Tuvalu Khawatir Tenggelam Beneran, Cari Cara Hukum agar Tetap Jadi Negara
Rabu, 10 November 2021 - 00:06 WIB
SYDNEY - Tuvalu, negara di kepulauan Pasifik, khawatir akan benar-benar tenggelam akibat perubahan iklim . Pemerintahnya kini sedang mencari cara hukum untuk mempertahankan kepemilikan atas zona maritimnya dan pengakuan sebagai negara jika kekhawatiran ituterjadi.
"Kami sebenarnya membayangkan skenario terburuk di mana kami terpaksa pindah atau tanah kami terendam," kata Menteri Luar Negeri Tuvalu, Simon Kofe, kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Selasa (9/11/2021).
"Kami sedang mencari jalan hukum di mana kami dapat mempertahankan kepemilikan kami atas zona maritim kami, mempertahankan pengakuan kami sebagai negara di bawah hukum internasional. Jadi itu adalah langkah yang kami ambil, melihat ke masa depan," katanya.
Menlu Kofe sebelumnya terlihat berdiri di laut dengan air setinggi lutut sambil pidato untuk KTT Iklim PBB COP26. Video dan foto pidatonya di laut itu telah dibagikan secara luas di media sosial selama beberapa hari terakhir, yang mendorong tindakan agresif untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
"Kami tidak mengira itu akan menjadi viral seperti yang kami lihat selama beberapa hari terakhir. Kami sangat senang dengan itu, dan mudah-mudahan itu membawa pesan dan menekankan tantangan yang kami hadapi di Tuvalu saat ini," kata Kofe.
Tuvalu adalah negara kepulauan dengan populasi sekitar 11.000 orang, dan titik tertingginya hanya 4,5m di atas permukaan laut. Sejak 1993, menurut laporan pemerintah Australia 2011, permukaan laut telah naik sekitar 0,5 cm per tahun.
Kofe mengatakan bahwa dia menyampaikan video pidato, yang dijadwalkan akan ditayangkan di COP26 pada hari Selasa (9/11/2021), di tempat yang dulunya merupakan lahan kering.
Dia menambahkan bahwa Tuvalu melihat banyak erosi pantai.
Ketika ditanya apa pendapat orang Tuvalu tentang naiknya permukaan air laut, Kofe mengatakan bahwa beberapa generasi yang lebih tua mengatakan mereka senang, sementara yang lain pergi.
"Satu hal yang jelas adalah bahwa masyarakat memiliki ikatan yang sangat dekat dengan tanah mereka," kata Kofe.
"Kami sebenarnya membayangkan skenario terburuk di mana kami terpaksa pindah atau tanah kami terendam," kata Menteri Luar Negeri Tuvalu, Simon Kofe, kepada Reuters dalam sebuah wawancara pada Selasa (9/11/2021).
"Kami sedang mencari jalan hukum di mana kami dapat mempertahankan kepemilikan kami atas zona maritim kami, mempertahankan pengakuan kami sebagai negara di bawah hukum internasional. Jadi itu adalah langkah yang kami ambil, melihat ke masa depan," katanya.
Menlu Kofe sebelumnya terlihat berdiri di laut dengan air setinggi lutut sambil pidato untuk KTT Iklim PBB COP26. Video dan foto pidatonya di laut itu telah dibagikan secara luas di media sosial selama beberapa hari terakhir, yang mendorong tindakan agresif untuk mengatasi dampak perubahan iklim.
"Kami tidak mengira itu akan menjadi viral seperti yang kami lihat selama beberapa hari terakhir. Kami sangat senang dengan itu, dan mudah-mudahan itu membawa pesan dan menekankan tantangan yang kami hadapi di Tuvalu saat ini," kata Kofe.
Tuvalu adalah negara kepulauan dengan populasi sekitar 11.000 orang, dan titik tertingginya hanya 4,5m di atas permukaan laut. Sejak 1993, menurut laporan pemerintah Australia 2011, permukaan laut telah naik sekitar 0,5 cm per tahun.
Kofe mengatakan bahwa dia menyampaikan video pidato, yang dijadwalkan akan ditayangkan di COP26 pada hari Selasa (9/11/2021), di tempat yang dulunya merupakan lahan kering.
Dia menambahkan bahwa Tuvalu melihat banyak erosi pantai.
Ketika ditanya apa pendapat orang Tuvalu tentang naiknya permukaan air laut, Kofe mengatakan bahwa beberapa generasi yang lebih tua mengatakan mereka senang, sementara yang lain pergi.
"Satu hal yang jelas adalah bahwa masyarakat memiliki ikatan yang sangat dekat dengan tanah mereka," kata Kofe.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda