Oppenheimer, Penemu Bom Nuklir yang Sesali Temuannya: Saya Jadi Maut, Penghancur Dunia
Sabtu, 27 November 2021 - 16:25 WIB
Pada akhir Oktober, Oppenheimer mengunjungi Presiden Harry S. Truman, yang telah menyetujui penggunaan kedua bom tersebut, untuk berbicara dengannya tentang menempatkan kontrol internasional pada senjata nuklir.
Truman, yang khawatir dengan prospek pengembangan nuklir Uni Soviet, justru memecat Oppenheimer.
Ketika Oppenheimer mengatakan dia merasa terdorong untuk bertindak karena dia memiliki darah di tangannya, Truman dengan marah mengatakan kepada ilmuwan itu: "Darah ada di tangan saya, biarkan saya khawatir tentang itu."
Truman kemudian mengusir ilmuwan itu dari Oval Office, sebagaimana ditulis penulis Paul Ham dalam buku "Hiroshima Nagasaki: The Real Story of the Atomic Bombings and Their Aftermath".
Kendati demikian Paul Ham tidak yakin bahwa Oppenheimer merasa menyesal secara khusus atas pengeboman Jepang, yang mungkin dianggap oleh ilmuwan sebagai kejahatan yang diperlukan. Sebaliknya, dia berpikir bahwa Oppenheimer lebih peduli tentang kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh perang nuklir di masa depan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Oppenheimer mengambil langkah untuk mencegah masa depan seperti itu. Dia mulai bekerja dengan Komisi Energi Atom AS untuk mengontrol penggunaan senjata nuklir. Pada tahun 1949, ketika Truman mendekati komisi tentang pembuatan bom hidrogen (H-bomb), Oppenheimer menentangnya.
Terlepas dari penentangannya, AS tetap mengembangkan H-bomb dan mengujinya pada tahun 1952. Namun perlawanan Oppenheimer akhirnya membuat dia kehilangan pekerjaannya.
Selama era McCarthy, pemerintah mencopotnya dari pekerjaannya dengan komisi tersebut, dengan alasan penentangannya terhadap bom hidrogen serta hubungannya dengan komunis yang diakuinya.
Masuknya Oppenheimer dalam daftar hitam (black list) lebih berkaitan dengan penentangannya terhadap bom hirogen daripada teman-teman komunisnya. Namun, itu menciptakan skandal yang mengikutinya sampai kematiannya pada tahun 1967.
Selama beberapa dekade setelah itu, orang-orang terus berspekulasi tentang apakah dia adalah mata-mata Uni Soviet.
Truman, yang khawatir dengan prospek pengembangan nuklir Uni Soviet, justru memecat Oppenheimer.
Ketika Oppenheimer mengatakan dia merasa terdorong untuk bertindak karena dia memiliki darah di tangannya, Truman dengan marah mengatakan kepada ilmuwan itu: "Darah ada di tangan saya, biarkan saya khawatir tentang itu."
Truman kemudian mengusir ilmuwan itu dari Oval Office, sebagaimana ditulis penulis Paul Ham dalam buku "Hiroshima Nagasaki: The Real Story of the Atomic Bombings and Their Aftermath".
Kendati demikian Paul Ham tidak yakin bahwa Oppenheimer merasa menyesal secara khusus atas pengeboman Jepang, yang mungkin dianggap oleh ilmuwan sebagai kejahatan yang diperlukan. Sebaliknya, dia berpikir bahwa Oppenheimer lebih peduli tentang kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh perang nuklir di masa depan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, Oppenheimer mengambil langkah untuk mencegah masa depan seperti itu. Dia mulai bekerja dengan Komisi Energi Atom AS untuk mengontrol penggunaan senjata nuklir. Pada tahun 1949, ketika Truman mendekati komisi tentang pembuatan bom hidrogen (H-bomb), Oppenheimer menentangnya.
Terlepas dari penentangannya, AS tetap mengembangkan H-bomb dan mengujinya pada tahun 1952. Namun perlawanan Oppenheimer akhirnya membuat dia kehilangan pekerjaannya.
Selama era McCarthy, pemerintah mencopotnya dari pekerjaannya dengan komisi tersebut, dengan alasan penentangannya terhadap bom hidrogen serta hubungannya dengan komunis yang diakuinya.
Masuknya Oppenheimer dalam daftar hitam (black list) lebih berkaitan dengan penentangannya terhadap bom hirogen daripada teman-teman komunisnya. Namun, itu menciptakan skandal yang mengikutinya sampai kematiannya pada tahun 1967.
Selama beberapa dekade setelah itu, orang-orang terus berspekulasi tentang apakah dia adalah mata-mata Uni Soviet.
tulis komentar anda