Update Hari Ke-4 Invasi: Ibu Kota Ukraina Dihujani Rudal Rusia
Minggu, 27 Februari 2022 - 07:09 WIB
KIEV - Ibu Kota Ukraina , Kiev, berada di bawah tembakan rudal pada hari ke-4 invasi Rusia . Meski begitu, kota itu masih berada di tangan pemerintah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky .
Zelensky mengatakan Ukraina telah memerangi pasukan Rusia di Kiev, serta Odesa di selatan dan Kharkiv di timur laut.
"Para penjajah ingin memblokir pusat negara kita," kata Zelensky. "Kami menggagalkan rencana mereka," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (27/2/2022).
Zelensky mengatakan pasukan Ukraina berhasil memukul mundur pasukan Rusia yang bergerak maju di Kiev.
"Kami telah bertahan dan berhasil menangkis serangan musuh. Pertempuran berlanjut," kata Zelensky dalam pesan video dari jalan-jalan Kyiv yang diposting di media sosialnya seperti dikutip dari Straits Times.
Saksi mata Reuters di Kiev melaporkan sesekali ledakan dan tembakan di kota itu pada Sabtu malam, tetapi tidak jelan dari mana asalnya. Ibu Kota Ukraina dan kota-kota lain telah dihantam oleh artileri dan rudah jelajah Rusia.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pasukan Ukraina melakukan perlawanan yang sangat gigih terhadap kemajuan Rusia di tiga wilayah, membuat ratusan ribu warga Ukraina melarikan diri ke barat dan menyumbat jalan raya utara serta jalur kereta api.
Sementara itu Kremlin mengatakan pasukannya maju lagi "ke segala arah" setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan jeda pada hari Jumat.
Saat pertempuran berlanjut, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengatakan mereka telah memberlakukan babak baru sanksi sebagai respons atas invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina, termasuk pencoretan sejumlah bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT.
Langkah ini merupakan pukulan bagi perdagangan Rusia dan mempersulit perusahaan Rusia untuk melakukan bisnis. SWIFT, atau "Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication", adalah jaringan pesan aman yang memfasilitasi pembayaran lintas batas yang cepat, menjadikannya mekanisme penting untuk perdagangan internasional.
Sanksi, yang disepakati dengan AS, Prancis, Kanada, Italia, Inggris Raya dan Komisi Eropa, juga termasuk membatasi kemampuan bank sentral Rusia untuk mendukung Rubel, mata uang negara itu. Ini menandai eskalasi respon sanksi ekonomi Barat.
Putin meluncurkan apa yang disebutnya operasi militer khusus sebelum fajar pada hari Kamis, mengabaikan peringatan Barat dan mengatakan "neo-Nazi" yang berkuasa di Ukraina mengancam keamanan Rusia.
Serangan Rusia ini adalah yang terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia II dan mengancam untuk mengubah tatanan pasca-Perang Dingin di benua itu.
Invasi Rusia ke Ukraina sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 198 warga Ukraina dan PBB mengatakan lebih dari 120.000 telah meninggalkan negara itu dalam 48 jam terakhir.
Zelensky mengatakan Ukraina telah memerangi pasukan Rusia di Kiev, serta Odesa di selatan dan Kharkiv di timur laut.
"Para penjajah ingin memblokir pusat negara kita," kata Zelensky. "Kami menggagalkan rencana mereka," imbuhnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (27/2/2022).
Zelensky mengatakan pasukan Ukraina berhasil memukul mundur pasukan Rusia yang bergerak maju di Kiev.
"Kami telah bertahan dan berhasil menangkis serangan musuh. Pertempuran berlanjut," kata Zelensky dalam pesan video dari jalan-jalan Kyiv yang diposting di media sosialnya seperti dikutip dari Straits Times.
Saksi mata Reuters di Kiev melaporkan sesekali ledakan dan tembakan di kota itu pada Sabtu malam, tetapi tidak jelan dari mana asalnya. Ibu Kota Ukraina dan kota-kota lain telah dihantam oleh artileri dan rudah jelajah Rusia.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan pasukan Ukraina melakukan perlawanan yang sangat gigih terhadap kemajuan Rusia di tiga wilayah, membuat ratusan ribu warga Ukraina melarikan diri ke barat dan menyumbat jalan raya utara serta jalur kereta api.
Baca Juga
Sementara itu Kremlin mengatakan pasukannya maju lagi "ke segala arah" setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan jeda pada hari Jumat.
Saat pertempuran berlanjut, Amerika Serikat (AS) dan sekutunya mengatakan mereka telah memberlakukan babak baru sanksi sebagai respons atas invasi Presiden Vladimir Putin ke Ukraina, termasuk pencoretan sejumlah bank Rusia dari sistem pembayaran SWIFT.
Langkah ini merupakan pukulan bagi perdagangan Rusia dan mempersulit perusahaan Rusia untuk melakukan bisnis. SWIFT, atau "Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication", adalah jaringan pesan aman yang memfasilitasi pembayaran lintas batas yang cepat, menjadikannya mekanisme penting untuk perdagangan internasional.
Sanksi, yang disepakati dengan AS, Prancis, Kanada, Italia, Inggris Raya dan Komisi Eropa, juga termasuk membatasi kemampuan bank sentral Rusia untuk mendukung Rubel, mata uang negara itu. Ini menandai eskalasi respon sanksi ekonomi Barat.
Baca Juga
Putin meluncurkan apa yang disebutnya operasi militer khusus sebelum fajar pada hari Kamis, mengabaikan peringatan Barat dan mengatakan "neo-Nazi" yang berkuasa di Ukraina mengancam keamanan Rusia.
Serangan Rusia ini adalah yang terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia II dan mengancam untuk mengubah tatanan pasca-Perang Dingin di benua itu.
Invasi Rusia ke Ukraina sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 198 warga Ukraina dan PBB mengatakan lebih dari 120.000 telah meninggalkan negara itu dalam 48 jam terakhir.
(ian)
tulis komentar anda