Rusia Anggarkan Rp704 Triliun untuk Pertahanan Nasional 2022, Nuklir Tetap Prioritas
Rabu, 03 November 2021 - 15:23 WIB
MOSKOW - Rusia berencana secara bertahap meningkatkan pengeluaran untuk kemampuan senjata nuklirnya selama tiga tahun ke depan. Hal ini terungkap dalam rancangan anggaran nasional yang saat ini sedang diperdebatkan di parlemen.
Berbicara kepada anggota parlemen dari majelis rendah pada akhir pekan lalu, kepala Komite Pertahanan Rusia, Andrei Kartapolov, menggambarkan proposal anggaran sebagai “berimbang”. Berdasarkan proposal tersebut, pada tahun 2022 dan 2023 masing-masing akan melihat pengeluaran pertahanan nasional sekitar USD49,3 miliar atau sekitar Rp704 triliun. Sementara pada 2024, proposal anggaran meningkat menjadi Rp757 triliun.
Meningkatkan persenjataan nuklir negara tetap menjadi prioritas bagi Kremlin. Kartapolov mengatakan, Rp9,7 triliun akan dialokasikan untuk kompleks bersenjata nuklir setiap tahun, sejak 2022-2023. Angka untuk 2024 akan meningkat menjadi sekitar Rp11,1 triliun.
“Peningkatan pengeluaran kemungkinan besar disebabkan oleh kebutuhan untuk memodernisasi sejumlah besar muatan nuklir yang diproduksi pada 1980-an dan paruh pertama 1990-an,” kata Ruslan Pukhov, kepala Pusat Analisis Strategi dan Teknologi yang berbasis di Moskow, kepada Defense News, Selasa (2/1/2021).
Dia mencatat bahwa sebagian besar sistem rudal balistik antarbenua Topol, UR-100N (RS-18A) dan R-36 (Р-36) mendekati usia pensiun mereka. “Ini adalah ratusan hulu ledak yang sedang dibongkar,” kata Pukhov.
“Awal penyebaran ICBM Sarmat berkepala banyak dan berat, akan membutuhkan peningkatan tajam dalam tingkat produksi hulu ledak nuklir. Selain itu, pembangunan kapal selam dengan rudal Bulava juga sedang berlangsung,” lanjutnya. Rudal Bulava diluncurkan dari kapal selam Knyaz Oleg selama tes 21 Oktober dan berhasil mengenai sasarannya.
Komandan pasukan strategis Rusia, Kolonel Jenderal Sergei Karakayev, sebelumnya mengatakan, Rusia ingin mengganti semua sistem rudal era Soviet pada tahun 2024. Misalnya, pasukan nuklir Rusia ingin mengganti rudal R-36 Voyevoda dengan senjata baru Sarmat RS-28.
Di antara prioritas pengeluaran lainnya adalah peningkatan pembayaran kepada tentara yang bertugas di bawah kontrak. Pengeluaran tambahan secara bertahap akan meningkat dari Rp5,6 triliun pada 2022 menjadi Rp8,8 triliun pada 2023 rubel.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan pada Maret 2020, ada lebih dari 405.000 tentara yang bertugas di bawah kontrak di militer Rusia. Itu artinya hampir setengah dari semua anggota layanan.
Berbicara kepada anggota parlemen dari majelis rendah pada akhir pekan lalu, kepala Komite Pertahanan Rusia, Andrei Kartapolov, menggambarkan proposal anggaran sebagai “berimbang”. Berdasarkan proposal tersebut, pada tahun 2022 dan 2023 masing-masing akan melihat pengeluaran pertahanan nasional sekitar USD49,3 miliar atau sekitar Rp704 triliun. Sementara pada 2024, proposal anggaran meningkat menjadi Rp757 triliun.
Meningkatkan persenjataan nuklir negara tetap menjadi prioritas bagi Kremlin. Kartapolov mengatakan, Rp9,7 triliun akan dialokasikan untuk kompleks bersenjata nuklir setiap tahun, sejak 2022-2023. Angka untuk 2024 akan meningkat menjadi sekitar Rp11,1 triliun.
“Peningkatan pengeluaran kemungkinan besar disebabkan oleh kebutuhan untuk memodernisasi sejumlah besar muatan nuklir yang diproduksi pada 1980-an dan paruh pertama 1990-an,” kata Ruslan Pukhov, kepala Pusat Analisis Strategi dan Teknologi yang berbasis di Moskow, kepada Defense News, Selasa (2/1/2021).
Dia mencatat bahwa sebagian besar sistem rudal balistik antarbenua Topol, UR-100N (RS-18A) dan R-36 (Р-36) mendekati usia pensiun mereka. “Ini adalah ratusan hulu ledak yang sedang dibongkar,” kata Pukhov.
“Awal penyebaran ICBM Sarmat berkepala banyak dan berat, akan membutuhkan peningkatan tajam dalam tingkat produksi hulu ledak nuklir. Selain itu, pembangunan kapal selam dengan rudal Bulava juga sedang berlangsung,” lanjutnya. Rudal Bulava diluncurkan dari kapal selam Knyaz Oleg selama tes 21 Oktober dan berhasil mengenai sasarannya.
Komandan pasukan strategis Rusia, Kolonel Jenderal Sergei Karakayev, sebelumnya mengatakan, Rusia ingin mengganti semua sistem rudal era Soviet pada tahun 2024. Misalnya, pasukan nuklir Rusia ingin mengganti rudal R-36 Voyevoda dengan senjata baru Sarmat RS-28.
Di antara prioritas pengeluaran lainnya adalah peningkatan pembayaran kepada tentara yang bertugas di bawah kontrak. Pengeluaran tambahan secara bertahap akan meningkat dari Rp5,6 triliun pada 2022 menjadi Rp8,8 triliun pada 2023 rubel.
Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengatakan pada Maret 2020, ada lebih dari 405.000 tentara yang bertugas di bawah kontrak di militer Rusia. Itu artinya hampir setengah dari semua anggota layanan.
(esn)
Lihat Juga :
tulis komentar anda