Demonstran Anti-Perang Menyela Acara Berita Televisi Rusia

Selasa, 15 Maret 2022 - 14:11 WIB
Demonstran menyela acara berita di televisi Rusia. Foto/REUTERS/twitter
MOSKOW - Seorang pengunjuk rasa anti-perang telah menyela program berita malam langsung di televisi pemerintah Rusia. Pelaku memegang spanduk tulisan di belakang presenter studio yang berbunyi “NO WAR. Hentikan perang” dan “Jangan percaya propaganda”.

Aksi di studio Channel One pada Senin (14/3/2022) itu terjadi pada hari ke-19 perang yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina.

Tulisan yang dipegang pemrotes perempuan itu berbunyi dalam bahasa Inggris dan Rusia, “NO WAR. Hentikan perang. Jangan percaya propaganda. Mereka berbohong padamu di sini.”





Ungkapan lain, yang tampak seperti "Rusia menentang perang", sebagian dikaburkan.



Dia bisa terdengar berteriak, “Hentikan perang. No to war”, saat pembawa berita terus membaca dari teleprompternya.



Setelah beberapa detik, saluran beralih ke laporan lain untuk menghapus pemrotes dari layar siaran langsung.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berterima kasih kepada wanita itu dalam video pidato malamnya, “Saya berterima kasih kepada orang-orang Rusia yang tidak berhenti berusaha menyampaikan kebenaran. Kepada mereka yang melawan disinformasi dan mengatakan yang sebenarnya, fakta nyata kepada teman dan orang yang mereka cintai.”

"Dan secara pribadi kepada wanita yang memasuki studio Channel One dengan poster menentang perang," ungkap Zelenskyy.

Kira Yarmysh, juru bicara pemimpin oposisi yang dipenjara Alexey Navalny, menulis di Twitter, "Wow, gadis itu keren."

Dia memposting video insiden tersebut, yang dengan cepat mencapai lebih dari 2,6 juta tampilan.

Televisi pemerintah adalah sumber utama berita bagi banyak warga Rusia, dan mengikuti garis Kremlin bahwa Rusia dipaksa bertindak di Ukraina untuk demiliterisasi dan “denazifikasi” negara itu, dan untuk membela penutur bahasa Rusia di sana dari “genosida”.

Ukraina dan sebagian besar dunia telah mengutuk serangan itu sebagai dalih palsu untuk invasi negara Ukraina yang demokratis dan berdaulat.

Wanita itu dinamai oleh OVD-Info, kelompok pemantau protes independen, dan oleh kepala kelompok hak asasi manusia Agora, sebagai Marina Ovsyannikova, adalah karyawan di saluran televisi tersebut.

Kepala Agora, Pavel Chikov, mengatakan Ovsyannikova telah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi Moskow.

Kantor berita Tass mengatakan dia mungkin menghadapi tuntutan sesuai undang-undang karena mendiskreditkan angkatan bersenjata, mengutip sumber penegak hukum.

Undang-undang tersebut, yang disahkan pada 4 Maret, membuat tindakan publik yang bertujuan mendiskreditkan tentara Rusia menjadi ilegal dan melarang penyebaran berita “palsu” atau “penyebaran publik atas informasi palsu yang sengaja dibuat tentang penggunaan Angkatan Bersenjata Federasi Rusia.”

Pelanggaran itu diancam hukuman penjara hingga 15 tahun.

Dalam video yang direkam sebelum insiden dan diposting secara online, seorang wanita yang tampaknya adalah Ovsyannikova menggambarkan dirinya sebagai karyawan Channel One dan mengatakan dia malu telah bekerja selama bertahun-tahun untuk menyebarkan propaganda Kremlin.

Dia mengatakan ayahnya orang Ukraina, dan ibunya orang Rusia. “Apa yang terjadi sekarang di Ukraina adalah kejahatan, dan Rusia adalah negara agresor. Tanggung jawab atas agresi itu terletak pada hati nurani hanya satu orang, dan pria itu adalah Vladimir Putin,” tegas dia.

"Sekarang seluruh dunia telah berpaling dari kita dan 10 generasi berikutnya dari keturunan kita tidak akan menghapus rasa malu dari perang saudara ini," ujar dia.

Dia mendesak warga Rusia untuk keluar dan berdemonstrasi. Pihak berwenang telah membubarkan protes anti-perang.

Menurut OVD-Info, yang memantau protes dan memberikan bantuan hukum kepada mereka yang ditahan, 14.911 orang telah ditangkap dalam unjuk rasa anti-perang.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More