Putin Diminta Akui Kemerdekaan Republik di Donbass dan Pasok Senjata
Senin, 21 Februari 2022 - 21:24 WIB
Namun dia menambahkan, “Saya tidak akan menolak, bantuan militer juga diperlukan, dalam berbagai cara."
Pejabat itu juga mengklaim ada perang yang terjadi di Donbass. "Situasinya tidak hanya sulit, itu benar-benar kritis," ujar dia.
Pasukan separatis dan mereka yang setia kepada pemerintah di Kiev telah memperingatkan peningkatan tajam permusuhan di sepanjang garis kontak dalam beberapa hari terakhir.
Kedua pihak saling menuduh menembakkan roket, mortir, dan senjata ringan melintasi perbatasan Ukraina dan Donbass.
Mengutip ketakutan baru akan pertempuran, para pemimpin pemberontak yang disebut Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk mengumumkan pada Jumat bahwa mereka telah mulai mengevakuasi penduduk ke Rusia sebagai akibat dari situasi keamanan yang memburuk.
Kedua republik juga memerintahkan mobilisasi semua pria berbadan sehat untuk siap berperang dalam potensi konflik.
Pada Senin, para pejabat di Donetsk menyatakan keadaan darurat. Mereka mengatakan stasiun pompa mereka telah berhenti bekerja di tengah penembakan dan mereka tidak dapat mendistribusikan air minum.
“Sehubungan dengan serangan artileri intensif … selama beberapa hari terakhir, telah terjadi serangkaian pelanggaran terhadap operasi normal sistem pendukung kehidupan,” ungkap para pejabat.
Menurut mereka, lebih dari 21.000 penduduk tanpa air bersih karena kerusakan itu.
Awal bulan ini, parlemen Rusia memberikan suara mendukung mosi yang menyerukan Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Lugansk.
Pejabat itu juga mengklaim ada perang yang terjadi di Donbass. "Situasinya tidak hanya sulit, itu benar-benar kritis," ujar dia.
Pasukan separatis dan mereka yang setia kepada pemerintah di Kiev telah memperingatkan peningkatan tajam permusuhan di sepanjang garis kontak dalam beberapa hari terakhir.
Kedua pihak saling menuduh menembakkan roket, mortir, dan senjata ringan melintasi perbatasan Ukraina dan Donbass.
Mengutip ketakutan baru akan pertempuran, para pemimpin pemberontak yang disebut Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk mengumumkan pada Jumat bahwa mereka telah mulai mengevakuasi penduduk ke Rusia sebagai akibat dari situasi keamanan yang memburuk.
Kedua republik juga memerintahkan mobilisasi semua pria berbadan sehat untuk siap berperang dalam potensi konflik.
Pada Senin, para pejabat di Donetsk menyatakan keadaan darurat. Mereka mengatakan stasiun pompa mereka telah berhenti bekerja di tengah penembakan dan mereka tidak dapat mendistribusikan air minum.
“Sehubungan dengan serangan artileri intensif … selama beberapa hari terakhir, telah terjadi serangkaian pelanggaran terhadap operasi normal sistem pendukung kehidupan,” ungkap para pejabat.
Menurut mereka, lebih dari 21.000 penduduk tanpa air bersih karena kerusakan itu.
Awal bulan ini, parlemen Rusia memberikan suara mendukung mosi yang menyerukan Presiden Vladimir Putin mengakui kemerdekaan Donetsk dan Lugansk.
tulis komentar anda