Jadi Komandan Batalion Perempuan ISIS, Mama Muda Diciduk FBI
Minggu, 30 Januari 2022 - 09:31 WIB
Jaksa mengatakan Fluke-Ekren kemudian pindah ke Mesir pada tahun 2008, tinggal di sana selama sekitar tiga tahun dan kemudian melakukan perjalanan ke Libya, di mana dia tinggal selama sekitar satu tahun sebelum menyelinap ke Suriah.
Menurut seorang saksi, Fluke-Ekren meninggalkan Libya karena organisasi teroris lain, Ansar al-Sharia, tidak lagi melakukan serangan di negara itu dan dia ingin melakukan jihad kekerasan.
Dalam memonya yang berargumen untuk menahan Fluke-Ekren di balik jeruji besi sementara dia menunggu persidangan, Parekh mengatakan bahwa perempuan itu telah menjadi orang yang sangat percaya pada ideologi teroris radikal ISIS selama bertahun-tahun. Jaksa mengatakan pemerintah memiliki banyak saksi yang siap untuk bersaksi melawannya.
Menurut memo penahanan, walikota kota Raqqa, Suriah, yang memproklamirkan diri sebagai Ibu Kota Negara Islam, menyetujui pembukaan batalion militer yang semuanya perempuan. Fluke-Ekren, kata penyelidik, segera menjadi pemimpinnya.
Saksi mata mengatakan Fluke-Ekren mengajar kelas untuk anggota batalion, dan pada satu kesempatan, seorang anak kecilnya terlihat memegang senapan mesin.
"Lebih dari 100 perempuan dan anak perempuan menerima pelatihan darinya," kata seorang saksi mata.
Fluke-Ekren berharap menciptakan kader-kader pelaku bom bunuh diri yang dapat menyusup ke posisi musuh, namun upaya tersebut tidak pernah terwujud, menurut pengaduan tersebut. Dia juga memberi tahu seorang saksi tentang keinginannya untuk menyerang pusat perbelanjaan menggunakan kendaraan yang diledakkan dari jarak jauh yang penuh dengan bahan peledak.
Dokumen pengadilan mengatakan bahwa setelah kematian suaminya, Fluke-Ekren menikah dengan teroris Negara Islam lainnya, seorang pria Bangladesh yang berspesialisasi dalam drone dan bekerja pada rencana untuk menjatuhkan bom kimia menggunakan drone tersebut. Suami keduanya juga meninggal. Dia kemudian menikah dengan seorang pemimpin militer Negara Islam yang bertanggung jawab atas pertahanan Raqqa, kata seorang saksi mata.
Menurut seorang saksi, Fluke-Ekren meninggalkan Libya karena organisasi teroris lain, Ansar al-Sharia, tidak lagi melakukan serangan di negara itu dan dia ingin melakukan jihad kekerasan.
Dalam memonya yang berargumen untuk menahan Fluke-Ekren di balik jeruji besi sementara dia menunggu persidangan, Parekh mengatakan bahwa perempuan itu telah menjadi orang yang sangat percaya pada ideologi teroris radikal ISIS selama bertahun-tahun. Jaksa mengatakan pemerintah memiliki banyak saksi yang siap untuk bersaksi melawannya.
Menurut memo penahanan, walikota kota Raqqa, Suriah, yang memproklamirkan diri sebagai Ibu Kota Negara Islam, menyetujui pembukaan batalion militer yang semuanya perempuan. Fluke-Ekren, kata penyelidik, segera menjadi pemimpinnya.
Saksi mata mengatakan Fluke-Ekren mengajar kelas untuk anggota batalion, dan pada satu kesempatan, seorang anak kecilnya terlihat memegang senapan mesin.
"Lebih dari 100 perempuan dan anak perempuan menerima pelatihan darinya," kata seorang saksi mata.
Fluke-Ekren berharap menciptakan kader-kader pelaku bom bunuh diri yang dapat menyusup ke posisi musuh, namun upaya tersebut tidak pernah terwujud, menurut pengaduan tersebut. Dia juga memberi tahu seorang saksi tentang keinginannya untuk menyerang pusat perbelanjaan menggunakan kendaraan yang diledakkan dari jarak jauh yang penuh dengan bahan peledak.
Dokumen pengadilan mengatakan bahwa setelah kematian suaminya, Fluke-Ekren menikah dengan teroris Negara Islam lainnya, seorang pria Bangladesh yang berspesialisasi dalam drone dan bekerja pada rencana untuk menjatuhkan bom kimia menggunakan drone tersebut. Suami keduanya juga meninggal. Dia kemudian menikah dengan seorang pemimpin militer Negara Islam yang bertanggung jawab atas pertahanan Raqqa, kata seorang saksi mata.
Lihat Juga :
tulis komentar anda