Ukraina Klaim Hampir 5.000 Tewas di Mariupol Sejak Rusia Mulai Pengepungan

Selasa, 29 Maret 2022 - 04:05 WIB
Ukraina Klaim Hampir 5.000 Tewas di Mariupol Sejak Rusia Mulai Pengepungan. FOTO/Reuters
MARIUPOL - Hampir 5.000 orang, termasuk sekitar 210 anak-anak, tewas di kota Mariupol , Ukraina selatan, sejak pasukan Rusia mengepung kota tersebut. Angka ini diklaim oleh juru bicara Wali Kota Mariupol, Senin (28/3/2022).

Tidak jelas bagaimana Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko menghitung jumlah korban tewas selama satu bulan pemboman Rusia yang telah menghancurkan kota dan menjebak puluhan ribu penduduk tanpa listrik dan dengan hanya sedikit pasokan pangan.





Kantor Boichenko mengatakan, 90 persen bangunan di Mariupol telah rusak dan 40 persen hancur, termasuk rumah sakit, sekolah, taman kanak-kanak dan pabrik.

Sekitar 140.000 orang telah meninggalkan kota di Laut Azov sebelum pengepungan Rusia dimulai dan 150.000 telah keluar sejak itu, meninggalkan 170.000 masih di sana, menurut angkanya, yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters.

Boichenko, yang tidak lagi berada di Mariupol, mengatakan di televisi nasional pada Senin pagi, bahwa sekitar 160.000 warga sipil masih terjebak di kota itu. "Orang-orang berada di luar garis bencana kemanusiaan. Kita harus mengevakuasi Mariupol sepenuhnya," ungkapnya.

Pemerintah Ukraina mengatakan, tidak mungkin untuk membuat koridor yang aman, mengutip laporan intelijen tentang kemungkinan "provokasi" Rusia di sepanjang rute. Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi penduduk yang terjebak.



Orang-orang yang telah melarikan diri dari Mariupol telah menggambarkan betapa sulitnya hidup selama berminggu-minggu di bawah pemboman yang hampir konstan.

"Tidak ada makanan untuk anak-anak, terutama bayi. Mereka melahirkan bayi di ruang bawah tanah karena perempuan tidak punya tempat untuk melahirkan, semua rumah sakit bersalin hancur," ujar Nataliia, seorang pekerja bahan makanan dari Mariupol.

"Saya juga menemukan hari ini bahwa orang tua teman sekelas putra saya tercabik-cabik tepat di halaman, di depan matanya," lanjutnya. Dia mengatakan, warga yang terperangkap telah menghabiskan waktu mencari salju yang bisa mereka cairkan untuk mendapatkan air untuk mencuci tangan.

Valeriia, seorang siswa berusia 20 tahun dari Mariupol, mengatakan, listrik, akses internet, air dan pemanas telah terputus pada 2 Maret. Segera setelah itu, pertempuran sengit pecah di dekatnya dan sebagian rumahnya hancur.



"Penembakan terus-menerus. Kami duduk di koridor, kami tidak tidur atau makan dengan benar selama beberapa hari. Karena begitu Anda keluar dari sana, penembakan dimulai, dan Anda lari kembali," katanya.

Dia dan saudara perempuannya diberi tumpangan ke luar kota oleh warga lain yang melarikan diri dengan mobil pribadi. Mereka meninggalkan orang tua mereka.

Sergiy, seorang pekerja pabrik metalurgi, mengingat roket Grad yang menghantam gedung-gedung dan orang-orang terbunuh. "Saya melihat mayat tergeletak di sekitar kota, Anda bisa melihat rudal meledak dan pecahan peluru menghantam orang," katanya.
(esn)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More