Barat Sebut Iran Ingin Bangun Senjata Nuklir, Khamenei: Omong Kosong
Kamis, 17 Februari 2022 - 18:16 WIB
TEHERAN - Iran tidak mencari senjata nuklir dan program nuklirnya hanya untuk "tujuan damai." Hal itu dikatakan pemimpin spiritual tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei , di tengah pembicaraan antara Teheran dengan kekuatan dunia yang bertujuan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir 2015 .
“Kami tidak mengejar senjata nuklir. Kami mengupayakan penggunaan energi nuklir secara damai,” kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan langsung di stasiun televisi pemerintah seperti dilansir dari Al Arabiya, Kamis (17/2/2022).
Khamenei bahkan menyatakan bahwa pernyataan dari Barat tentang seberapa dekat Iran dengan membangun senjata nuklir adalah “omong kosong dan tidak berarti.”
“Mereka (Barat) tahu bahwa kami tidak mencari (senjata nuklir),” ujarnya.
“Upaya diplomatik oleh saudara-saudara revolusioner kami untuk menghapus sanksi adalah baik,” kata Khamenei, mengacu pada pembicaraan yang sedang berlangsung antara Iran dan kekuatan dunia yang bertujuan untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015.
“Tetapi tugas utamanya adalah menetralisir sanksi,” cetusnya.
Pembicaraan antara penandatangan yang tersisa untuk kesepakatan - Iran, Rusia, China, Prancis, Jerman dan Inggris - saat ini sedang berlangsung di Wina, Austria.
Amerika Serikat (AS) berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan karena penolakan Iran untuk bernegosiasi langsung dengan Washington.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pada hari Rabu bahwa keputusan untuk menyelamatkan kesepakatan itu hanya beberapa hari lagi. Kemudian pada hari yang sama, kepala negosiator nuklir Iran Ali Bagheri-Kani mengatakan di Twitter: “Kita lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan.”
Namun ia menambahkan: “Tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati.”
Pejabat Barat selama berbulan-bulan memperingatkan bahwa hanya ada beberapa minggu tersisa untuk menyelamatkan perjanjian nuklir Iran. Perhatian utama mereka adalah bahwa perjanjian itu akan segera menjadi usang karena kemajuan nuklir Iran.
Pembicaraan Wina, yang dimulai pada April 2021, bertujuan untuk membawa Iran kembali mematuhi kesepakatan dan memfasilitasi kembalinya AS ke kesepakatan itu. Kesepakatan itu menawarkan keringanan sanksi untuk Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Washington menarik diri dari kesepakatan pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump saat itu, menerapkan kembali sanksi besar-besaran terhadap Teheran.
Iran mulai melanggar pembatasan kesepakatan setelah penarikan AS dari kesepakatan. Teheran sejak itu mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen – sebuah langkah besar mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk bahan tingkat senjata.
“Kami tidak mengejar senjata nuklir. Kami mengupayakan penggunaan energi nuklir secara damai,” kata Khamenei dalam pidato yang disiarkan langsung di stasiun televisi pemerintah seperti dilansir dari Al Arabiya, Kamis (17/2/2022).
Khamenei bahkan menyatakan bahwa pernyataan dari Barat tentang seberapa dekat Iran dengan membangun senjata nuklir adalah “omong kosong dan tidak berarti.”
“Mereka (Barat) tahu bahwa kami tidak mencari (senjata nuklir),” ujarnya.
“Upaya diplomatik oleh saudara-saudara revolusioner kami untuk menghapus sanksi adalah baik,” kata Khamenei, mengacu pada pembicaraan yang sedang berlangsung antara Iran dan kekuatan dunia yang bertujuan untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015.
“Tetapi tugas utamanya adalah menetralisir sanksi,” cetusnya.
Pembicaraan antara penandatangan yang tersisa untuk kesepakatan - Iran, Rusia, China, Prancis, Jerman dan Inggris - saat ini sedang berlangsung di Wina, Austria.
Amerika Serikat (AS) berpartisipasi secara tidak langsung dalam pembicaraan karena penolakan Iran untuk bernegosiasi langsung dengan Washington.
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian mengatakan pada hari Rabu bahwa keputusan untuk menyelamatkan kesepakatan itu hanya beberapa hari lagi. Kemudian pada hari yang sama, kepala negosiator nuklir Iran Ali Bagheri-Kani mengatakan di Twitter: “Kita lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai kesepakatan.”
Namun ia menambahkan: “Tidak ada yang disepakati sampai semuanya disepakati.”
Pejabat Barat selama berbulan-bulan memperingatkan bahwa hanya ada beberapa minggu tersisa untuk menyelamatkan perjanjian nuklir Iran. Perhatian utama mereka adalah bahwa perjanjian itu akan segera menjadi usang karena kemajuan nuklir Iran.
Pembicaraan Wina, yang dimulai pada April 2021, bertujuan untuk membawa Iran kembali mematuhi kesepakatan dan memfasilitasi kembalinya AS ke kesepakatan itu. Kesepakatan itu menawarkan keringanan sanksi untuk Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Washington menarik diri dari kesepakatan pada 2018 di bawah Presiden Donald Trump saat itu, menerapkan kembali sanksi besar-besaran terhadap Teheran.
Iran mulai melanggar pembatasan kesepakatan setelah penarikan AS dari kesepakatan. Teheran sejak itu mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 60 persen – sebuah langkah besar mendekati 90 persen yang dibutuhkan untuk bahan tingkat senjata.
Baca Juga
(ian)
tulis komentar anda