Wali Kota Mariupol Minta Semua Warga Sipil Diberi Kesempatan Melarikan Diri
Selasa, 29 Maret 2022 - 03:05 WIB
MARIUPOL - Wali Kota Mariupol, Vadym Boichenko mengatakan, semua warga sipil Ukraina harus dievakuasi dari kota yang dikepung tentara Rusia itu. Menurutnya, warga sipil harus diberi kesempatan melarikan diri dari bencana kemanusiaan.
Boichenko mengatakan, saat ini 160.000 warga sipil masih terjebak di kota pelabuhan selatan di Laut Azov. Mereka terjebak tanpa pemanas dan listrik, setelah berminggu-minggu dihantam pemboman Rusia.
Menurutnya, 26 bus sedang menunggu untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol, yang biasanya berpenduduk sekitar 400.000 orang. Tetapi, pasukan Rusia tidak setuju untuk memberi mereka jalan yang aman. Boichenko tidak mengatakan di mana bus-bus itu menunggu.
"Situasi di kota tetap sulit. Orang-orang berada di luar garis bencana kemanusiaan," kata Boichenko di televisi nasional. "Kita harus mengevakuasi Mariupol sepenuhnya. Federasi Rusia sedang bermain dengan kami. Kami berada di tangan penjajah," lanjut Boichenko, seperti dikutip dari Reuters.
Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi warga sipil yang terjebak.
Presiden Vladimir Putin mengatakan pasukan Rusia sedang melakukan operasi khusus untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina.
Mariupol secara luas dipandang sebagai hadiah strategis bagi Rusia untuk menciptakan jembatan antara Krimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014, dan dua kantong separatis di Ukraina timur.
Ukraina mengumumkan tidak ada rencana untuk mencoba membuat koridor yang aman di mana saja di negara itu pada hari Senin, memperjelas bahwa mereka takut akan serangan Rusia.
"Intelijen kami telah melaporkan kemungkinan 'provokasi' oleh penjajah di rute koridor kemanusiaan. Jadi, untuk alasan keamanan publik, kami tidak membuka koridor kemanusiaan hari ini," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk.
Boichenko mengatakan, saat ini 160.000 warga sipil masih terjebak di kota pelabuhan selatan di Laut Azov. Mereka terjebak tanpa pemanas dan listrik, setelah berminggu-minggu dihantam pemboman Rusia.
Menurutnya, 26 bus sedang menunggu untuk mengevakuasi warga sipil dari Mariupol, yang biasanya berpenduduk sekitar 400.000 orang. Tetapi, pasukan Rusia tidak setuju untuk memberi mereka jalan yang aman. Boichenko tidak mengatakan di mana bus-bus itu menunggu.
"Situasi di kota tetap sulit. Orang-orang berada di luar garis bencana kemanusiaan," kata Boichenko di televisi nasional. "Kita harus mengevakuasi Mariupol sepenuhnya. Federasi Rusia sedang bermain dengan kami. Kami berada di tangan penjajah," lanjut Boichenko, seperti dikutip dari Reuters.
Rusia, yang menginvasi Ukraina pada 24 Februari, membantah menargetkan warga sipil dan menyalahkan Ukraina atas kegagalan berulang kali untuk menyepakati koridor yang aman bagi warga sipil yang terjebak.
Presiden Vladimir Putin mengatakan pasukan Rusia sedang melakukan operasi khusus untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina.
Mariupol secara luas dipandang sebagai hadiah strategis bagi Rusia untuk menciptakan jembatan antara Krimea, yang dianeksasi oleh Moskow pada 2014, dan dua kantong separatis di Ukraina timur.
Ukraina mengumumkan tidak ada rencana untuk mencoba membuat koridor yang aman di mana saja di negara itu pada hari Senin, memperjelas bahwa mereka takut akan serangan Rusia.
"Intelijen kami telah melaporkan kemungkinan 'provokasi' oleh penjajah di rute koridor kemanusiaan. Jadi, untuk alasan keamanan publik, kami tidak membuka koridor kemanusiaan hari ini," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina, Iryna Vereshchuk.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda