Ratusan Orang Tua di Myanmar Tak Akui Anaknya karena Takut Ancaman Junta Militer
Selasa, 08 Februari 2022 - 05:30 WIB
Lain halnya dengan So Pyay Aung yang berprofesi sebagai wartawan. Kepada Reuters, dia mengaku telah memfilmkan polisi anti huru hara menggunakan tongkat dan perisai untuk membubarkan protes. Video itu disiarkan secara langsung di situs web berita Democratic Voice of Burma.
Saat dicari pihak berwenang, dia bersembunyi di berbagai lokasi di Myanmar sebelum melarikan diri ke Thailand bersama istri dan bayi perempuannya.
Pada November 2021, sang ayah, Tin Aung Ko, membuat pengumuman pemutusan hubungan keluarga. Ayah So Pyay Aung tidak mengakui putranya karena dinilai melakukan aktivitas yang tak dapat dimaafkan yang bertentangan dengan kendak orang tuanya.
"Ketika saya melihat surat kabar yang menyebut pemutusan hubungan dengan saya, saya merasa sedikit sedih," kata So Pyay Aung. "Namun, saya mengerti orang tua saya takut akan tekanan. Mereka khawatir rumah mereka akan disita atau ditangkap," lanjutnya.
Petugas advokasi senior di kelompok hak asasi Burma Campaing UK, Wai Hnin Pwint Thon menyebut, cara junta militer menargetkan keluarga aktivis oposisi adalah taktik yang digunakan sejak lama. Cara ini pernah dilakukan selama kerusuhan pada 2007 dan akhir 1980-an.
Sementara menolak anggota keluarga secara terbuka adalah cara yang digunakan untuk mengatasinya. Namun, dia mengakui, melihat lebih banyak pemberitahuan seperti ini di media saat ini, ketimbang di masa lalu.
Saat dicari pihak berwenang, dia bersembunyi di berbagai lokasi di Myanmar sebelum melarikan diri ke Thailand bersama istri dan bayi perempuannya.
Pada November 2021, sang ayah, Tin Aung Ko, membuat pengumuman pemutusan hubungan keluarga. Ayah So Pyay Aung tidak mengakui putranya karena dinilai melakukan aktivitas yang tak dapat dimaafkan yang bertentangan dengan kendak orang tuanya.
"Ketika saya melihat surat kabar yang menyebut pemutusan hubungan dengan saya, saya merasa sedikit sedih," kata So Pyay Aung. "Namun, saya mengerti orang tua saya takut akan tekanan. Mereka khawatir rumah mereka akan disita atau ditangkap," lanjutnya.
Petugas advokasi senior di kelompok hak asasi Burma Campaing UK, Wai Hnin Pwint Thon menyebut, cara junta militer menargetkan keluarga aktivis oposisi adalah taktik yang digunakan sejak lama. Cara ini pernah dilakukan selama kerusuhan pada 2007 dan akhir 1980-an.
Sementara menolak anggota keluarga secara terbuka adalah cara yang digunakan untuk mengatasinya. Namun, dia mengakui, melihat lebih banyak pemberitahuan seperti ini di media saat ini, ketimbang di masa lalu.
(esn)
tulis komentar anda