Profil Sheikh Saleh al-Thalib, Imam Masjidil Haram yang Ditangkap Arab Saudi
Rabu, 10 November 2021 - 08:14 WIB
"Kami mengonfirmasi penangkapan Imam (Masjidil) Haram Sheikh Dr Saleh al Thalib, dan dikatakan bahwa alasan penangkapan adalah ceramah tentang melakukan kejahatan dan kewajiban dalam Islam untuk menentang hal itu di depan umum!" tulis kelompok Prisoners of Conscie via akun Twitter-nya, @m3takl_en saat itu.
Yahya Assiri, seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Saudi yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada Al Jazeera, "Pihak kerajaan melihat semua orang yang berpengaruh dan hadir di tempat kejadian."
"Bahkan mereka yang tetap diam atau berjanji setia kepada negara, bahkan mereka yang telah menghimpun otoritas dan inisiatif mereka, ini tidak aman," ujar dia, yang dilansir Kamis (23/8/2018).
Sejak Mohammad bin Salman, juga dikenal sebagai MBS, menjadi Putra Mahkota Saudi pada Juni 2017, puluhan imam, aktivis hak-hak perempuan dan anggota keluarga kerajaan telah ditahan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah ulama Islam terkemuka Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, ditangkap September 2017 dan dituduh memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, kelompok yang dinyatakan Arab Saudi sebagai organisasi teroris.
Sedangkan al-Hawali ditahan setelah menerbitkan buku setebal 3.000 halaman yang menyerang bin Salman dan keluarga kerajaan yang berkuasa atas hubungan mereka dengan Israel. Dia menyebutnya sebagai pengkhianatan.
Awal tahun 2018, Mohammad bin Salman melunakkan sikap kerajaan terhadap Israel dengan mengatakan kepada majalah Atlantic yang berbasis di Amerika Serikat bahwa, "Israel memiliki hak atas tanah mereka sendiri dan ada banyak kepentingan yang kami (Arab Saudi) bagikan dengan Israel."
Pada Maret 2018, Riyadh memberikan izin operator penerbangan nasional India untuk menggunakan wilayah udaranya untuk mengoperasikan pesawatnya terbang langsung antara New Delhi dan Tel Aviv dengan melewati wilayah udara Saudi.
Yahya Assiri, seorang aktivis hak asasi manusia (HAM) Saudi yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada Al Jazeera, "Pihak kerajaan melihat semua orang yang berpengaruh dan hadir di tempat kejadian."
"Bahkan mereka yang tetap diam atau berjanji setia kepada negara, bahkan mereka yang telah menghimpun otoritas dan inisiatif mereka, ini tidak aman," ujar dia, yang dilansir Kamis (23/8/2018).
Sejak Mohammad bin Salman, juga dikenal sebagai MBS, menjadi Putra Mahkota Saudi pada Juni 2017, puluhan imam, aktivis hak-hak perempuan dan anggota keluarga kerajaan telah ditahan.
Di antara mereka yang ditangkap adalah ulama Islam terkemuka Salman al-Awdah, Awad al-Qarni, Farhan al-Malki, Mostafa Hassan dan Safar al-Hawali.
Al-Awdah dan al-Qarni, yang memiliki jutaan pengikut di media sosial, ditangkap September 2017 dan dituduh memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin, kelompok yang dinyatakan Arab Saudi sebagai organisasi teroris.
Sedangkan al-Hawali ditahan setelah menerbitkan buku setebal 3.000 halaman yang menyerang bin Salman dan keluarga kerajaan yang berkuasa atas hubungan mereka dengan Israel. Dia menyebutnya sebagai pengkhianatan.
Awal tahun 2018, Mohammad bin Salman melunakkan sikap kerajaan terhadap Israel dengan mengatakan kepada majalah Atlantic yang berbasis di Amerika Serikat bahwa, "Israel memiliki hak atas tanah mereka sendiri dan ada banyak kepentingan yang kami (Arab Saudi) bagikan dengan Israel."
Pada Maret 2018, Riyadh memberikan izin operator penerbangan nasional India untuk menggunakan wilayah udaranya untuk mengoperasikan pesawatnya terbang langsung antara New Delhi dan Tel Aviv dengan melewati wilayah udara Saudi.
(sya)
tulis komentar anda