Peringati Tragedi Tiananmen, Warga Hong Kong Nyalakan Lilin
Kamis, 04 Juni 2020 - 13:15 WIB
China tidak pernah memberikan laporan lengkap tentang aksi kekerasan pada tahun 1989 itu. Jumlah korban tewas yang diberikan oleh para pejabat beberapa hari kemudian adalah sekitar 300, kebanyakan dari mereka adalah tentara. Namun kelompok-kelompok hak asasi manusia dan saksi mata mengatakan jumlah korban tewas bisa mencapai ribuan.
Tragedi Tiananmen secara resmi tidak diperingati di China, di mana topik ini sangat tabu dan diskusi apa pun sangat disensor.
Di Ibu Kota China, keamanan di sekitar Lapangan Tiananmen, objek wisata populer di jantung kota, tampaknya diperketat, dengan lebih banyak polisi terlihat daripada pada hari-hari biasa.
Uni Eropa pada hari Rabu mendesak China untuk mengizinkan orang-orang di Hong Kong dan Makau, kota semi-otonom lainnya, untuk memperingati tragedi tersebut, dengan mengatakan itu akan menjadi sinyal bahwa kebebasan terus dilindungi.
Sementara Taiwan meminta China untuk meminta maaf, sebuah seruan yang langsung ditolak oleh Kementerian Luar Negeri China sebagai "omong kosong." (Baca: Taiwan Desak China Minta Maaf atas Pembantaian Lapangan Tiananmen )
“Di China, setiap tahun hanya memiliki 364 hari; suatu hari dilupakan,” kata Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menulis di halaman Facebook-nya.
"Saya berharap bahwa di setiap sudut bumi tidak akan ada hari yang hilang lagi. Dan saya berharap Hong Kong baik-baik saja," imbuhnya.
Sedangkan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka berduka atas para korban.
"Kami mendukung rakyat China yang terus bercita-cita untuk pemerintah yang melindungi hak asasi manusia, kebebasan mendasar, dan martabat dasar manusia," kata Departemen Luar Negeri AS.
Tragedi Tiananmen secara resmi tidak diperingati di China, di mana topik ini sangat tabu dan diskusi apa pun sangat disensor.
Di Ibu Kota China, keamanan di sekitar Lapangan Tiananmen, objek wisata populer di jantung kota, tampaknya diperketat, dengan lebih banyak polisi terlihat daripada pada hari-hari biasa.
Uni Eropa pada hari Rabu mendesak China untuk mengizinkan orang-orang di Hong Kong dan Makau, kota semi-otonom lainnya, untuk memperingati tragedi tersebut, dengan mengatakan itu akan menjadi sinyal bahwa kebebasan terus dilindungi.
Sementara Taiwan meminta China untuk meminta maaf, sebuah seruan yang langsung ditolak oleh Kementerian Luar Negeri China sebagai "omong kosong." (Baca: Taiwan Desak China Minta Maaf atas Pembantaian Lapangan Tiananmen )
“Di China, setiap tahun hanya memiliki 364 hari; suatu hari dilupakan,” kata Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menulis di halaman Facebook-nya.
"Saya berharap bahwa di setiap sudut bumi tidak akan ada hari yang hilang lagi. Dan saya berharap Hong Kong baik-baik saja," imbuhnya.
Sedangkan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa mereka berduka atas para korban.
"Kami mendukung rakyat China yang terus bercita-cita untuk pemerintah yang melindungi hak asasi manusia, kebebasan mendasar, dan martabat dasar manusia," kata Departemen Luar Negeri AS.
(ber)
tulis komentar anda