Ukraina Desak China Mainkan Peran Nyata untuk Hentikan Perang
Rabu, 23 Maret 2022 - 15:15 WIB
LONDON - Ukraina ingin China memainkan "peran yang lebih nyata" dalam menghentikan perang yang dilancarkan Rusia di wilayahnya dan juga menjadi penjamin masa depan keamanannya, kata Andriy Yermak, ajudan senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Selasa (22/3/20202).
Yermak, yang mengepalai kantor Zelenskyy, juga mengharapkan dialog "segera" antara pemimpin Ukraina dan Presiden China Xi Jinping, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
China, kekuatan ekonomi nomor dua di dunia, telah lama menjalin hubungan energi, perdagangan, dan keamanan yang lebih dekat dengan Rusia, tetapi juga merupakan mitra dagang terbesar Ukraina. China telah menolak tekanan dari negara-negara Barat untuk mengutuk invasi Rusia.
"Sejauh ini kami telah melihat posisi netral China. Dan, seperti yang saya katakan sebelumnya, kami percaya bahwa China harus memainkan peran yang lebih nyata dalam mengakhiri perang ini dan dalam membangun sistem keamanan global baru," Yermak mengatakan pada konferensi pers virtual yang diselenggarakan oleh think-tank Chatham House di London.
"Kami juga mengharapkan China untuk memberikan kontribusi yang berarti pada sistem keamanan baru untuk Ukraina ini dan kami juga mengharapkan China menjadi salah satu penjamin dalam kerangka sistem keamanan ini," lanjut Yermak, yang berbicara melalui seorang penerjemah.
"Kami memperlakukan China dengan sangat hormat dan kami berharap China memainkan peran proaktif di sana," tambah Yermak, seperti dikutip dari Reuters
Sebelum invasi Rusia terjadi, Kiev mengatakan, pihaknya menginginkan jaminan keamanan dari negara-negara besar. Ukraina juga menyebut arsitektur keamanan global yang ada "hampir rusak".
China dan Rusia adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB, bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Ukraina, bekas republik Soviet, bercita-cita untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, tetapi Moskow dengan tegas menentang rencana itu. Beijing juga mengkritik ekspansi timur NATO.
Pekan lalu, Amerika Serikat memperingatkan China agar tidak membantu Rusia dalam invasinya ke Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari. Beijing sendiri mengaku menginginkan solusi diplomatik untuk konflik tersebut.
Lihat Juga: Pemimpin Anggota NATO Ini Curhat ke Putin, Keluhkan Kehadiran Pasukan Korea Utara di Ukraina
Yermak, yang mengepalai kantor Zelenskyy, juga mengharapkan dialog "segera" antara pemimpin Ukraina dan Presiden China Xi Jinping, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
China, kekuatan ekonomi nomor dua di dunia, telah lama menjalin hubungan energi, perdagangan, dan keamanan yang lebih dekat dengan Rusia, tetapi juga merupakan mitra dagang terbesar Ukraina. China telah menolak tekanan dari negara-negara Barat untuk mengutuk invasi Rusia.
"Sejauh ini kami telah melihat posisi netral China. Dan, seperti yang saya katakan sebelumnya, kami percaya bahwa China harus memainkan peran yang lebih nyata dalam mengakhiri perang ini dan dalam membangun sistem keamanan global baru," Yermak mengatakan pada konferensi pers virtual yang diselenggarakan oleh think-tank Chatham House di London.
"Kami juga mengharapkan China untuk memberikan kontribusi yang berarti pada sistem keamanan baru untuk Ukraina ini dan kami juga mengharapkan China menjadi salah satu penjamin dalam kerangka sistem keamanan ini," lanjut Yermak, yang berbicara melalui seorang penerjemah.
"Kami memperlakukan China dengan sangat hormat dan kami berharap China memainkan peran proaktif di sana," tambah Yermak, seperti dikutip dari Reuters
Sebelum invasi Rusia terjadi, Kiev mengatakan, pihaknya menginginkan jaminan keamanan dari negara-negara besar. Ukraina juga menyebut arsitektur keamanan global yang ada "hampir rusak".
China dan Rusia adalah anggota tetap Dewan Keamanan PBB, bersama dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis. Ukraina, bekas republik Soviet, bercita-cita untuk bergabung dengan NATO dan Uni Eropa, tetapi Moskow dengan tegas menentang rencana itu. Beijing juga mengkritik ekspansi timur NATO.
Pekan lalu, Amerika Serikat memperingatkan China agar tidak membantu Rusia dalam invasinya ke Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari. Beijing sendiri mengaku menginginkan solusi diplomatik untuk konflik tersebut.
Lihat Juga: Pemimpin Anggota NATO Ini Curhat ke Putin, Keluhkan Kehadiran Pasukan Korea Utara di Ukraina
(esn)
tulis komentar anda