Oppenheimer, Penemu Bom Nuklir yang Sesali Temuannya: Saya Jadi Maut, Penghancur Dunia
Sabtu, 27 November 2021 - 16:25 WIB
JAKARTA - J. Robert Oppenheimer adalah ilmuwan utama yang membuat bom nuklir pertama Amerika Serikat (AS) bersama timnya dalam proyek yang bernama "The Manhattan Project". Pada akhirnya, sang penemu bom laknat ini menyesali temuannya setelah menyaksikan Hiroshima, Jepang, seperti "kiamat" setelah bom dijatuhkan 6 Agustus 1945.
The Manhattan Project merupakan proyek pembuatan bom nuklir yang dikerjakan para ilmuwan top Amerika. Proyek itu sebenarnya menindaklanjuti surat ilmuwan genius Yahudi; Albert Einstein, tahun 1939 untuk Presiden AS Franklin Roosevelt.
Surat itu berisi kekhawatiran Einstein bahwa para ilmuwan Jerman di bawah rezim Adolf Hitler berhasil membelah atom uranium, yang artinya setahap lagi memperoleh bom nuklir.
Pada 16 Juli 1945, tim ilmuwan dan insinyur Amerika menyaksikan ledakan bom atom pertama yang berhasil di lokasi uji Trinity di Alamogordo, New Mexico. Tim The Manhattan Project, seperti dikutip History.com, diam-diam mengembangkan senjata di Laboratorium Los Alamos selama Perang Dunia II. Pada saat siap, Sekutu sudah menyatakan kemenangan di Eropa, tetapi masih berperang di Jepang.
Fisikawan J. Robert Oppenheimer, direktur laboratorium dan yang disebut sebagai "Bapak Bom Atom", menyaksikan dari jauh pagi itu ketika bom itu melepaskan awan jamur setinggi 40.000 kaki. Deskripsinya tentang momen itu menjadi terkenal:
“Saya ingat baris dari kitab suci Hindu Bhagavad-Gita,” katanya. “‘Sekarang saya menjadi Maut, penghancur dunia'. Saya kira kita semua berpikir demikian, dengan satu atau lain cara.”
Pada tanggal 6 Agustus, AS menjatuhkan bom di Hiroshima, Jepang, memusnahkan 90 persen kota dan membunuh 80.000 orang. Tiga hari kemudian, AS membunuh 40.000 orang di Nagasaki dengan bom nulir lainnya. Puluhan ribu lainnya menyusul tewas karena paparan radiasi. Jepang menyerah beberapa hari setelah pengeboman kedua, mengakhiri Perang Dunia II.
Ketika rincian kehancuran yang mengerikan mencapai para ilmuwan The Manhattan Project, banyak yang mulai mempertanyakan apa yang telah mereka lakukan.
The Manhattan Project merupakan proyek pembuatan bom nuklir yang dikerjakan para ilmuwan top Amerika. Proyek itu sebenarnya menindaklanjuti surat ilmuwan genius Yahudi; Albert Einstein, tahun 1939 untuk Presiden AS Franklin Roosevelt.
Surat itu berisi kekhawatiran Einstein bahwa para ilmuwan Jerman di bawah rezim Adolf Hitler berhasil membelah atom uranium, yang artinya setahap lagi memperoleh bom nuklir.
Pada 16 Juli 1945, tim ilmuwan dan insinyur Amerika menyaksikan ledakan bom atom pertama yang berhasil di lokasi uji Trinity di Alamogordo, New Mexico. Tim The Manhattan Project, seperti dikutip History.com, diam-diam mengembangkan senjata di Laboratorium Los Alamos selama Perang Dunia II. Pada saat siap, Sekutu sudah menyatakan kemenangan di Eropa, tetapi masih berperang di Jepang.
Fisikawan J. Robert Oppenheimer, direktur laboratorium dan yang disebut sebagai "Bapak Bom Atom", menyaksikan dari jauh pagi itu ketika bom itu melepaskan awan jamur setinggi 40.000 kaki. Deskripsinya tentang momen itu menjadi terkenal:
“Saya ingat baris dari kitab suci Hindu Bhagavad-Gita,” katanya. “‘Sekarang saya menjadi Maut, penghancur dunia'. Saya kira kita semua berpikir demikian, dengan satu atau lain cara.”
Pada tanggal 6 Agustus, AS menjatuhkan bom di Hiroshima, Jepang, memusnahkan 90 persen kota dan membunuh 80.000 orang. Tiga hari kemudian, AS membunuh 40.000 orang di Nagasaki dengan bom nulir lainnya. Puluhan ribu lainnya menyusul tewas karena paparan radiasi. Jepang menyerah beberapa hari setelah pengeboman kedua, mengakhiri Perang Dunia II.
Ketika rincian kehancuran yang mengerikan mencapai para ilmuwan The Manhattan Project, banyak yang mulai mempertanyakan apa yang telah mereka lakukan.
tulis komentar anda