Rusia Waswas Ukraina Gunakan Roket AS untuk Provokasi Perang di Donbass
Selasa, 23 November 2021 - 09:38 WIB
MOSKOW - Penggunaan rudal anti-tank Amerika Serikat (AS) oleh pasukan Ukraina yang memerangi separatis di timur negara itu semakin mengkhawatirkan. Jika itu terjadi, prospek konflik besar-besaran di wilayah yang dilanda perang itu dapat meningkat.
Peringatan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov pada Senin (22/11/2021).
Lavrov mengatakan klaim pasukan Ukraina telah mengerahkan peluncur roket Javelin buatan Amerika adalah perkembangan yang mengkhawatirkan.
“Dalam beberapa pekan terakhir, kami telah melihat aliran kesadaran dari kepemimpinan Ukraina, terutama ketika menyangkut militer, yang sangat meradang dan berbahaya,” ungkap dia.
Menurutnya, retorika yang agresif bisa memicu provokasi di lapangan.
Komentarnya muncul hanya beberapa jam setelah wawancara dengan Kepala Dinas Intelijen Militer Ukraina Kirill Budanov yang diterbitkan Military Times yang berbasis di AS.
Di dalamnya, kepala dinas intelijen Ukraina itu mengungkapkan Javelin telah diuji pasukan Kiev dan digunakan tentara di Donbass.
Saat AS memberikan bantuan “tidak mematikan” ke negara itu dan menjual amunisi ke sana, para analis berspekulasi sistem senjata itu bisa disumbangkan atau diberikan dengan harga diskon mengingat biayanya yang tinggi.
Awal bulan ini, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov memperingatkan Washington bahwa memberikan senjata mematikan ke Ukraina dapat menghancurkan harapan untuk perdamaian di Donbass.
“Rencana memasok senjata ke rezim di Kiev hanya akan memperburuk situasi di tenggara Ukraina. Kami percaya bahwa kesempatan lain untuk mendorong Kiev menghentikan perang telah terlewatkan,” ungkap Anatoly Antonov.
Pasukan Ukraina telah terlibat dalam pertikaian bersenjata dengan pemberontak yang setia pada dua republik yang memisahkan diri setelah Maidan 2014.
Kiev menuduh Moskow membiayai dan mempersenjatai pasukan pemberontak. Ukraina telah menolak bernegosiasi langsung dengan para pemimpin di Lugansk dan Donetsk.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia menerbitkan serangkaian dokumen yang bertujuan membuktikan Rusia dan Jerman menentang rencana bagi para pemimpin Ukraina bernegosiasi dengan separatis secara langsung, yang menurut para pejabatnya bertentangan dengan kesepakatan damai sebelumnya.
Peringatan itu diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov pada Senin (22/11/2021).
Lavrov mengatakan klaim pasukan Ukraina telah mengerahkan peluncur roket Javelin buatan Amerika adalah perkembangan yang mengkhawatirkan.
“Dalam beberapa pekan terakhir, kami telah melihat aliran kesadaran dari kepemimpinan Ukraina, terutama ketika menyangkut militer, yang sangat meradang dan berbahaya,” ungkap dia.
Menurutnya, retorika yang agresif bisa memicu provokasi di lapangan.
Komentarnya muncul hanya beberapa jam setelah wawancara dengan Kepala Dinas Intelijen Militer Ukraina Kirill Budanov yang diterbitkan Military Times yang berbasis di AS.
Di dalamnya, kepala dinas intelijen Ukraina itu mengungkapkan Javelin telah diuji pasukan Kiev dan digunakan tentara di Donbass.
Saat AS memberikan bantuan “tidak mematikan” ke negara itu dan menjual amunisi ke sana, para analis berspekulasi sistem senjata itu bisa disumbangkan atau diberikan dengan harga diskon mengingat biayanya yang tinggi.
Awal bulan ini, Duta Besar Rusia untuk AS Anatoly Antonov memperingatkan Washington bahwa memberikan senjata mematikan ke Ukraina dapat menghancurkan harapan untuk perdamaian di Donbass.
“Rencana memasok senjata ke rezim di Kiev hanya akan memperburuk situasi di tenggara Ukraina. Kami percaya bahwa kesempatan lain untuk mendorong Kiev menghentikan perang telah terlewatkan,” ungkap Anatoly Antonov.
Pasukan Ukraina telah terlibat dalam pertikaian bersenjata dengan pemberontak yang setia pada dua republik yang memisahkan diri setelah Maidan 2014.
Kiev menuduh Moskow membiayai dan mempersenjatai pasukan pemberontak. Ukraina telah menolak bernegosiasi langsung dengan para pemimpin di Lugansk dan Donetsk.
Pekan lalu, Kementerian Luar Negeri Rusia menerbitkan serangkaian dokumen yang bertujuan membuktikan Rusia dan Jerman menentang rencana bagi para pemimpin Ukraina bernegosiasi dengan separatis secara langsung, yang menurut para pejabatnya bertentangan dengan kesepakatan damai sebelumnya.
(sya)
tulis komentar anda