Iran Curiga AS dan Israel di Balik Serangan Siber yang Lumpuhkan Ribuan Pom Bensin
Minggu, 31 Oktober 2021 - 21:00 WIB
TEHERAN - Seorang jenderal Iran mengatakan, Israel dan Amerika Serikat (AS) kemungkinan besar berada di balik serangan siber yang mengganggu distribusi bahan bakar di stasiun layanan. Serangan siber yang terjadi di awal pekan ini itu menyerupai dua insiden sebelumnya.
“Tidak diragukan lagi, pelakunya adalah musuh kita, yaitu Amerika Serikat dan rezim Zionis,” kata Gholamreza Jalali, dari Pengawal Revolusi Iran. "Kami telah menganalisis dua insiden, kecelakaan kereta api dan kecelakaan pelabuhan Shahid Rajaei, dan kami menemukan bahwa mereka serupa," lanjut Jalali, seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (31/10/2021).
Jalali sendiri mengepalai unit pertahanan sipil yang bertanggung jawab atas aktivitas dunia maya. Pada bulan Juli, Kementerian Transportasi Iran mengatakan, "gangguan dunia maya" telah mempengaruhi sistem komputer dan situs webnya, menurut kantor berita Fars.
Dan pada Mei tahun lalu, Washington Post melaporkan bahwa Israel melakukan serangan siber di pelabuhan Iran, Shahid Rajaei di Selat Hormuz, rute strategis untuk pengiriman minyak global. Serangan siber pada Selasa pekan ini telah menyebabkan kemacetan lalu lintas di arteri utama di Teheran, di mana antrian panjang di pom bensin mengganggu arus lalu lintas.
Kementerian Perminyakan kemudian membuat stasiun layanan offline, sehingga bensin dapat didistribusikan secara manual. Presiden Ebrahim Raisi pada hari Rabu menuduh para pelaku berusaha membuat rakyat Iran menentang kepemimpinan republik Islam itu.
“Di akhir pekan, sekitar 3.200 dari 4.300 stasiun layanan negara itu telah terhubung kembali ke sistem distribusi pusat,” kata pernyataan Perusahaan Distribusi Produk Minyak Nasional, yang dikutip oleh kantor berita negara IRNA.
“Stasiun lain juga menyediakan bahan bakar untuk pengendara, tetapi dengan harga yang tidak disubsidi yang membuatnya dua kali lebih mahal sekitar lima sen euro ($0,06) per liter,” lanjut laporan IRNA.
Di Iran, di mana bensin mengalir bebas dengan harga terendah di dunia, pengendara membutuhkan kartu digital yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Kartu tersebut memberikan hak kepada pemegangnya untuk mendapatkan sejumlah bensin bulanan dengan tarif bersubsidi dan, setelah kuota habis, untuk membeli lebih mahal dengan tarif pasar.
Sejak 2010, ketika program nuklir Iran terkena virus komputer Stuxnet, Iran dan musuh bebuyutannya Israel dan Amerika Serikat secara teratur saling menuduh melakukan serangan siber.
“Tidak diragukan lagi, pelakunya adalah musuh kita, yaitu Amerika Serikat dan rezim Zionis,” kata Gholamreza Jalali, dari Pengawal Revolusi Iran. "Kami telah menganalisis dua insiden, kecelakaan kereta api dan kecelakaan pelabuhan Shahid Rajaei, dan kami menemukan bahwa mereka serupa," lanjut Jalali, seperti dikutip dari Arab News, Sabtu (31/10/2021).
Baca Juga
Jalali sendiri mengepalai unit pertahanan sipil yang bertanggung jawab atas aktivitas dunia maya. Pada bulan Juli, Kementerian Transportasi Iran mengatakan, "gangguan dunia maya" telah mempengaruhi sistem komputer dan situs webnya, menurut kantor berita Fars.
Dan pada Mei tahun lalu, Washington Post melaporkan bahwa Israel melakukan serangan siber di pelabuhan Iran, Shahid Rajaei di Selat Hormuz, rute strategis untuk pengiriman minyak global. Serangan siber pada Selasa pekan ini telah menyebabkan kemacetan lalu lintas di arteri utama di Teheran, di mana antrian panjang di pom bensin mengganggu arus lalu lintas.
Kementerian Perminyakan kemudian membuat stasiun layanan offline, sehingga bensin dapat didistribusikan secara manual. Presiden Ebrahim Raisi pada hari Rabu menuduh para pelaku berusaha membuat rakyat Iran menentang kepemimpinan republik Islam itu.
“Di akhir pekan, sekitar 3.200 dari 4.300 stasiun layanan negara itu telah terhubung kembali ke sistem distribusi pusat,” kata pernyataan Perusahaan Distribusi Produk Minyak Nasional, yang dikutip oleh kantor berita negara IRNA.
“Stasiun lain juga menyediakan bahan bakar untuk pengendara, tetapi dengan harga yang tidak disubsidi yang membuatnya dua kali lebih mahal sekitar lima sen euro ($0,06) per liter,” lanjut laporan IRNA.
Di Iran, di mana bensin mengalir bebas dengan harga terendah di dunia, pengendara membutuhkan kartu digital yang dikeluarkan oleh pihak berwenang. Kartu tersebut memberikan hak kepada pemegangnya untuk mendapatkan sejumlah bensin bulanan dengan tarif bersubsidi dan, setelah kuota habis, untuk membeli lebih mahal dengan tarif pasar.
Sejak 2010, ketika program nuklir Iran terkena virus komputer Stuxnet, Iran dan musuh bebuyutannya Israel dan Amerika Serikat secara teratur saling menuduh melakukan serangan siber.
(esn)
tulis komentar anda