Menlu China: Beijing Berdiri di Sisi Kanan Sejarah atas Perang Ukraina

Minggu, 20 Maret 2022 - 13:31 WIB
loading...
Menlu China: Beijing Berdiri di Sisi Kanan Sejarah atas Perang Ukraina
Menlu China: Beijing Berdiri di Sisi Kanan Sejarah atas Perang Ukraina. FOTO/Reuters
A A A
BEIJING - China berdiri di sisi kanan sejarah atas krisis Ukraina seiring berjalannya waktu, dan posisinya sejalan dengan keinginan sebagian besar negara. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.

"China tidak akan pernah menerima paksaan atau tekanan eksternal, dan menentang tuduhan dan (kecurigaan) yang tidak berdasar terhadap China," kata Wang kepada wartawan pada Sabtu (19/3/2022) malam, menurut pernyataan yang diterbitkan oleh kementeriannya pada Minggu (20/3/2022).



Komentar Wang muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memperingatkan rekannya dari China, Xi Jinping, pada hari Jumat tentang "konsekuensi" jika Beijing memberikan dukungan material untuk invasi Rusia ke Ukraina.

Selama panggilan video, Xi mengatakan kepada Biden bahwa perang di Ukraina harus berakhir sesegera mungkin dan meminta negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengadakan dialog dengan Moskow. Namun, dia tidak menyalahkan Rusia, menurut pernyataan Beijing tentang panggilan itu.

Wang mengatakan, bahwa pesan terpenting yang dikirim Xi adalah bahwa China selalu menjadi kekuatan untuk menjaga perdamaian dunia.

"Kami selalu berdiri untuk menjaga perdamaian dan menentang perang," kata Wang, mengulangi bahwa China akan membuat penilaian independen.



"Posisi China objektif dan adil, dan sejalan dengan keinginan sebagian besar negara. Waktu akan membuktikan bahwa klaim China berada di sisi kanan sejarah," lanjutnya.

Juga pada hari Sabtu, Wakil Menteri Luar Negeri China, Le Yucheng mengatakan, sanksi yang dijatuhkan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia atas Ukraina semakin "keterlaluan".

AS dan sekutunya di Eropa dan Asia telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia atas invasi 24 Februari terhadap tetangganya, yang mereka sebut perang agresi oleh Presiden Vladimir Putin. Dia mengatakan dia meluncurkan "operasi khusus" untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina.

Sementara mengatakan mengakui kedaulatan Ukraina, Beijing telah berulang kali mengatakan bahwa Rusia memiliki masalah keamanan yang sah yang harus ditangani dan mendesak solusi diplomatik untuk konflik tersebut.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1302 seconds (0.1#10.140)