wall Street Journal melaporkan bahwa ketiga pria itu menderita gejala dugaan keracunan yang meliputi mata merah, robek terus-menerus dan menyakitkan, serta kulit di wajah yang mengelupas dan tangan mereka, mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.



Penyelidikan ini diselenggarakan oleh Christo Grozev dari Bellingcat, yang sebelumnya mengklaim keterlibatan Rusia dalam dugaan peracunan Sergey dan Yulia Skripal 2018 di Inggris dan aktivis Alexey Navalny pada 2020.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More