Ratusan Orang Tua di Myanmar Tak Akui Anaknya karena Takut Ancaman Junta Militer
Selasa, 08 Februari 2022 - 05:30 WIB
NAYPYITAW - Ratusan orang tua di Myanmar memasang pemberitahuan pemutusan hubungan keluarga di surat kabar milik negara dalam tiga bulan terakhir. Rata-rata dalam sehari, ada enam atau tujuh keluarga yang memutuskan hubungan dengan putra, putri, keponakan, dan cucu mereka yang secara terbuka menentang junta militer yang berkuasa.
Langkah ini diambil setelah junta militer yang merebut kekuasaan pemerintah, mengumumkan akan mengambil alih properti pihak yang menentang mereka. Selain itu, orang-orang yang memberikan perlindungan kepada pengunjuk rasa juga akan ditangkap.
Hal itu diikuti dengan puluhan penggerebekan di rumah-rumah warga. Salah satu penentang kekuasaan junta militer Myanmar, Lin Lin Bo Bo, termasuk dalam orang yang tak diakui orang tuanya, demikian dilansir dari Reuters, Senin (7/2/2022).
"Kami menyatakan bahwa kami tidak mengakui Lin Lin Bo Bo karena tak pernah mendengarkan kehendak orang tuanya," tulis pemberitahuan yang diposting orang tuanya, San Win dan Tin Tin Soe, di surat kabar milik negara, The Mirror, pada November lalu.
Mantan penjual mobil yang bergabung dengan kelompok bersenjata penentang junta militer ini mengatakan kepada Reuters, ibunya sudah menyampaikan kepadanya bahwa dia tak diakui setelah tentara datang ke rumah keluarga mereka.
Lin Lin Bo Bo mengaku menangis setelah membaca pemberitahuan itu di kotan. Rekan-rekannya mencoba menyakinkan hal itu terpaksa dilakukan pihak keluarga karena berada dalam tekanan.
"Tapi saya sangat sedih," ujarnya. Sementara orang tua Lin Lin Bo Bo enggan berkomentar.
Lain halnya dengan So Pyay Aung yang berprofesi sebagai wartawan. Kepada Reuters, dia mengaku telah memfilmkan polisi anti huru hara menggunakan tongkat dan perisai untuk membubarkan protes. Video itu disiarkan secara langsung di situs web berita Democratic Voice of Burma.
Saat dicari pihak berwenang, dia bersembunyi di berbagai lokasi di Myanmar sebelum melarikan diri ke Thailand bersama istri dan bayi perempuannya.
Pada November 2021, sang ayah, Tin Aung Ko, membuat pengumuman pemutusan hubungan keluarga. Ayah So Pyay Aung tidak mengakui putranya karena dinilai melakukan aktivitas yang tak dapat dimaafkan yang bertentangan dengan kendak orang tuanya.
"Ketika saya melihat surat kabar yang menyebut pemutusan hubungan dengan saya, saya merasa sedikit sedih," kata So Pyay Aung. "Namun, saya mengerti orang tua saya takut akan tekanan. Mereka khawatir rumah mereka akan disita atau ditangkap," lanjutnya.
Petugas advokasi senior di kelompok hak asasi Burma Campaing UK, Wai Hnin Pwint Thon menyebut, cara junta militer menargetkan keluarga aktivis oposisi adalah taktik yang digunakan sejak lama. Cara ini pernah dilakukan selama kerusuhan pada 2007 dan akhir 1980-an.
Sementara menolak anggota keluarga secara terbuka adalah cara yang digunakan untuk mengatasinya. Namun, dia mengakui, melihat lebih banyak pemberitahuan seperti ini di media saat ini, ketimbang di masa lalu.
Langkah ini diambil setelah junta militer yang merebut kekuasaan pemerintah, mengumumkan akan mengambil alih properti pihak yang menentang mereka. Selain itu, orang-orang yang memberikan perlindungan kepada pengunjuk rasa juga akan ditangkap.
Hal itu diikuti dengan puluhan penggerebekan di rumah-rumah warga. Salah satu penentang kekuasaan junta militer Myanmar, Lin Lin Bo Bo, termasuk dalam orang yang tak diakui orang tuanya, demikian dilansir dari Reuters, Senin (7/2/2022).
"Kami menyatakan bahwa kami tidak mengakui Lin Lin Bo Bo karena tak pernah mendengarkan kehendak orang tuanya," tulis pemberitahuan yang diposting orang tuanya, San Win dan Tin Tin Soe, di surat kabar milik negara, The Mirror, pada November lalu.
Mantan penjual mobil yang bergabung dengan kelompok bersenjata penentang junta militer ini mengatakan kepada Reuters, ibunya sudah menyampaikan kepadanya bahwa dia tak diakui setelah tentara datang ke rumah keluarga mereka.
Lin Lin Bo Bo mengaku menangis setelah membaca pemberitahuan itu di kotan. Rekan-rekannya mencoba menyakinkan hal itu terpaksa dilakukan pihak keluarga karena berada dalam tekanan.
"Tapi saya sangat sedih," ujarnya. Sementara orang tua Lin Lin Bo Bo enggan berkomentar.
Lain halnya dengan So Pyay Aung yang berprofesi sebagai wartawan. Kepada Reuters, dia mengaku telah memfilmkan polisi anti huru hara menggunakan tongkat dan perisai untuk membubarkan protes. Video itu disiarkan secara langsung di situs web berita Democratic Voice of Burma.
Saat dicari pihak berwenang, dia bersembunyi di berbagai lokasi di Myanmar sebelum melarikan diri ke Thailand bersama istri dan bayi perempuannya.
Pada November 2021, sang ayah, Tin Aung Ko, membuat pengumuman pemutusan hubungan keluarga. Ayah So Pyay Aung tidak mengakui putranya karena dinilai melakukan aktivitas yang tak dapat dimaafkan yang bertentangan dengan kendak orang tuanya.
"Ketika saya melihat surat kabar yang menyebut pemutusan hubungan dengan saya, saya merasa sedikit sedih," kata So Pyay Aung. "Namun, saya mengerti orang tua saya takut akan tekanan. Mereka khawatir rumah mereka akan disita atau ditangkap," lanjutnya.
Petugas advokasi senior di kelompok hak asasi Burma Campaing UK, Wai Hnin Pwint Thon menyebut, cara junta militer menargetkan keluarga aktivis oposisi adalah taktik yang digunakan sejak lama. Cara ini pernah dilakukan selama kerusuhan pada 2007 dan akhir 1980-an.
Sementara menolak anggota keluarga secara terbuka adalah cara yang digunakan untuk mengatasinya. Namun, dia mengakui, melihat lebih banyak pemberitahuan seperti ini di media saat ini, ketimbang di masa lalu.
(esn)
tulis komentar anda