Kirim Peringatan, China Kerahkan Pesawat Pembom ke Perbatasan India
Rabu, 17 November 2021 - 04:27 WIB
BEIJING - China telah mengerahkan pesawat pembom jarak jauhnya ke perbatasan dengan India dalam sebuah langkah untuk mencegah konflik antara kedua negara.
Selama perayaan ulang tahun ke-72 Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Kamis lalu, saluran berita milik pemerintah China Central Television (CCTV) dilaporkan menayangkan rekaman pembom H-6K yang terbang di dekat Himalaya. South China Morning Post melaporkan meskipun biasanya berbasis lebih dekat ke Beijing, jet-jet itu dipindahkan ke provinsi Xinjiang sekitar tahun lalu, dekat dengan wilayah yang diperebutkan oleh China dan India.
Pembom khusus ini biasanya dilengkapi dengan rudal jarak jauh CJ-20 untuk pertempuran darat dan laut. Berbicara kepada SCMP, analis militer Anthony Wong Tong mengatakan bahwa penempatan pesawat pengebom semacam itu di dekat perbatasan jelas merupakan peringatan bagi India.
"New Delhi berada dalam jangkauan tempur H-6K dan jangkauan serangan CJ-20," jelas Tong seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (17/11/2021).
Sebaliknya, Song Zhongping, analis lain dan mantan instruktur artileri PLA, mengatakan China kemungkinan besar akan tertarik untuk menargetkan pangkalan udara India di wilayah tersebut, dibandingkan dengan ibu kotanya.
"China tidak akan menyerang wilayah sipil," kata Song kepada media yang sama.
"Jadi Delhi tidak akan menjadi sasaran rudal yang diluncurkan dari udara meskipun ibu kotanya cukup dekat dengan perbatasan," ujarnya.
Dalam rekaman yang ditayangkan di televisi pemerintah China, tercatat bahwa pesawat pengebom itu dilengkapi dengan jenis rudal jarak pendek yang berbeda, bukan rudal jarak jauh yang dirancang untuk itu. Analis lain mengatakan kepada SCMP bahwa ini disengaja.
"Ini adalah peringatan hati-hati dari PLA. (Laporan) CCTV sengaja tidak menyertakan rekaman H-6K dengan CJ-20 yang kuat," kata Zhou Chenming, seorang peneliti ilmu militer.
"China berharap konflik perbatasan tidak akan meningkat lebih jauh, dengan pandemi virus Corona diperkirakan akan memburuk pada musim dingin ini," ia menambahkan.
Ketegangan di sepanjang perbatasan yang disengketakan China dan India telah memanas sejak Oktober, ketika negosiasi antara kepemimpinan militer kedua negara gagal. Sejak itu, masing-masing pihak saling menyalahkan setiap kali pecah perselisihan di sepanjang perbatasan.
Pembicaraan pertama dimulai pada Mei 2020 di tengah meningkatnya konflik antara kedua belah pihak. Konflik-konflik ini mencapai puncaknya pada bulan berikutnya, ketika kira-kira dua lusin tentara tewas dalam konfrontasi di Lembah Galwan.
Ketika pemerintah India menandatangani kesepakatan berbagi intelijen militer dengan Amerika Serikat (AS) pada musim gugur yang lalu, media China mendesak tetangganya untuk menghindari perang, mencatat bahwa Beijing pasti akan memenangkan konflik semacam itu.
"Perang selalu ada di benak sebagian orang India, tidak peduli betapa kacaunya situasi domestik mereka," bunyi sebuah artikel China, Global Times, sebuah surat kabar yang dikelola pemerintah.
"Kekuatan nasional, termasuk kekuatan militer, China jauh melebihi India. Meskipun India adalah kekuatan besar dalam hal politik, (negara) itu pasti akan kalah, jika perang dengan China pecah," tulis Global Times.
Selama perayaan ulang tahun ke-72 Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Kamis lalu, saluran berita milik pemerintah China Central Television (CCTV) dilaporkan menayangkan rekaman pembom H-6K yang terbang di dekat Himalaya. South China Morning Post melaporkan meskipun biasanya berbasis lebih dekat ke Beijing, jet-jet itu dipindahkan ke provinsi Xinjiang sekitar tahun lalu, dekat dengan wilayah yang diperebutkan oleh China dan India.
Pembom khusus ini biasanya dilengkapi dengan rudal jarak jauh CJ-20 untuk pertempuran darat dan laut. Berbicara kepada SCMP, analis militer Anthony Wong Tong mengatakan bahwa penempatan pesawat pengebom semacam itu di dekat perbatasan jelas merupakan peringatan bagi India.
"New Delhi berada dalam jangkauan tempur H-6K dan jangkauan serangan CJ-20," jelas Tong seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (17/11/2021).
Sebaliknya, Song Zhongping, analis lain dan mantan instruktur artileri PLA, mengatakan China kemungkinan besar akan tertarik untuk menargetkan pangkalan udara India di wilayah tersebut, dibandingkan dengan ibu kotanya.
"China tidak akan menyerang wilayah sipil," kata Song kepada media yang sama.
"Jadi Delhi tidak akan menjadi sasaran rudal yang diluncurkan dari udara meskipun ibu kotanya cukup dekat dengan perbatasan," ujarnya.
Baca Juga
Dalam rekaman yang ditayangkan di televisi pemerintah China, tercatat bahwa pesawat pengebom itu dilengkapi dengan jenis rudal jarak pendek yang berbeda, bukan rudal jarak jauh yang dirancang untuk itu. Analis lain mengatakan kepada SCMP bahwa ini disengaja.
"Ini adalah peringatan hati-hati dari PLA. (Laporan) CCTV sengaja tidak menyertakan rekaman H-6K dengan CJ-20 yang kuat," kata Zhou Chenming, seorang peneliti ilmu militer.
"China berharap konflik perbatasan tidak akan meningkat lebih jauh, dengan pandemi virus Corona diperkirakan akan memburuk pada musim dingin ini," ia menambahkan.
Ketegangan di sepanjang perbatasan yang disengketakan China dan India telah memanas sejak Oktober, ketika negosiasi antara kepemimpinan militer kedua negara gagal. Sejak itu, masing-masing pihak saling menyalahkan setiap kali pecah perselisihan di sepanjang perbatasan.
Pembicaraan pertama dimulai pada Mei 2020 di tengah meningkatnya konflik antara kedua belah pihak. Konflik-konflik ini mencapai puncaknya pada bulan berikutnya, ketika kira-kira dua lusin tentara tewas dalam konfrontasi di Lembah Galwan.
Ketika pemerintah India menandatangani kesepakatan berbagi intelijen militer dengan Amerika Serikat (AS) pada musim gugur yang lalu, media China mendesak tetangganya untuk menghindari perang, mencatat bahwa Beijing pasti akan memenangkan konflik semacam itu.
"Perang selalu ada di benak sebagian orang India, tidak peduli betapa kacaunya situasi domestik mereka," bunyi sebuah artikel China, Global Times, sebuah surat kabar yang dikelola pemerintah.
"Kekuatan nasional, termasuk kekuatan militer, China jauh melebihi India. Meskipun India adalah kekuatan besar dalam hal politik, (negara) itu pasti akan kalah, jika perang dengan China pecah," tulis Global Times.
(ian)
tulis komentar anda