Nunggak Tagihan, Taliban Berencana Beli Listrik dari Iran
Minggu, 14 November 2021 - 15:10 WIB
KABUL - Perusahaan listrik nasional Afghanistan berencana untuk mengimpor listrik dari Iran dengan harapan dapat mengatasi krisis energi yang mengancam negara itu.
Menurut jaringan berita Afghanistan TOLO News perusahaan listrik Afghanistan, Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS), mengumumkan kesepakatan minggu ini untuk membeli pasokan 100 megawatt seperti dikutip dari Business Insider, Minggu (14/11/2021).
Jaringan listrik negara itu dalam keadaan genting sejak Taliban menggulingkan pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS) pada Agustus lalu. Afghanistan mengimpor sebagian besar listriknya, dan memiliki utang yang meningkat ke negara-negara tetangga.
Pada bulan Oktober, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Kabul menghadapi pemadaman listrik di musim dingin. Mantan CEO DABS, yang pergi saat pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, mengatakan bahwa mereka berutang sekitar USD90 juta kepada Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan.
Negara-negara itu, katanya, akan dibenarkan untuk menghentikan pasokan listrik ke Afghanistan dengan alasan tidak membayar.
Kesepakatan dengan Iran menawarkan jalan lain bagi Taliban untuk mengamankan listrik yang andal.
Seorang juru bicara DABS mengatakan kepada TOLO News bahwa impor difokuskan di Afghanistan barat. Kabul, di mana ancaman pemadaman listrik dikatakan paling akut, berada di timur.
Ekonomi Afghanistan berada dalam krisis sejak Taliban berkuasa. Awal bulan ini, kelompok tersebut melarang penggunaan mata uang asing di Afghanistan, dengan alasan situasi ekonomi yang mengerikan.
Taliban telah dicegah untuk mengakses cadangan keuangan di luar negeri yang dikumpulkan oleh pemerintah sebelumnya, termasuk hampir USD10 miliar yang disimpan di AS oleh bank sentral Afghanistan.
Menurut jaringan berita Afghanistan TOLO News perusahaan listrik Afghanistan, Da Afghanistan Breshna Sherkat (DABS), mengumumkan kesepakatan minggu ini untuk membeli pasokan 100 megawatt seperti dikutip dari Business Insider, Minggu (14/11/2021).
Jaringan listrik negara itu dalam keadaan genting sejak Taliban menggulingkan pemerintah yang didukung Amerika Serikat (AS) pada Agustus lalu. Afghanistan mengimpor sebagian besar listriknya, dan memiliki utang yang meningkat ke negara-negara tetangga.
Pada bulan Oktober, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Kabul menghadapi pemadaman listrik di musim dingin. Mantan CEO DABS, yang pergi saat pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban, mengatakan bahwa mereka berutang sekitar USD90 juta kepada Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan.
Negara-negara itu, katanya, akan dibenarkan untuk menghentikan pasokan listrik ke Afghanistan dengan alasan tidak membayar.
Kesepakatan dengan Iran menawarkan jalan lain bagi Taliban untuk mengamankan listrik yang andal.
Seorang juru bicara DABS mengatakan kepada TOLO News bahwa impor difokuskan di Afghanistan barat. Kabul, di mana ancaman pemadaman listrik dikatakan paling akut, berada di timur.
Ekonomi Afghanistan berada dalam krisis sejak Taliban berkuasa. Awal bulan ini, kelompok tersebut melarang penggunaan mata uang asing di Afghanistan, dengan alasan situasi ekonomi yang mengerikan.
Taliban telah dicegah untuk mengakses cadangan keuangan di luar negeri yang dikumpulkan oleh pemerintah sebelumnya, termasuk hampir USD10 miliar yang disimpan di AS oleh bank sentral Afghanistan.
(ian)
tulis komentar anda