China Dituding Lakukan Penindasan pada Etnis Uighur di 22 Negara
Jum'at, 12 November 2021 - 00:30 WIB
BEIJING - Tekanan yang diberikan pemerintah China pada etnis Uighur ternyata tak hanya terjadi di dalam negeri saja. Sebuah laporan menyebutkan kalau Beijing juga melakukan tekanan pada etnis Uighur yang tinggal di 22 negara.
Menurut sebuah laporan dari Proyek Hak Asasi Manusia Uighur, agen-agen China telah melacak, melecehkan, dan mengancam anggota komunitas Muslim Uighur di 22 negara.
“Skala penindasan transnasional China terhadap Uighur sangat menakjubkan. Dari rendisi individu hingga ancaman online sehari-hari. Tidak ada kedamaian bagi Uighur yang tinggal di luar negeri,” kata Omer Kanat, Direktur Eksekutif Proyek Hak Asasi Manusia Uyghur (UHRP), seperti dikutip dari Radio Free Asia, Kamis (11/11/2021).
Laporan setebal 64 halaman – dirilis bersama oleh UHRP, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington, D.C., dan kelompok pertukaran akademik Oxus Society for Central Asian Affairs – didasarkan pada data survei dari etnis Uighur yang tinggal di seluruh dunia.
Laporan tersebut menambahkan, ada lebih dari 5.500 contoh peringatan dan ancaman terhadap individu dan anggota keluarga mereka di 22 negara. Dilaporkan pula munculnya pelecehan, dan intimidasi terhadap etnis Uighur.
Peter Irwin, pejabat program senior untuk advokasi dan komunikasi di UHRP, mengatakan, taktik yang digunakan oleh agen China termasuk serangan siber, pelecehan online, dan kampanye kotor publik.
“Skala dan ruang lingkup peretas dan operasi intelijen yang didukung negara China telah berkembang di negara-negara yang menjadi tuan rumah bagi etnis Uighur sejak 2014,” kata Bradley Jardine, direktur penelitian di Oxus Society for Central Asian Affairs.
Menurut sebuah laporan dari Proyek Hak Asasi Manusia Uighur, agen-agen China telah melacak, melecehkan, dan mengancam anggota komunitas Muslim Uighur di 22 negara.
“Skala penindasan transnasional China terhadap Uighur sangat menakjubkan. Dari rendisi individu hingga ancaman online sehari-hari. Tidak ada kedamaian bagi Uighur yang tinggal di luar negeri,” kata Omer Kanat, Direktur Eksekutif Proyek Hak Asasi Manusia Uyghur (UHRP), seperti dikutip dari Radio Free Asia, Kamis (11/11/2021).
Laporan setebal 64 halaman – dirilis bersama oleh UHRP, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Washington, D.C., dan kelompok pertukaran akademik Oxus Society for Central Asian Affairs – didasarkan pada data survei dari etnis Uighur yang tinggal di seluruh dunia.
Laporan tersebut menambahkan, ada lebih dari 5.500 contoh peringatan dan ancaman terhadap individu dan anggota keluarga mereka di 22 negara. Dilaporkan pula munculnya pelecehan, dan intimidasi terhadap etnis Uighur.
Peter Irwin, pejabat program senior untuk advokasi dan komunikasi di UHRP, mengatakan, taktik yang digunakan oleh agen China termasuk serangan siber, pelecehan online, dan kampanye kotor publik.
“Skala dan ruang lingkup peretas dan operasi intelijen yang didukung negara China telah berkembang di negara-negara yang menjadi tuan rumah bagi etnis Uighur sejak 2014,” kata Bradley Jardine, direktur penelitian di Oxus Society for Central Asian Affairs.
Lihat Juga :
tulis komentar anda